Ilmuwan menemukan bukti rusa kutub berperan penting dalam ekosistem Bumi salah satunya mengurangi krisis iklim.
Seperti diketahui, rusa kutub berperan penting pada ekonomi masyarakat di sejumlah negara. Secara total, ada sekitar 100.000 orang terlibat dalam penggembalaan 2,5 juta rusa di sembilan negara seperti di Rusia dan Finlandia.
Masyarakat adat juga memanfaatkan rusa untuk transportasi, pakaian, dan makanan. Pada bulan-bulan hangat, rusa kutub berkeliaran dengan bebas dan memakan lumut serta tanaman lain sambil menginjak-injak tanah. Dalam prosesnya, kawanan hewan ini mencegah pertumbuhan semak berkayu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di wilayah Arktik, semak belukar yang tumbuh bisa berdampak pada lingkungan. Penelitian menunjukkan bahwa semak dapat memerangkap panas yang mencairkan lapisan es dan menghangatkan tundra.
Rusa Kutub si Penyelamat
Penelitian menunjukkan bahwa pemanasan global mempercepat semak belukar di Arktik. Musim tanam yang lebih hangat dan lebih panjang mempercepat pertumbuhan tanaman.
Rusa kutub membantu memperlambat proses ini dan penghijauan tundra dengan memakan dan menginjak-injak tumbuhan tersebut. Sebuah studi yang menganalisis citra satelit tutupan semak di Semenanjung Yamal di barat laut Siberia menemukan bahwa vegetasi di wilayah tersebut tetap stabil saat terjadi peningkatan populasi rusa sebesar 75% antara tahun 1986 dan 2016.
Penulis laporan tersebut mengatakan penggembalaan rusa kutub di Semenanjung Yamal tampaknya telah mengimbangi dampak perubahan iklim. Hal ini juga membantu melestarikan habitat tundra sehingga spesies asli seperti lumut, lumut kerak, dan pohon willow yang tumbuh rendah dapat terus berkembang.
"Rusa kutub memakan lumut dan tanaman lainnya. Mereka juga menginjak-injaknya untuk memastikan vegetasi tidak terlalu lebat, sehingga membuat tanah lebih dingin," kata penggembala rusa kutub Finlandia, Tiia Jeremejeff, dalam BBC dikutip Jumat (22/12/2023).
"Vegetasi yang lebat di tanah akan memerangkap banyak panas. Jika tidak ada dedaunan dan rumput, tanah akan semakin beku, dan membeku lebih awal di musim dingin," sambungnya.
Tiina Sanila-Aikioyang juga seorang penggembala rusa dari suku Sami yang mendiami kawasan Eropa Utara mengatakan bahwa rusa kutub adalah jawaban untuk mempertahankan lanskap terbuka di tundra dan hutan boreal. Rusa kutub biasanya berkeliaran bebas sepanjang tahun di hutan sekitar Danau Inari di ujung utara Finlandia.
"Jika kita tidak memilikinya, pemandangannya akan sangat berbeda. Saat cuaca semakin panas, segalanya akan tumbuh lebih cepat. Kita membutuhkan rusa kutub untuk menjaga hutan tetap terbuka," ujarnya.
Pengaruhi Emosi Karbon
Para ilmuwan juga telah mempelajari apakah rusa kutub mempengaruhi emisi karbon suatu lanskap. Dalam sebuah penelitian, mereka mengukur tingkat CO2 di dalam dan di luar kandang rusa kutub di hutan boreal untuk mengetahui apakah tumbuhan bawah bertindak sebagai penyerap karbon atau sumber karbon.
Salah satu teorinya adalah bahwa pertumbuhan semak dapat menyebabkan emisi CO2 yang lebih besar karena menghasilkan lebih banyak biomassa, atau bahan tanaman yang membusuk. Tumbuhan bawah, yang sebagian besar terdiri dari lichen, lumut, serta semak lingonberry dan blueberry yang tumbuh rendah, diperkirakan menghasilkan biomassa pengurai yang lebih sedikit.
Selama empat tahun terakhir, Noora Kantola, peneliti di Universitas Oulu di Finlandia utara, telah mempelajari bagaimana penggembalaan rusa kutub mempengaruhi pelepasan dan penyerapan CO2 di semak-semak di dua hutan di Finlandia utara. Dia mengatakan bahwa penggembalaan berdampak terhadap emisi CO2.
"Ini adalah temuan awal namun nampaknya pelepasan karbon dari semak-semak mungkin berinteraksi dengan kedalaman salju ketika rusa kutub tidak diikutsertakan selama beberapa dekade di wilayah jauh di utara Finlandia," kata Kantola.
"Jadi nampaknya rusa kutub yang merumput di vegetasi di dasar hutan dapat membantu mengurangi pelepasan karbon sampai batas tertentu di bawah perubahan iklim musim dingin di hutan boreal. Biomassa yang terdekomposisi menjadi lebih sedikit [ketika ada rusa kutub] yang selanjutnya dapat mengurangi emisi CO2," ujarnya.
(nir/pal)