Studi: Perubahan Lahan di Jabodetabek Pengaruhi Kandungan Air Teluk Jakarta

ADVERTISEMENT

Studi: Perubahan Lahan di Jabodetabek Pengaruhi Kandungan Air Teluk Jakarta

Devita Savitri - detikEdu
Rabu, 27 Des 2023 18:00 WIB
Ratusan pendayung dari Komunitas Dayung Jakarta mengibarkan bendera raksasa untuk memperingati HUT Ke-78 Republik Indonesia di Perairan Teluk Jakarta, Kamis (17/8/2023).
Ilustrasi Teluk Jakarta. Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air (PRLSDA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Iwan Ridwansyah menjelaskan keadaan Teluk Jakarta saat ini melalui studinya. Menggunakan pemodelan hidrologi SWAT, muatan unsur hara dihitung setelah adanya perubahan penggunaan lahan.

Seperti yang diketahui, kota Jakarta memiliki jumlah penduduk terpadat dibandingkan wilayah Jabodetabek lainnya. Hal ini menimbulkan berbagai masalah seperti perubahan penggunaan lahan, penyempitan dan perlambatan air sungai, hingga menurunkan permukaan tanah dan kualitas air.

Lebih jauh, kepadatan penduduk ini ikut mempengaruhi kondisi air laut di Teluk Jakarta. Berdasarkan penelitian Iwan, diketahui bila Teluk jakarta mengandung 52.156 ton silikat, 6.741 ton fosfat, dan 21.260 ton nitrogen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dampak Perubahan Penggunaan Lahan di Jakarta

Dijelaskan kepadatan penduduk di pulau Jawa terus meningkat setiap tahunnya, dengan data yakni:

  • Tahun 1815: 880 orang/km2 dengan rata-rata 35 orang/km2
  • Tahun 1930: rata-rata kepadatan 330 orang/km2
  • Tahun 2000: rata-rata kepadatan 1.000 orang/km2
  • Tahun 2023: rata-rata kepadatan 14.646 orang/km2

Dengan kepadatan tersebut, Iwan menemukan bila perubahan penggunaan lahan yang paling banyak digunakan adalah area persawahan. Di tahun 1990-2020 ditemukan jika area sawah terus mengalami penurunan karena adanya tekanan untuk kebutuhan lahan pemukiman.

ADVERTISEMENT

"Bahkan dari proyeksi penggunaan lahan pada tahun 2030, lahan sawah juga mengalami penurunan menjadi 33,2%, akibat penambahan permukiman," jelasnya dikutip dari rilis di laman resmi BRIN, Rabu (27/12/2023).

Menggunakan simulasi SWAT yang terkalibrasi, ditemukan bila perubahan penggunaan lahan menimbulkan berbagai dampak negatif. Seperti penurunan penyerapan air, peningkatan limpasan air, penurunan nilai aliran dasar dan meningkatkan emisi nitrogen total mengalir ke Teluk Jakarta sehingga pencemaran air bisa terjadi.

Nutrien dan Oksigen di Teluk Jakarta

Senada dengan Iwan, Aan Johan Wahyudi, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Oseanografi (PRO) memaparkan risetnya di Teluk Jakarta, bertajuk "Multi-annual change of nutrient and dissolved oxygen of the Jakarta Bay and surrounding waters".

Disebutkan bila perubahan properti di Teluk Jakarta dan sekitarnya dapat menurunkan tingkat nutrien dan oksigen di Teluk Jakarta. Studi dilakukan dengan mengkaji dan memanfaatkan data in-situ eksisting miliki DLH DKI Jakarta (2011-2021).

Data yang dipilih berada dari tahun 2017 hingga 2019 ditambah dengan data produk satelit Global Ocean Biogeochemistry Hindcast. Studi ini untuk menemukan kadar nitrat, fosfat, dan oksigen dan perubahannya dalam waktu dua puluh tahun terakhir.

Hasilnya ditemukan bila Teluk jakarta mendapat tekanan antropogenik dari wilayah daratan di sekitarnya. Tak hanya itu tinggi rendahnya nutrien dan oksigen juga dipengaruhi oleh perubahan iklim monsun.

"Hal ini menyebabkan dinamika biogeokimiawi yang cukup kompleks yang disebabkan juga oleh pengaruh iklim monsun. Perubahan musim monsun, mempengaruhi tinggi rendahnya nutrien dan oksigen terlarut di Teluk Jakarta," tutupnya.




(det/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads