El Nino Tak Hanya Berdampak Negatif, Peneliti BRIN Sebutkan Manfaatnya

ADVERTISEMENT

El Nino Tak Hanya Berdampak Negatif, Peneliti BRIN Sebutkan Manfaatnya

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 24 Nov 2023 19:30 WIB
Ilustrasi Neraka Bocor Suhu Panas Indonesia Efek El Nino
Foto: Luthfy Syahban
Jakarta -

El Nino tak hanya memberikan dampak negatif dalam kehidupan. Di sisi kelautan, El Nino memiliki dampak yang positif.

Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Edvin Aldrian mengatakan, El Nino memang mengakibatkan sejumlah dampak buruk seperti kekeringan parah yang terkadang disertai potensi peningkatan kebakaran hutan, juga defisit air permukaan yang berakibat defisit air di waduk; danau; dan sungai.

"El Nino juga mengakibatkan kekeringan yang mana berarti adanya peningkatan potensi puso atau gagal panen pada sektor pertanian khususnya padi," ujar Edvin dalam The 3rd International Conference on Radioscience, Equatorial Atmospheric Science and Environment (INCREASE) 2023 (21/11), dikutip dari situs resmi BRIN.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, menurutnya El Nino menyebabkan sejumlah permasalahan utama yakni harus impor beras, membuat pompa, irigasi, dan sumber daya air.

Dampak Positif El Nino

Meski El Nino mengakibatkan kekeringan, Edvin mengatakan sektor perikanan akan menguat seiring laut mengalami pendinginan. Kemudian ikan akan berenang mendekati permukaan dan industri garam memperoleh manfaat dari sinar matahari dalam waktu yang lama.

ADVERTISEMENT

Selain itu, industri rumput laut pun akan memperoleh keuntungan dari dinginnya air laut dan transportasi darat serta laut memperoleh manfaat dari situasi bebas badai.

"Beberapa komoditas pertanian seperti palawija, bawang merah, tembakau, dan hutan jati akan merasakan manfaat dari kondisi ini dan juga sektor jasa konstruksi akan diuntungkan dengan meningkatnya kapasitas produksi khususnya konstruksi gedung dan akan meningkatkan industri semen. Juga pada sektor pariwisata yang akan mendapat manfaat dari sinar matahari yang panjang," paparnya.

Menurutnya tahun 2023 adalah tahun antara suhu kritis permukaan laut. Adanya sedikit peningkatan suhu akan meningkatkan penguapan dan lebih banyak curah hujan.

"Pada akhir tahun ini, dampak ENSO (El Nino-Southern Oscillation) akan lebih terasa sehingga kita harus memanfaatkan fenomena ENSO ini dengan mengambil keuntungan dari dampak positif yang terjadi," sebut Edvin.

Variabilitas Iklim Benua Maritim

Pada acara ini, Edvin dengan pemaparannya yang berjudul "What happened with the climate of 2023, is the competition between global warming and ENSO?", turut menjabarkan variabilitas iklim di benua maritim, di antaranya merupakan iklim terletak di antara dua benua dan samudra, yakni iklim tipe laut akibat pengaruh pulau-pulau kecil.

"Selain itu, musim hujan dan ENSO (El Nino-Southern Oscillation) mendominasi sistem iklim serta arus laut yang menyalurkan massa air bersuhu hangat dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia," terang Edvin.

Dia menyebut, ENSO pertama kali dipakai nelayan Peru pada akhir 1800-an. Saat itu mereka menggunakannya untuk menggambarkan arus hangat yang muncul di lepas pantai barat Peru sekitar bulan Desember.

Edvin menguraikan, osilasi selatan mengacu pada pergeseran tekanan udara permukaan di Darwin, Australia dan Pulau Tahiti di Pasifik Selatan dan sebaliknya.

"El Nino dan juga satu fenomena iklim lainnya, yaitu La Nina adalah merupakan fase ekstrem dari osilasi selatan. El Nino mengacu pada pemanasan di wilayah tropis Pasifik bagian timur, sedangkan La Nina mengacu pada pendinginan," urainya.




(nwk/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads