Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berhasil mengungkap penyebab gempa Sumedang pada 31 Desember 2023 lalu. Menurut BMKG, penyebab gempa karena sesar baru yang belum pernah terpetakan sebelumnya.
"Gempa Bumi tersebut disebabkan oleh sesar aktif yang melewati Kota Sumedang yang semula belum terpetakan, untuk selanjutnya sesuai analisis data seismisitas BMKG disebut Sesar Sumedang," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam situs resmi BMKG, dikutip Kamis (11/1/2024).
Gempa Bumi yang terjadi pada 31 Desember 2023 lalu merupakan gempa Bumi kerak dangkal (shallow crustal earthquake) akibat aktivitas sesar aktif, berarah cenderung Utara-Selatan. Kekuatan gempa tercatat pada M 4,8 di darat pada jarak 2 km Timur Laut dari pusat Kota Sumedang, Jawa Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tergolong berkekuatan kecil, guncangan gempa Bumi tersebut mencapai skala intensitas V-VI MMI (Modified Mercalli Intensity), yang berarti sebagai guncangan kuat dan menimbulkan kerusakan.
Terbukti, menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, gempa bumi Sumedang mengakibatkan 10 orang luka-luka dan 138 rumah rusak yang tersebar di Kabupaten Sumedang (Kecamatan Sumedang Utara, Sumedang Selatan, Tanjungmedar, Tanjungkerta, Jatinangor, Pamulihan, Rancakalong, dan Surian) serta Kabupaten Bandung (Kecamatan Arjasari dan Cicalengka).
Mirip dengan Gempa Bumi Sumedang pada Agustus 1955
Berdasarkan katalog gempa Bumi merusak dari BMKG (2020), wilayah Sumedang sebelumnya telah mengalami gempa Bumi sebanyak dua kali. Pertama pada 14 Agustus 1955 yang menyebabkan banyak kerusakan bangunan dan kedua pada 19 Desember 1972 dengan kekuatan M4,5 yang mengakibatkan kerusakan bangunan dan longsoran.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengatakan bahwa gempa Sumedang yang terjadi pada Desember 2023 diduga merupakan perulangan gempa pada 14 Agustus 1955.
"Jangan melupakan sejarah, dalam seismologi kita mengenal konsep return period atau periode ulang gempa, bahwa gempa yang pernah terjadi di suatu tempat, satu saat akan terjadi lagi," ucapnya dalam webinar "Kupas Tuntas Gempa Sumedang M4,8 31 Desember 2023", dikutip dari Antara, Kamis (11/1/2024).
Menurutnya, gempa Sumedang memberi pesan agar orang mempelajari sejarah gempa masa lalu di daerah masing-masing.
"Periode ulang gempa juga memberi pesan bahwa pentingnya kesiapsiagaan (preparedness) terhadap bencana gempa bumi yang mungkin terjadi di masa yang akan datang," imbuh Daryono.
Langkah yang Dilakukan BMKG
BMKG mengatakan akan terus bersinergi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang (BPBD), BNPB, SAR dan Kementerian Sosial untuk menenangkan warga dengan memberikan literasi atau edukasi kegempaan, serta langkah-langkah mitigasi dan penyelamatan diri yang harus dilakukan sebelum, saat dan sesudah gempa Bumi.
BMKG juga telah melakukan survei dan sejumlah kajian di antaranya survei seismisitas, survei makroseismik, survei mikrozonasi, survei deformasi, pemotretan udara dengan lidar, evaluasi morfotektonik, dan survei struktur sesar bawah permukaan.
"Survei-survei tersebut dilakukan untuk memetakan aktivitas dan sebaran gempa Bumi serta mengetahui secara detail penyebab utama terjadinya gempa bumi tersebut, termasuk mengidentifikasi dan memvalidasi jalur sesar," jelas Dwikorita.
"BMKG siap mendukung penuh program edukasi dan literasi kebencanaan kepada masyarakat. Kami juga mengimbau kepada masyarakat agar memonitor perkembangan informasi dari BMKG yang disampaikan melalui berbagai platform resmi, media atau melalui posko utama," pungkasnya.
(faz/twu)