Sejarah Kentongan, Alat Komunikasi Tradisional Sejak Zaman Dahulu

ADVERTISEMENT

Sejarah Kentongan, Alat Komunikasi Tradisional Sejak Zaman Dahulu

Fahri Zulfikar - detikEdu
Jumat, 08 Des 2023 06:30 WIB
Pekerja membuat kentongan dari bambu di Cokro, Tulung, Klaten, Jawa Tengah, Senin (20/4/2020). Sedikitnya 650 kentongan dibuat untuk memenuhi permintaan di Kota Solo sebagai alat komunikasi tradisional yang dapat digunakan oleh warga saat menjaga keamanan kampung di malam hari di tengah situasi pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/wsj.
Foto: ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/Kentongan
Jakarta -

Apakah detikers pernah mendengar suara kentongan? Biasanya, kentongan dapat ditemukan di kampung-kampung atau pedesaan di banyak wilayah di Indonesia.

Kentongan adalah alat pemukul yang terbuat dari batang bambu atau batang kayu dengan lubang memanjang di tengahnya. Kentongan menjadi alat komunikasi tradisional yang berfungsi untuk menyampaikan informasi.

Alat Komunikasi Jarak Jauh

Mengutip laman Kemdikbud, kentongan sebagai alat komunikasi jarak jauh biasa digunakan untuk memberi suatu tanda/alarm, penanda adzan di wilayah pedesaan di Indonesia, serta bencana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biasanya, jumlah setiap pukulan kentongan memiliki arti berbeda. Misal jika dipukul per satu kali, menandakan ada sebuah informasi.

Kemudian jika dipukul per dua kali terus menerus, biasanya ada kasus pencurian. Sedangkan saat dipukul tiga kali, ada informasi bencana atau bahaya.

ADVERTISEMENT

Sejarah Kentongan

Melansir laman resmi Kabupaten Lombok Barat, sejarah kentongan telah ada dalam legenda Laksamana Cheng Ho dari China yang mengembara dengan misi keagamaan pada 1405-1433 M.

Diketahui, saat itu Cheng Ho menemukan kentongan sebagai alat komunikasi ritual keagamaan. Lalu, penemuan kentongan tersebut dibawa ke China, Korea, dan Jepang.

Adapun di Indonesia, kentongan ditemukan ketika Raja Anak Agung Gede Ngurah di Nusa Tenggara Barat berkuasa sekitar abad XIX. Ia menggunakannya untuk mengumpulkan massa.

Sementara di Yogyakarta ketika masa kerajaan Majapahit, kentongan Kyai Gorobangsa sering digunakan sebagai pengumpul warga.

Sejak awal, kentongan merupakan alat pendamping ronda (patroli menjaga keamanan). Kentongan digunakan untuk memberitahukan ketika pencuri atau bencana alam.

Di pedesaan, kentongan kemudian berkembang dan digunakan di masjid-masjid kecil sebagai pemanggil masyarakat untuk ke masjid bila jam salat telah tiba.

Menjadi Sebuah Tradisi

Seiring berkembangnya zaman, kentongan tak hanya dijadikan untuk alat komunikasi saja, melainkan sebuah tradisi yang dilakukan rutin.

Misal, pada bulan Ramadan, kentongan digunakan untuk membangunkan orang sahur. Di sejumlah wilayah di Indonesia, kentongan diiringi tabuhan lain sebagai tradisi membangunkan sahur.

Di beberapa wilayah, tradisi ini kemudian disebut dengan kentongan sahur.




(faz/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads