Tantangan menghadapi ancaman perubahan iklim dan krisis alam telah menjadi prioritas masyarakat global. Sepanjang tahun 2023, terdapat beberapa kemajuan dalam penanganan perubahan iklim dan krisis alam. Apa saja?
Selama ini, persoalan iklim dan alam kerap tersorot karena kemajuan negatif yang ada. Beberapa wilayah di berbagai belahan dunia menyampaikan dampak buruk dari adanya perubahan iklim dan krisis alam.
Namun, tanpa disadari, sepanjang 2023, berbagai pihak yang berjuang dengan persoalan ini berhasil mencapai kemajuan. Hal ini jarang tersorot karena terobosan tidak diteriakkan oleh para pemimpin, melainkan dilakukan oleh komunitas akar rumput atau kelompok masyarakat adat yang suaranya seringkali terpinggirkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari BBC, berikut sederet pencapaian besar dalam menyelamatkan iklim dan alam pada 2023.
9 Pencapaian Besar Dalam Menyelamatkan Alam dan Iklim:
1. Traktat Plastik Global
Diketahui, dunia dapat memproduksi sekitar 460 juta ton limbah plastik per tahunnya. Sekitar 22% di antaranya berakhir di tempat pembuangan sampah, dibakar, atau terlepas ke lingkungan.
Pada 2022, PBB mulai bernegosiasi tentang Traktat Plastik Global untuk mengatasi polusi plastik, dengan proyeksi penerapan pada akhir 2024, tetapi kemajuannya minim.
Melalui jalur hukum baru ini, bisa memungkinkan masyarakat untuk menggugat produsen plastik atas kerusakan yang ditimbulkan.
Sebab, industri plastik yang pada dasarnya menciptakan masalah polusi justru turut menyumbang 3,3% emisi gas rumah kaca dunia yang sebanding dengan industri penerbangan, yang menggunakan 6% listrik dunia dari batu bara.
2. Perjanjian Melindungi Laut Lepas
Setelah berabad-abad melakukan perundingan, akhirnya terdapat kesepakatan untuk membuat perjanjian yang melindungi lautan dunia di luar batas-batas nasional.
Saat ini, hanya 1% dari perairan ini yang terlindungi. Padahal, perjanjian mengenai lautan luas memberikan kerangka kerja untuk mendirikan kawasan-kawasan perlindungan laut, langkah penting untuk mencapai tujuan melindungi 30% dari lautan dunia pada tahun 2030.
"Kapal telah mencapai pantai," ujar Rena Lee, presiden Konferensi Antar Pemerintah mengenai Keanekaragaman Hayati Lautan di Wilayah di Luar Yurisdiksi Nasional.
3. Dana Iklim untuk Negara Rentan
Pada Conference of the Parties 28 di Uni Emirat Arab (COP28) pada tahun 2023, pemimpin dunia menyetujui dana kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim, bersama dengan komitmen pertama tahunan $100 miliar untuk negara-negara yang terkena dampaknya.
Kesepakatan ini masih menuai sorotan karena dianggap kurangnya ketegasan dalam mendukung transisi dari bahan bakar fosil. Bagi negara-negara rentan dan kepulauan kecil, kesepakatan ini dianggap kurang mendesak dan kurang jelas mengenai dukungan yang akan diberikan oleh negara-negara kaya.
Presiden perundingan COP28, Sultan al Jaber, meyakini kesepakatan tersebut mencukupi untuk mencapai tujuan ambisius dalam membatasi kenaikan suhu global. Namun, keberhasilannya tergantung pada implementasi tindakan dari kesepakatan tersebut.
4. Pengesahan Undang-undang untuk Mengurangi Gas Rumah Kaca
Pada tahun 2022, Amerika Serikat telah meloloskan undang-undang energi bersih terbesar dalam sejarah. Undang-undang ini mendukung upaya komunitas asli Amerika untuk energi terbarukan di tanah mereka.
Meskipun sebutannya tidak langsung terkait dengan perubahan iklim, tetapi undang-undang tersebut berhasil mengalokasikan $369 miliar untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, memajukan energi bersih, dan mendukung penggunaan energi listrik.
Sejak disahkan pada Agustus 2022, sektor swasta diketahui telah menginvestasikan lebih dari $110 miliar untuk energi bersih, termasuk $70miliar untuk mobil listrik. Analisis ini menunjukkan potensi pengurangan emisi sebesar 43-48% pada tahun 2035 yang akan mendekatkan AS pada tujuan iklimnya.
5. Penurunan Emisi Listrik
Pada tahun 2023, dunia mengalami penurunan prediksi emisi dari sektor energi yang diperkirakan akan mencapai puncaknya.
Energi dari sumber terbarukan seperti angin dan matahari berkembang lebih cepat daripada permintaan energi dunia, yang berarti emisi dari sektor tersebut diprediksi akan sedikit menurun untuk pertama kalinya.
"Ini menandai titik di mana emisi sektor listrik berhenti meningkat," tulis MaΕgorzata Wiatros-Motyka, analis kelistrikan senior di lembaga pemikir yang berbasis di London.
"Saya pikir ada kemungkinan besar ini bisa menjadi titik balik dalam kepercayaan politik dan sosial kita, bahwa kita benar-benar bisa mengatasi masalah ini," tambahnya.
6. Pembongkaran Bendungan Terbesar di AS
Salah satu proyek pembongkaran bendungan terbesar di Amerika yang berlangsung di Sungai Klamath, Oregon dan California. Hal ini dilakukan karena adanya dampak penurunan populasi salmon.
Pada November 2023, setelah puluhan tahun kampanye, satu dari tiga bendungan yang akan dibongkar dalam proyek pembongkaran bendungan terbesar dalam sejarah Amerika.
Suku-suku seperti Yurok dan Karuk menyambut positif dengan sungainya yang kembali mengalir bebas, membantu memulihkan ekosistem.
"Penyelamatan bendungan di Sungai Klamath adalah langkah terbesar yang bisa kita lakukan untuk memulihkan ekosistem sungai dan meningkatkan jumlah salmon. Proyek ini juga akan membuat migrasi ikan lebih tahan terhadap perubahan iklim," ungkap Barry McCovey, direktur Departemen Perikanan Yurok.
7. Uni Eropa Mengurangi Deforestasi dengan Menghentikan Impor Komoditas
UE telah berniat untuk menghentikan impor komoditas terkait deforestasi, menyebabkan banyak orang menyambut langkah ini sebagai terobosan.
Regulasi baru yang mulai berlaku pada Juni 2023 meminta importir membuktikan produk seperti kedelai, daging sapi, minyak kelapa sawit, kayu, kakao, kopi, dan karet tidak dari lahan yang dideforestasi.
Langkah ini juga berlaku untuk produk seperti cokelat dan furniture. Laporan WWF tahun 2021 menunjukkan UE sebagai importir terbesar kedua produk deforestasi setelah China, bertanggung jawab atas 16% deforestasi terkait perdagangan internasional.
Regulasi ini pun menempatkan tanggung jawab pada perusahaan besar untuk memastikan rantai pasokan mereka bersih. Greenpeace juga akan mendorong regulasi ini untuk melindungi area alam lainnya dan produk lain seperti jagung dan unggas.
8. Melambatnya Deforestasi di Amazon
Diketahui, tingkat deforestasi di hutan hujan Amazon turun tajam setelah pemerintah baru Brasil berjanji untuk menghentikan deforestasi sepenuhnya pada tahun 2030. Pemerintah juga akan mengambil langkah-langkah termasuk memantau hutan untuk aktivitas kriminal seperti illegal logging.
Marielos PeΓ±a-Claros, seorang profesor ekologi hutan dan manajemen hutan di Universitas Wageningen di Belanda, menyambut baik inisiatif dari negara-negara Amazon untuk berkolaborasi secara regional.
Terutama dengan menyoroti upaya-upaya untuk bersama-sama melacak, memetakan, dan menghentikan deforestasi melalui proyek-proyek seperti proyek MapBiomas yang mengumpulkan dan menyajikan data perubahan penggunaan lahan.
9. Perlindungan Hak Asasi Pribumi di Brasil
Brasil mempertahankan hak-hak masyarakat adat dan lingkungan dengan memutuskan untuk mengembalikan tanah leluhur suku Xokleng di pegunungan negara bagian Santa Catarina, Brasil selatan.
Putusan ini menjadi tonggak penting yang bisa menjadi preseden bagi klaim-klaim serupa oleh kelompok-kelompok pribumi di Brasil. Presiden Brasil juga mengakui enam cadangan baru bagi suku-suku pribumi, melarang pertambangan dan pembatasan pertanian komersial di dalamnya.
(faz/faz)