Kesimpulan itu didapat berdasarkan sebuah studi terbaru yang mengeksplorasi usia ketika anak-anak mengembangkan perbedaan antara gerakan co-speech (gerakan dengan ucapan) dan gerakan diam (gerakan tanpa ucapan) yang dilakukan orang dewasa. Studi ini dipublikasikan di jurnal Language and Cognition oleh Cambridge University Press.
Bahasa Turki Kalimatnya Dipecah
Para ahli meneliti anak-anak berusia antara 3 dan 12 tahun yang berbicara bahasa Inggris atau Turki. Mereka diminta menggunakan tangannya untuk melakukan tindakan tertentu, misalnya "berlari ke dalam rumah".
"Bahasa Inggris dan Turki adalah suatu perbandingan yang primer karena keduanya punya cara berbeda dalam membicarakan suatu peristiwa," ujar Εeyda ΓzΓ§alΔ±Εkan, seorang profesor di Departemen Psikologi di Universitas Negeri Georgia, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari IFL Science.
ΓzΓ§alΔ±Εkan menjelaskan, saat seseorang mendeskripsikan seseorang yang memasuki sebuah rumah dengan bahasa Turki, kalimatnya harus dipecah. Menjadi, "dia berlari, lalu masuk ke dalam rumah".
"Tapi kalau dalam bahasa Inggris, mereka hanya akan mengatakan 'he ran into the house', semuanya dalam satu kalimat yang ringkas. Oleh karena itu, lebih mudah untuk mengekspresikan berlari (cara gerak) dan memasuki (jalur gerak) secara bersamaan dalam satu ekspresi dalam bahasa Inggris dibandingkan dalam bahasa Turki," jelasnya.
ΓzΓ§alΔ±Εkan dan rekannya ingin mengetahui apakah isyarat juga mengikuti perbedaan-perbedaan ini serta bagaimana anak-anak usia dini mempelajari pola-pola tersebut selama perkembangan mereka. Anak-anak diminta untuk menggambarkan tindakan yang sama dua kali. Pertama, saat berbicara serta bicara disertai gerakan, kemudian tanpa berbicara dan hanya menggunakan tangan (silent gesture).
Para peneliti menemukan bahwa, ketika anak-anak berbicara dan memberi isyarat pada saat yang sama, isyarat mereka mengikuti konvensi bahasa mereka. Artinya ada perbedaan yang jelas antara gestur yang digunakan oleh penutur bahasa Inggris dan Turki. Namun, ketika mereka hanya menggunakan gestur saja, gerakan anak-anak tersebut sangat mirip.
"Lebih mudah untuk mengekspresikan berlari dan masuk dalam satu isyarat dibandingkan dengan ucapan, khususnya bagi penutur bahasa Turki yang harus mengekspresikan berlari dan masuk dalam dua kalimat terpisah dalam kalimat mereka," jelas ΓzΓ§alΔ±Εkan.
Menariknya, penelitian menemukan bahwa pola-pola tersebut muncul pada anak usia dini. Anak-anak mulai menggunakan ucapan disertai gerakan dengan bahasa lisan mereka sekitar usia 3 hingga 4 tahun.
Potensi Adanya Bahasa Isyarat Universal
Dalam penelitian sebelumnya, ΓzΓ§alΔ±Εkan dan rekannya meneliti fenomena ini pada orang dewasa yang dapat melihat dan buta. Pada penelitian tersebut, peserta juga dibagi antara penutur bahasa Inggris dan Turki.
Dengan menggunakan metode yang sama seperti dalam penelitian terbaru, tim menemukan perbedaan yang sama dalam ucapan yang disertai gerakan dan persamaan dalam gestur diam.
Sejauh ini, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa banyak peserta menggunakan gerak tubuh yang mirip dengan "home sign system" atau bahasa isyarat rumah, yakni bahasa isyarat informal yang dikembangkan secara spontan oleh anak-anak tunarungu yang belum mempelajari bahasa isyarat konvensional.
ΓzΓ§alΔ±Εkan percaya bahwa hal itu menunjukkan potensi adanya semacam sistem isyarat universal yang memungkinkan kita berkomunikasi satu sama lain tanpa memandang kemampuan bahasa, penglihatan, atau pendengaran. Langkah selanjutnya menurut ΓzΓ§alΔ±Εkan, adalah mempelajari anak-anak tunanetra berbahasa Turki dan Inggris untuk melihat apakah pola yang sama muncul di sana.
"Kami menyimpulkan dalam penelitian kami sebelumnya, orang dewasa tunanetra melakukan gerakan seperti orang dewasa yang dapat melihat... Mereka menunjukkan perbedaan dalam berbicara dan mengucap disertai gerakan, tapi ketika mereka tidak berbicara, mereka menunjukkan kesamaan. Jadi, pertanyaan selanjutnya adalah, seberapa dini kita melihat buktinya?" jelas ΓzΓ§alΔ±Εkan.
(nah/nwk)