Begini Cara Air Ikut Membentuk Batuan di Pegunungan, Peneliti Gunakan Drone

ADVERTISEMENT

Begini Cara Air Ikut Membentuk Batuan di Pegunungan, Peneliti Gunakan Drone

Noor Faaizah - detikEdu
Rabu, 03 Jan 2024 20:30 WIB
Peneliti Gunakan Drone untuk Observasi Pembentukan Batuan di Pegunungan
Foto: Image: Julia Carr via PennState
Jakarta -

Sebuah observasi dilakukan oleh para peneliti Pennsylvania State University di Amerika Serikat menemukan petunjuk baru tentang bagaimana air membentuk batuan gunung di Taiwan dari waktu ke waktu secara geologis.

Melalui drone, para peneliti menemukan hubungan antara ukuran batu-batu besar di sungai dan tingkat kecuraman sungai.

"Sepanjang jalur pegunungan kami melihat perbedaan dalam cara sungai menoreh, atau membelah batuan dasar, pada bagian yang lebih muda dan yang lebih tua," kata Julia Carr, dikutip dari laman PennState.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat lempeng tektonik bertabrakan dan membentuk barisan pegunungan, batuan yang sebelumnya terkubur di kerak Bumi akan terdorong ke permukaan.

Observasi di Pegunungan Taiwan Melalui Drone

Seperti yang diketahui, sungai membawa air dari daerah pegunungan atau dataran tinggi ke daerah yang lebih rendah, dan membentuk pola aliran yang khas yang berdampak ekologis dan geologis.

ADVERTISEMENT

Salah satu proses utama dalam pembentukan sungai adalah erosi. Proses pengikisan batuan karena adanya aliran air ini memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan pola dan batuan pegunungan.

Untuk mengamati pola ini, peneliti menggunakan drone untuk mengumpulkan data dari morfologi sungai dan menghindari rintangan seperti penyeberangan sungai serta air terjun yang berbahaya.

Selama survei ini, para ilmuwan mengumpulkan ratusan ribu pengukuran morfologi saluran sungai dan lebih dari 22.000 pengukuran batu-batu besar sepanjang 18 mil sungai.

"Sangat menyenangkan bisa melakukan survei pada skala ini, hal ini membantu kita melihat pola yang tidak akan pernah kita lihat sebelumnya," ujar Carr.

Melalui metode survei tersebut, peneliti mampu mengamati lanskap paling curam di dunia dengan tingkat erosi tertinggi yaitu di pegunungan tengah Taiwan.

Para peneliti menyimpulkan bahwa ukuran bongkahan batu berkorelasi dengan tingkat kecuraman sungai. Artinya, perlu kecuraman yang cukup kuat untuk memindahkan bongkahan batu tersebut ke hilir sebelum mengikis gunung.

"Karena untuk mengikis batuan, sedimen yang menutupi saluran sungai harus disingkirkan. Semakin besar batu-batu besar di dalam saluran, semakin curam saluran tersebut untuk memindahkannya," timpal Roman Dibiase, profesor geosains di Penn State.

Selain itu, kondisi tektonik Taiwan sudah diketahui memiliki pola kedalaman penguburan sistematis yang dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara sejarah batuan dan kondisi di permukaan.

"Ini adalah tempat yang sangat unik karena tidak seperti Himalaya atau Pegunungan Alpen (dengan) sejarah tektonik yang kompleks, Taiwan lanskap yang relatif sederhana karena gaya tumbukan yang tercipta jutaan tahun yang lalu masih aktif hingga saat ini," kata Carr.

Observasi yang dilakukan di batuan gunung Taiwan memberikan tambahan wawasan terhadap model erosi sehingga mampu diterapkan untuk mengurangi kendala di pegunungan lainnya.

Variasi Struktur Batuan yang Ditemukan

Studi mengungkapkan bahwa pegunungan Taiwan di bagian selatan dan barat terbentuk atas batuan yang lebih muda sementara di wilayah utara dan timur memiliki batuan tua yang terkubur hingga 24 mil di bawah permukaan tanah.

Di bagian yang lebih muda, sungai mempunyai sedikit batu besar dan menutupi sedikit area saluran. Sementara pada bagian yang lebih tua, batu-batu tersebut bertambah hingga berukuran rata-rata lebih dari enam kaki.

Menurut para peneliti, batu-batu besar ini tidak berada di sungai dan tengah menunggu untuk terurai seiring berjalannya waktu.

Hal ini karena batu-batu tersebut berada dekat dengan ambang batas mobilitas yang berarti kekuatan air hampir cukup untuk memindahkannya ke hilir.

Selama arus deras setelah badai, batu-batu besar ini mungkin dapat bergerak sepenuhnya sehingga memungkinkannya bergerak dan membuat batu-batu tersebut menorehkan sungai.

"Salah satu cara untuk memikirkan bagaimana sungai menoreh dalam jangka panjang, Anda harus mampu memindahkan sedimen, dan begitu Anda melewati ambang batas tertentu Anda dapat menoreh sungai tersebut," kata Carr.

Oleh karena itu, peneliti mengatakan bahwa penerapan tersebut pada akhirnya akan menjadi sinyal kendali ukuran batu yang dipengaruhi oleh kecuraman sungai setempat.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads