Kapan Tradisi Kentongan Sahur Berawal? Begini Analisis Dosen Sejarah Unair

ADVERTISEMENT

Kapan Tradisi Kentongan Sahur Berawal? Begini Analisis Dosen Sejarah Unair

Pasti Liberti Mappapa - detikEdu
Rabu, 12 Apr 2023 04:00 WIB
Thok Thek Thok, tradisi bangunkan sahur pakai kentongan bambu
Thok Thek Thok, tradisi bangunkan sahur pakai kentongan bambu Foto: Muhajir Arifin/detikJatim
Jakarta -

Tradisi kentongan untuk membangunkan orang sahur mewarnai bulan Ramadan. Sejumlah wilayah di Indonesia melakukan tradisi ini sebagai bentuk untuk menyemarakkan bulan suci.

Sejak kapan tradisi ini berlangsung di Indonesia dan apakah berkaitan dengan tradisi Timur Tengah?

Dosen Ilmu Sejarah Universitas Airlangga Dr Sarkawi B Husain SS MHum memaparkan catatan sejarah mengenai awal mula tradisi kentongan ini belum ditemukan. Namun, ada dugaan bahwa tradisi ini dimulai sejak Islam masuk di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak ditemukan catatan sejarah tentang awal tradisi kentongan untuk membangunkan masyarakat muslim untuk sahur. Akan tetapi dugaan saya, tradisi tersebut sudah ada sejak masuknya Islam di Indonesia," katanya dalam keterangan tertulis Unair yang dikutip detikedu, Selasa (11/4/2023).

Kepala Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga itu menyampaikan tradisi kentongan yang ada di Indonesia ini tidak memiliki hubungan secara langsung dengan tradisi yang ada di Timur Tengah.

ADVERTISEMENT

Kawasan Timur Tengah memiliki tradisi sendiri dalam membangunkan orang sahur, yaitu azan.

"Tradisi ini tidak memiliki hubungan secara langsung dengan daerah Timur Tengah. Namun secara tidak langsung tradisi membangunkan sahur sudah dikenal sejak zaman Rasulullah dengan media yang berbeda, yakni azan," ucap Sarkawi.

Ragam Tradisi Kentongan Sahur di Indonesia

Hampir seluruh wilayah Indonesia melakukan tradisi kentongan sahur tersebut dengan tujuan yang sama. Hanya saja tidak semua wilayah memiliki nama tradisi yang sama.

Misalnya, tradisi ngarak beduk di Jakarta yang sudah dikenal sejak ratusan tahun lalu. Adapun di Banjar, Kalimantan Selatan, misalnya, dikenal tradisi bagarakan sahur yang sudah ada sejak Islam masuk di daerah Banjar.

"Kini tradisi tersebut dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana seperti panci, galon air, atau radio," jelasnya.

Respons Masyarakat

Tradisi kentongan dalam membangunkan orang sahur ini menciptakan respons dari berbagai masyarakat. Bagi masyarakat muslim khususnya masyarakat desa atau kampung, tradisi ini bermanfaat dalam membangunkan mereka untuk sahur.

Mereka juga antusias menyambut bulan suci dengan melakukan tradisi tersebut. Namun, tradisi ini dapat mengusik ketenangan masyarakat non-muslim. Mereka terpaksa harus bangun lebih pagi daripada biasanya karena suara bising yang mereka dapatkan.

"Bagi masyarakat non-muslim tentu ini agak mengganggu karena terpaksa terbangun akibat suara bising, padahal mereka tidak hendak sahur," ungkap Sarkawi.

Ia menilai tradisi kentongan sahur ini masih relevan hanya di beberapa tempat, salah satunya adalah desa atau kampung. Tempat tersebut masih relevan dalam menerapkan tradisi kentongan sahur karena faktor homogenitas penduduk dan teknologi.

"Bagi masyarakat yang homogen seperti di desa atau kampung, tentu ini masih sangat relevan. Apalagi di kampung, tentu ada keluarga yang tidak memiliki teknologi seperti HP yang dapat digunakan untuk alarm," jelas Sarkawi.

Namun, tradisi ini tidak terlalu relevan jika diterapkan di perkotaan. Mereka merupakan masyarakat yang beragam, tidak semuanya beragama Islam, dan penggunaan teknologi yang sudah maju dalam membangunkan orang sahur.




(pal/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads