Seperti diketahui, kawasan Gunung Salak beberapa kali mengalami gempa. Gempa mulai terasa pada 1 Desember kemarin.
Menurut data Kementerian ESDM, terdapat peningkatan gempa tektonik lokal lebih dari 4 kali kejadian perhari. Adapun rincian gempa terasa pada 6 Desember 2023 sebanyak 8 kejadian, pada 7 Desember 2023 sebanyak 7 kali kejadian, dan pada 8 Desember 2023 sebanyak 7 kali kejadian.
Pengamatan kegempaan periode 1-9 Desember 2023, masih didominasi gempa tektonik jauh yang terekam sebanyak 31 kali kejadian dan gempa tektonik lokal sebanyak 22 kali kejadian. Gempa Vulkanik sebagai indikasi aktivitas Gunung Salak tidak terekam.
"Apa yang terjadi di Bogor kalau hasil penelitian tim ahli kami, tahun 2019 itu memitigasi ini aktivitas swarm, aktivitas swarm memiliki kaitan dengan aktivitas volcanism, di bawah permukaan. Tapi nanti ketika ini sudah benar-benar aktif mohon ini konfirmasi ke yang berwenang ke PVMBG," ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam detikNews dikutip Sabtu (16/12/2023).
Daryono mengatakan aktivitas gempa swarm itu berkaitan dengan aktivitas vulkanik. Namun gempa ini belum tentu menimbulkan kejadian luar biasa. "Tetapi ini juga belum tentu. Misalnya itu akan terjadi suatu luar biasa itu belum tentu," katanya.
Gempa swarm adalah serangkaian aktivitas gempa bermagnitudo kecil dengan frekuensi kejadian yang sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu lama. Daryono menduga gempa terjadi karena ada aktivitas vulkanik.
"Nah apa yang terjadi tadi pagi itu, diduga aktivitas volcanism. Tapi kita BMKG akan terus mendalami fenomena ini, dan untuk berkaitan dengan Gunung Salak mohon dikonfirmasi ke PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi). Tetapi swarm memang berkaitan aktivitas volcanism, dan kita tahu daerah Nanggung, Pamijahan, dan Leuwiliang, itu emang daerah zona vulkanik di sekitar Gunung Salak," jelasnya.
Terkait hal itu, Daryono mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan PVMBG. Sebab, fenomena gempa ini termasuk langka.
"Tentu saja kami akan koordinasi dengan PVMBG memonitor aktivitas swarm, karena ini fenomena yang langka meskipun beberapa tempat di Indonesia terjadi," jelasnya.
(nir/pal)