Gunung api adalah struktur geologis berupa gunung atau bukit yang terbentuk dari akumulasi magma yang naik dari dalam bumi ke permukaan melalui celah atau bukaan alam. Gunung api bisa mengeluarkan letusan atau semburan yang biasa disebut erupsi.
Menurut situs Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, erupsi adalah peristiwa keluarnya magma dari gunung api menuju permukaan Bumi yang bisa dikeluarkan secara efusif maupun eksplosif.
Lava yang keluar secara perlahan dan mengalir tanpa diikuti dengan suatu ledakan disebut dengan erupsi efusif. Sementara magma yang keluar dari gunung api dalam bentuk ledakan dan terbentuk endapan piroklastik disebut erupsi eksplosif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Klasifikasi Gunung Api
Mengutip dari buku "Empat Bencana Geologi yang Paling Mematikan" karya Kartono Tjandra, terbentuknya gunung api bermula dari celah atau bukaan alam yang biasanya muncul di tepi pertemuan atau benturan antara lempeng benua dan di area lempeng samudera terpisah.
Magma yang naik melalui celah lalu muncul di daratan atau di dasar samudera dan akhirnya menumpuk di sekitar celah tersebut, membentuk struktur gunung api. Hal ini merupakan hasil dari proses vulkanik yang terus-menerus dalam jangka waktu yang panjang.
Adapun setelah terbentuk, gunung api memiliki klasifikasi yang berbeda berdasarkan kegiatannya. Berikut klasifikasinya.
1. Gunung api aktif yakni gunung api yang secara terus menerus dan berkesinambungan hingga saat ini tercatat aktivitasnya.
2. Gunung api istirahat yakni gunung api yang sedang tidak aktif namun tercatat pernah menunjukkan aktivitasnya pada masa lalu.
3. Gunung api mati yakni gunung api yang tidak memiliki catatan menunjukkan aktivitasnya.
Secara umum, gunung api aktif adalah yang bisa mengalami letusan atau erupsi. Sementara gunung api istirahat tetap berkemungkinan mengalami erupsi.
Apa yang Terjadi Jika Gunung Api Erupsi?
Melansir laman BBC, letusan atau erupsi gunung api memiliki variasi yang tergantung pada jenis gunung api dan letaknya di zona tektonik tertentu.
Pada zona batas tektonik destruktif, seperti saat lempeng tektonik bertemu, terbentuklah gunung api komposit.
Gunung api ini memiliki lava kental yang cenderung menghasilkan letusan yang sangat meledak karena gas yang terperangkap sulit keluar dari magma padat.
Dampaknya mencakup semburan abu panas dan batuan yang dapat sangat membahayakan lingkungan sekitarnya.
Sebaliknya, gunung api perisai terbentuk di zona batas tektonik konstruktif, tempat di mana lempeng tektonik menjauh satu sama lain. Jenis gunung ini memiliki lava yang lebih encer dan tipis.
Saat terjadi letusan, aliran lahar dari gunung api perisai dapat menyebar dengan cepat menutupi area yang luas dalam waktu singkat.
Contoh terkenal dari gunung api perisai ini adalah yang terdapat di Kepulauan Hawaii, di antaranya Mauna Loa yang merupakan gunung api terbesar di Bumi.
Beberapa letusan gunung api dapat besar dengan aliran lava yang lambat dan ada pula letusan kecil yang menyertai aliran lava kental yang bergerak perlahan, sebagaimana dikutip" dari buku Gunung Api: Gunung Api di Ruang Angkasa" yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga.
Namun, tipe lava yang cair lebih berpotensi mengancam karena kecepatan alirannya yang tinggi dan akan disusul dengan lava yang mengalami pendinginan dan dikeluarkan dari gunung dalam bentuk proyektil batuan yang disebut bom.
Gejala dan Isyarat Gunung Api Akan Meletus
Dalam buku "Vulkanologi" karya Muhammad Isa, dijelaskan bahwa isyarat atau tanda-tanda akan terjadinya letusan pada gunung api dapat diamati sebagai berikut.
1. Material magma dari dalam Bumi menuju permukaan melalui jalur sesar pada lubang kawah gunung api.
2. Gas, abu, lava, dan material padat lainnya terlihat keluar ke permukaan Bumi.
3. Air panas keluar dari rekahan batuan karena suhu yang meningkat.
4. Manifestasi panas Bumi seperti gas (fumarol), gas belerang (sulfatar), dan gas karbondioksida (mofet) muncul di permukaan gunung api.
5. Perubahan temperatur dan fluida mata air panas yang tidak normal menjadi indikator potensi erupsi gunung api.
6. Adanya hewan-hewan yang turun dari gunung karena peningkatan tajam suhu badan gunung juga menjadi isyarat akan erupsi.
Dampak Letusan Gunung Api
Ketika gunung api erupsi, gunung api akan menimbulkan dampak yang dapat bermanfaat dan sekaligus merugikan.
Dampak Positif
Adapun dampak positif dari letusan gunung api antara lain:
1. Material dari letusan, seperti pasir dan batuan, bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah dan jembatan.
2. Abu vulkanik dari letusan bermanfaat untuk pertanian alamiah.
3. Daerah pegunungan yang subur cocok untuk tanaman dan buah-buahan seperti apel, jeruk, dan alpukat karena curah hujan tinggi.
4. Kehadiran sumber daya alam vulkanik mendukung industri pertambangan.
5. Pasca erupsi, daerah tersebut bisa menjadi sumber informasi dan destinasi geowisata serta penelitian ilmiah.
Dampak Negatif
Sementara untuk dampak negatif dari letusan gunung api dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu dampak primer dan dampak sekunder.
Dampak primer melibatkan material utama dari dapur magma gunung api, yakni:
1. Jatuhan piroklastik
2. Lahar letusan
3. Lelehan lava
4. Awan panas
5. Gas beracun.
Sementara dampak sekunder melibatkan material yang muncul setelah material utama dan dapat sangat berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan terdampak, antara lain:
1. Banjir lahar dingin
2. Longsoran vulkanik
3. Banjir bandang
4. Tsunami, ini biasanya terjadi karena gunung api tersebut berada di laut, namun ini menimbulkan gempa karena letusannya.
Jadi, begitulah ulasan terkait erupsi gunung api beserta tanda-tanda dan dampaknya. Semoga bermanfaat!
(faz/faz)