Kalian tentu tahu, bangkai kapal akan menjadi rumah bagi hewan-hewan laut setelah beberapa lama. Sebagai contoh, diperkirakan ada 50.000 bangkai kapal ditemukan di sekitar garis pantai Inggris yang menjadi tempat perlindungan tersembunyi bagi ikan, karang, dan spesies laut lainnya, menurut sebuah studi terbaru.
Banyak dari bangkai kapal ini telah tergeletak di dasar laut selama lebih dari satu abad dan menjadi penghalang bagi para nelayan yang menggunakan pukat tarik udang untuk mengamankan hasil tangkapan mereka. Akibatnya, meskipun banyak wilayah dasar laut telah rusak parah akibat tekanan penangkapan ikan yang besar, sebagian besar dasar laut yang ada di dalam dan sekitar kapal karam masih utuh.
Penelitian tersebut menemukan bahwa kepadatan rata-rata kehidupan laut di wilayah yang masih terbuka untuk penangkapan ikan dengan pukat tarik udang, adalah 240% lebih besar di lokasi bangkai kapal dibandingkan di lokasi yang secara aktif digunakan untuk penangkapan ikan dengan penarik dasar laut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bagian dasar laut dalam radius 50 meter dari bangkai kapal, perbedaannya bahkan lebih besar. Kepadatan biota laut 340% lebih besar dibandingkan di lokasi kontrol.
Sebaliknya, di lokasi yang dekat dengan pukat tarik udang, kelimpahannya 149% lebih besar dibandingkan di lokasi bangkai kapal dan 85% lebih besar dibandingkan di dasar laut dalam radius 50 m dari lokasi bangkai kapal.
Penelitian yang dilakukan oleh University of Plymouth dan Blue Marine Foundation ini telah diterbitkan dalam jurnal Marine Ecology. Studi tersebut merupakan penelitian pertama yang menunjukkan pentingnya ekologis dari bangkai kapal dan sekitarnya, yakni di daerah dengan tekanan penangkapan ikan yang tinggi.
Jenny Hickman, penulis utama studi ini, menyelesaikan penelitian ini sebagai bagian dari program MSc Marine Conservation di University of Plymouth.
"Penggunaan alat penangkapan ikan yang ditarik dari dasar laut sudah menjadi hal yang lumrah sejak tahun 1800-an, dan telah mengubah komunitas laut dan jasa ekosistem secara signifikan," kata Hickman.
"Di luar perlindungan hukum, hanya wilayah yang tidak dapat diakses oleh kapal pukat yang diberikan perlindungan, itulah sebabnya lokasi kapal karam jarang terkena tekanan kapal pukat. Sebab banyak yang sudah berada di sana selama lebih dari 100 tahun, hal ini memberikan dasar potensi ekologis ketika tekanan trawl dikurangi atau dihilangkan," lanjutnya.
Penting untuk Konservasi Masa Depan
Penelitian tersebut dilakukan di sekitar lima kapal karam di lepas pantai Berwickshire, yang semuanya diperkirakan tenggelam pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kapal-kapal tersebut berada antara 17 dan 47 meter di bawah permukaan laut. Beberapa di antaranya berada di area terbuka untuk penangkapan ikan yang ditarik dari bawah dan di area lainnya di mana beberapa jenis penangkapan ikan dilarang.
Tim peneliti didukung oleh awak kapal setempat, mengumpulkan rekaman video bangkai kapal dengan radius sekitar 50 m dan lokasi pengendalian lebih dari 150 m dari lokasi bangkai kapal.
Rekaman seluruh lokasi kemudian dipelajari bersama dengan para peneliti yang memiliki ketertarikan khusus dalam menemukan spesies yang dianggap rentan terhadap penangkapan ikan dengan pukat jika hal ini dibiarkan berlanjut.
"Penelitian ini memberikan wawasan tentang apa yang mungkin terjadi jika aktivitas penangkapan ikan dengan tarikan dasar laut dikurangi. Hal ini menambah pemahaman yang lebih luas mengenai potensi bangkai kapal untuk berkontribusi terhadap pemulihan dan peningkatan ekosistem, mengingat banyaknya jumlah bangkai kapal yang ditemukan di dasar laut," jelas Joe Richards, Manajer Proyek Skotlandia untuk Blue Marine Foundation dan salah satu rekan penulis studi tersebut.
Pihak University of Plymouth dan Blue Marine Foundation telah bekerja sama selama bertahun-tahun untuk mengkaji manfaat Kawasan Konservasi Laut atau Marine Protected Areas (MPAs).
Hal ini termasuk penelitian di MPAs Teluk Lyme di lepas pantai selatan Inggris. Para peneliti mengatakan penelitian terbaru ini menunjukkan pentingnya memasukkan lokasi bangkai kapal ke dalam rencana konservasi di masa depan, dan juga manfaat dari status Kawasan Konservasi Perairan.
"Studi ini melanjutkan penelitian kami mengenai hal tersebut, dan menyoroti dampak aktivitas manusia di masa lalu yang sebenarnya berdampak positif terhadap dasar laut saat ini. Tidak diragukan lagi, hal ini harus dipertimbangkan dalam rencana pengelolaan kelautan di masa depan," ujar Dr Emma Sheehan, associate professor jurnal Marine Ecology dan penulis senior.
(nah/nwk)