Tersihir dengan Suara Gamelan, Ini Cerita Musisi Korea Selatan yang Lulus S3 di UGM

ADVERTISEMENT

Tersihir dengan Suara Gamelan, Ini Cerita Musisi Korea Selatan yang Lulus S3 di UGM

Devita Savitri - detikEdu
Jumat, 17 Nov 2023 09:30 WIB
Chung Ji Tae wisudawan doktor terbaik UGM yang teliti tentang gamelan
Chung Ji Tae, musisi tradisional Korea yang jadi doktor di UGM Foto: dok. Universitas Gadjah Mada
Jakarta -

Suara indah alat musik gamelan memang mampu menyihir siapapun yang mendengarnya, termasuk bagi Chung Ji Tae seorang musisi alat musik tradisional Korea Selatan.

Tak hanya selewat semata, gamelan bahkan menghantarkan Ji Tae panggilan akrabnya menjadi wisudawan terbaik program Doktor Pascasarjana Universitas Gadjah Mada I Tahun Ajaran 2023/2024 pada tanggal 25-26 Oktober 2023 lalu. Ji Tae berhasil lulus dengan IPK 3,84.

Awal Mula Tertarik dengan Gamelan

Pada ceritanya, Ji Tae mengaku sudah mencintai musik dan belajar musik tradisional Korea sejak ia kecil. Hingga ia akhirnya datang ke Indonesia pada tahun 2011 dan langsung terpesona dengan suara gamelan yang didengarnya dari kanal YouTube.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menggambarkan suara gamelan dengan kata 'eksotik'. Hal ini dinilai wajar lantaran pemain profesional alat musik Korea "daegeum" dan "sogeum" ini mengaku dahulu ia fokus pada estetika seni.

Fokus pada satu hal nyatanya mengantarkan Ji Tae pada kebosanan dan mencari tantangan baru untuk mempelajari struktur seni, wacana seni, dan ideologi seni. Hal ini ditemukannya di program studi Kajian Budaya dan Media UGM.

ADVERTISEMENT

Gelar Pertunjukkan Gamelan Arirang

Tak hanya sekedar tersihir biasa, Ji Tae terus memperdalam tentang gamelan sekaligus tetap mengingat tanah kelahirannya. Dengan demikian, ia menciptakan Gamelan Arirang.

Gamelan Arirang terdiri dari dua kata dengan makna yang berbeda. Gamelan merujuk pada instrumen musik tradisional dari Indonesia yang populer baik dalam dan luar negeri, sedangkan Arirang adalah lagu simbolik tradisional Korea yang paling populer.

Menurutnya, istilah gamelan justru berlawanan dengan arirang. Meski begitu, perbedaan ini malah menimbulkan konsep kebangsaan.

"Perbedaan kedua istilah ini, secara otomatis membawa klasifikasi Indonesia dan Korea dalam konsep kebangsaan, sehingga gamelan mewakili musik tradisional Indonesia dan Arirang mewakili musik tradisional Korea, yang pada akhirnya, penggabungan dua tanda ini merupakan kolaborasi musik tradisional Indonesia dan Korea," terangnya dikutip dari rilis di laman resmi UGM, Kamis (16/11/2023).

Ji Tae sempat melakukan penelitian yang berjudul "Poetik dan Politik Pertunjukan Gamelan Arirang: Penelitian Teknologi Diri" yang menjelaskan kritik terhadap praktik pertukaran budaya oleh seniman Korea yang masih bersifat unilateral.

Kritik ini membawa inspirasi untuk memperlihatkan harmonisasi antara budaya dari Korea dan Indonesia melalui kolaborasi musik tradisional yang digelar dalam sebuah pertunjukan. Pertunjukan ini berjudul "Gamelan Arirang: Mediasi Interkultural Seni Budaya Indonesia-Korea" pada tahun 2017.

Dilaksanakan di Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta pada 26 November 2017 silam, pertunjukkan ini menjadi cikal bakal gelar Doktor yang diperolehnya dari UGM.

Bahas Interkultural Seni di Disertasi

Terus memperdalam seni Gamelan Arirang, untuk disertasi Ji Tae menambahkan sub judul "Mediasi Interkultural Seni Budaya Indonesia-Korea". Kajian ini menjelaskan bila konsep pertunjukkan kolaborasi budaya juga bermakna sebagai bentuk mediasi.

"Mediasi di sini memiliki arti bahwa pertunjukan sebagai proses komunikasi yang ditujukan untuk membantu dua orang atau kelompok yang berkonflik untuk mencapai kesepakatan atau pemecahan suatu masalah," jelasnya.

Namun, makna ini berubah menjadi mediasi budaya dalam bidang seni yang artinya menghubungkan antara kesenian dan masyarakat. Sehingga secara simbolik pertunjukan Gamelan Arirang memiliki karakteristik kolaborasi bilateral bukan unilateral.

Program Doktor yang dilakukan lulusan National High School of Traditional Korean Arts dan The Korean Traditional Music Program, Suwon University berlangsung selama 5 tahun. Karena dalam prosesnya, ia juga tetap menjalankan profesi sebagai musisi.

Ji Tae juga kerap menyabet banyak penghargaan di bidang musik dan menggelar banyak pertunjukan solo serta kolaborasi musik Indonesia dan Korea. Seperti Jing Gong di Bali dan Gamelan Arirang di Yogyakarta.

Beberapa kali, ia juga ditunjuk sebagai direktur untuk berbagai pertunjukkan musik di Indonesia. Seperti Salmunori Ciraken (2016), Gamelan Arirang Surakarta (2016), dan Gamelan Arirang Yogyakarta (2017), serta Festival Gugak Indonesia (2021).

Sosok Ji Tae juga dikenal sebagai musisi yang melahirkan pertukaran musik antar budaya di ranah akademik. Meski kadang bahasa menjadi penghalang, dukungan dosen dan promotornya terus mengiringi hingga mendapat predikat terbaik.

"Sebagai mahasiswa asing, keberadaan kantor imigrasi di kampus membuatnya nyaman dan tenang karena banyak membantu untuk urusan keimigrasian dan juga masa studi di UGM merupakan pengalaman yang luar biasa positif," tutupnya




(det/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads