Ukuran Badan Pengaruhi Kepribadian Anjing? Begini Riset Ahli Saraf Hewan

ADVERTISEMENT

Ukuran Badan Pengaruhi Kepribadian Anjing? Begini Riset Ahli Saraf Hewan

Noor Faaizah - detikEdu
Sabtu, 16 Des 2023 09:00 WIB
Small puppy white golden Labrador dog playing outdoors.
Ilustrasi anjing Foto: Getty Images/SanyaSM
Jakarta -

Anjing telah lama dikenal sebagai hewan yang setia. Tak sedikit, orang-orang memelihara hewan lucu berkaki empat ini. Pernahkah detikers menemukan beberapa anjing suka bermain lempar tangkap, sementara anjing lainnya lebih berminat menjadi penonton bola tenis?

Selain itu ada anjing yang senang berlari mengelilingi pemiliknya dan mengikuti mereka, lainnya senang berhenti beberapa kali untuk mengendus sesuatu yang menghalangi jalannya.

Beragam perilaku anjing seperti itu menimbulkan pertanyaan, bagaimana bisa anjing memiliki perilaku yang berbeda-beda bahkan dalam ras yang sama?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asisten profesor biologi evolusi manusia di Universitas Harvard, Amerika Serikat, Erin Hecht mencari jawaban atas pertanyaan tersebut dan wawasan tentang perkembangan otak anjing.

"Saat kita melihat anjing, sebagai eksperimen alami dan evolusi perilaku otak, yang harus kita lakukan hanyalah melihat otak mereka dan melihat apa yang dilakukan evolusi untuk memenuhi persyaratan seleksi tersebut," ujar Hecht.

ADVERTISEMENT

Dikutip dari laman The Harvard Gazette, anjing mengalami domestikasi sejak 20.000 hingga 40.000 tahun yang lalu.

Berdasarkan garis evolusi, manusia modern muncul sekitar 300.000 tahun yang lalu sehingga anjing yang mengalami domestikasi telah hidup berdampingan dengan ras anjing purba.

Observasi Pada Struktur Otak

Laboratorium Hecht melakukan pemindaian MRI pada hampir 100 otak anjing setiap tahun dan melakukan survei pemilik anjing-anjing tersebut.

Survei tersebut bertujuan untuk melihat keterampilan kerja anjing, seperti berburu, menggembala, dan menjaga lalu dibandingkan dengan bentuk tengkorak, ukuran tubuh, dan ras.

Observasi tersebut dilakukan pada ras anjing peliharaan seperti Great Dane, anjing pemburu, anjing perancang, serta anjing purba seperti husky dan anjing desa.

"Sekitar 80 persen anjing yang hidup saat ini dikenal sebagai anjing desa. Ini adalah hewan liar yang hidup sebagai manusia komensal. Jadi mereka hidup dalam masyarakat manusia, tapi mereka bukan hewan peliharaan," jelas Hecht.

Para peneliti juga menemukan perbedaan neurologis pada ras anjing pramodern dan anjing modern.

Anjing pramodern secara keseluruhan memiliki amigdala, atau bagian otak untuk mengontrol emosi dan memori, yang lebih besar. Temuan tersebut mengindikasikan keterampilan pemantauan lingkungan mereka yang lebih tinggi.

Sementara anjing modern memiliki neokorteks, atau bagian otak untuk mengontrol fungsi motorik, persepsi, dan penalaran yang lebih besar. Hal tersebut membuat mereka punya fleksibilitas yang lebih baik sehingga memudahkan adaptasi.

Laboratorium Hecht juga coba menghubungkan perbedaan kepribadian dan keterampilan enam bagian otak anjing yang berbeda.

Ke-enam bagian otak tersebut memiliki fungsinya masing-masing, antara lain kendali dorongan, penciuman dan pengecapan, navigasi spasial, komunikasi dan koordinasi sosial, bertarung atau lari, serta penciuman penglihatan.

Meskipun ras anjing yang tinggal di rumah memiliki kesamaan jalur kepribadian dan keterampilan, namun penelitian Hecht menunjukkan bahwa sifat-sifat tersebut disebabkan oleh pembiakan selektif dari DNA leluhur mereka.

"Baru-baru ini terjadi seleksi spesifik yang sangat kuat pada ras individu dibandingkan efek awal pada populasi leluhur," kata Hecht.

Ukuran Anjing Juga Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian

Lebih dari sekedar ras itu sendiri, jalur penentu kepribadian anjing ternyata juga dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran kepala.

Anjing yang lebih besar memiliki neokorteks yang lebih besar dibandingkan anjing yang lebih kecil, sehingga anjing-anjing tersebut umumnya lebih mudah dilatih dan tidak terlalu cemas.

"Hal ini menegaskan bahwa anjing dengan morfotipe tengkorak ekstrem memiliki dampak pada anatomi otak mereka, yang kemungkinan besar mempengaruhi perilakunya," kata Hecht.

Sehubungan dengan pemindaian MRI, laboratorium Hecht mengukur perilaku anjing dengan penilaian yang disebut Canine Behavioral Assessment and Research Questionnaire (C-BARQ).

Survei tersebut diisi oleh pemilik anjing untuk menilai perilaku seperti agresi, kemampuan untuk dilatih, tingkat persaingan anjing, dan masih banyak lagi. Melalui data C-BARQ yang dilakukan pada 32.000 anjing dari 82 ras berbeda, diketahui dominasi lebih banyak dikumpulkan berdasarkan tinggi badan dibandingkan rasnya.

"Jadi ukuran (anjing) adalah prediktor yang lebih baik daripada ras dalam memprediksi skor temperamen pada penilaian C-BARQ ini," kata Hecht.

Dia menambahkan bahwa anjing tertentu memiliki susunan otak yang menunjukkan kecenderungan terutama yang berlaku untuk keterampilan kerja.

"Pelatihan hampir selalu diperlukan, saya belum pernah mendengar jenis anjing pekerja tertentu yang dilahirkan langsung mengetahui cara melakukan pekerjaannya," kata Hecht.

Dengan demikian, jika detikers melihat seekor pitbull yang bertingkah seperti chihuahua kita bisa melihat penyebab di balik perilaku tersebut melalui otak mereka.




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads