Apakah detikers suka melamun? Kira-kira kenapa ya kita bisa mengalami hal tersebut dan apa yang sebenarnya terjadi pada otak kita?
Sebuah penelitian terbaru mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Penelitian yang diterbitkan pada jurnal Nature 13 Desember 2023 lalu, mencoba menjelaskan apa yang terjadi pada otak ketika melamun.
Namun dalam hal ini peneliti dari Harvard Medical School (HMS) menggunakan tikus sebagai bahan uji coba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ingin tahu bagaimana proses melamun ini terjadi pada tingkat neurobiologis dan apakah momen refleksi tersebut memiliki dampak yang penting untuk otak," kata Nghia Nguyen, penulis utama di HMS, dikutip dari Newsweek.
Penelitian Terhadap Otak saat Melamun
Dalam studi ini, para peneliti memantau aktivitas neuron di korteks visual, yaitu bagian otak yang memproses informasi visual dari penglihatan mata. Pada percobaannya, tikus berada dalam kondisi yang tenang.
Para ilmuwan melakukan uji coba ini dengan beberapa kali menunjukkan beberapa gambar kepada tikus. Gambar tersebut terdiri dari pola tertentu, seperti kotak-kotak dengan warna hitam putih dan belang-belang.
Sesaat setelah melihat gambar-gambar itu, tikus akan menghabiskan waktu sekitar satu menit untuk melihat sebuah layar abu-abu.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, tim peneliti menemukan bahwa ketika tikus melihat gambar, neuron yang ada di otak mereka bekerja dalam pola tertentu sesuai dengan setiap gambar yang dilihatnya.
Pola-pola yang berbeda itu yang kemudian dianalisis para tim untuk mengidentifikasi gambar mana yang dilihat tikus dari aktivitas saraf otaknya.
Tidak sekedar itu, pola-pola ini akan berbeda lagi ketika tikus melihat layar abu-abu di antara gambar tadi. Sesekali neuron pada otak juga bekerja dengan pola yang sama, meskipun tetap tidak identik dan ada perbedaan dengan pola lainnya.
Hal ini menandakan bahwa tikus sedang berpikir atau melamun membayangkan tentang gambar yang dilihat sebelumnya. Menurut para ahli, tikus dapat melamun ketika dalam keadaan santai, di mana tingkah lakunya tenang dan pupil matanya mengecil.
Tim peneliti juga menemukan bahwa para tikus cenderung lebih banyak melamun pada saat menjelang akhir hari dibandingkan awal. Hal ini dikarenakan mereka sudah melihat berbagai peristiwa beberapa kali.
Meningkatkan Memori
Namun, tim peneliti kembali menemukan hal luar biasa, di mana diketahui bahwa sepanjang hari pola aktivitas neuron dalam otak tampak berubah. Fenomena itu disebut sebagai representational drift.
Pola yang diasosiasikan dalam setiap gambar tersebut menjadi semakin berbeda satu sama lain, hingga pada titik di mana seluruh kumpulan neuron semuanya berbeda.
Hal terpenting adalah pola yang diamati dalam beberapa lamunan pertama dapat digunakan untuk memprediksi bagaimana respon otak akan berubah seiring waktu.
Peneliti mengatakan, lamunan dapat digunakan untuk membentuk respon otak yang mungkin ada di masa depan terhadap apa yang dilihatnya. Otak juga akan mampu melakukan plastisitas atau mengatur ulang dirinya dalam merespon sesuatu yang baru.
"Temuan kami menunjukkan bahwa melamun dapat memandu proses ini dengan menjauhkan pola saraf yang terkait dengan dua gambar," jelas Nguyen.
Temuan ini sejalan dengan semakin banyaknya bukti pada hewan pengerat seperti tikus dan manusia melalui kondisi melamun ini dapat meningkatkan kemampuan memori otak.
"Kami merasa cukup yakin bahwa tidak semua orang meluangkan waktu untuk melamun, padahal hal ini penting untuk plastisitas otak," jelas Mark Andermann, penulis di HMS.
(faz/faz)