Kenapa Wilayah Es Seperti Islandia Aktif Secara Vulkanik? Ini Kata Ahli Geologi

ADVERTISEMENT

Kenapa Wilayah Es Seperti Islandia Aktif Secara Vulkanik? Ini Kata Ahli Geologi

Noor Faai - detikEdu
Sabtu, 25 Nov 2023 19:00 WIB
SVINAFELL, ICELAND - AUGUST 13: Melting ice from Svinafellsjokull glacier floats in a lake of meltwater as the glacier looms behind on August 13, 2021 near Svinafell, Iceland. Iceland is feeling a strong impact from global warming. Since the 1990s 90% of Icelands glaciers have been retreating and projections for the future show a continued and strong reduction in size of its thee ice caps. Svinafellsjokull is one of dozens of glacier tongues that descend from Vatnajokull, Icelands biggest ice cap.  (Photo by Sean Gallup/Getty Images)
Gletser Svinafellsjokull di Islandia. Foto: Getty Images/Sean Gallup
Jakarta - Baru-baru ini Islandia mengumumkan status darurat di negara mereka akibat aktivitas vulkanik. Ribuan gempa Bumi dalam beberapa pekan terakhir mengguncang Kota GrindavΓ­k, sekitar 50 km barat daya Reykjavik, ibu kota Islandia.

Akibat bencana tersebut, Islandia melakukan evakuasi warga, penutupan beberapa destinasi wisata, dan mengeluarkan peringatan letusan gunung. Sementara itu, umumnya, aktivitas vulkanik di Islandia tidak berbahaya dibandingkan dengan letusan eksplosif di sepanjang Cincin Api Pasifik.

Kemunculan magma tidak jarang terjadi di wilayah tersebut. Karenanya, masyarakat sekitar wilayah es ini berhasil beradaptasi.

Namun, pernahkah terlintas di benak detikers, bagaimana bisa wilayah es seperti Islandia memiliki kondisi geologi vulkanik yang aktif? Seorang ahli geologi, Jaime Toro, mengungkap dua alasan utamanya, yaitu titik hotspot dan lokasi pecahan lempeng tektonik raksasa.

Pergerakan Lempeng Tektonik yang Saling Berjauhan

Lempeng tektonik merupakan bongkahan raksasa yang melapisi luar Bumi. Lempeng ini membawa benua dan lautan, serta terus bergerak.

Dilansir dari laman Live Science, ketika teori tentang lempeng tektonik muncul pada 1960-an, para ahli geologi menyadari banyak gunung api yang terletak di zona pertemuan lempeng.

Banyak gunung berapi seperti Gunung Fuji dan Gunung Rainier berada di zona pertemuan lempeng atau zona subduksi Cincin Api Pasifik. Jenis gunung ini cenderung memiliki letusan yang dahsyat karena memiliki tekanan gas yang tinggi.

Sedangkan jenis gunung api yang lebih 'tenang' terbentuk ketika lempeng-lempeng tektonik bergerak menjauh atau saling terlepas. Retakan tersebut membuat mantel Bumi naik ke permukaan dan lava mengisi celah tersebut.

Aktivitas vulkanik yang berada di dekat GrindavΓ­k, Islandia berhubungan langsung dengan gerakan lempeng tektonik semacam ini. Pegunungan Atlantik tengah berada di antara dua lempeng, yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Amerika Utara.

Contohnya, Taman Nasional Thingvellir yang berada di antara lempeng tektonik, memiliki bekas retakan topografi lembah linier panjang yang membentang ke timur laut dari GrindavΓ­k.

"Data satelit dari Kantor Meteorologi Islandia menunjukkan bahwa luas wilayah di sekitar GrindavΓ­k tenggelam sekitar 3 kaki selama 10 hari, dan stasiun GPS kota bergerak sekitar 3 kaki ke arah tenggara terhadap Utara," jelas Toro.

Kondisi ini selaras dengan rangkaian gempa Bumi yang belakangan terjadi. Sejak Oktober 2023, magma bertekanan ini mulai mendorong celah menuju permukaan. Peristiwa ini memicu gelombang gempa dan membuka kemungkinan letusan gunung.

Gunung Api di Wilayah Hotspot

Gunung api jenis ini biasanya mengeluarkan lava basal yang meleleh dengan suhu yang sangat tinggi dan cenderung mudah mengalir.

Pembentukan lava ini sama dengan proses vulkanik pada pembentukan kerak samudera baru akibat aktivitas vulkanik pegunungan bawah laut. Ketika magma keluar material tersebut akan mengeras dan menjadi batuan basalt.

Oleh karena itu, letusan gunung cenderung tidak eksplosif karena gas keluar seiring dengan mengalirnya lava cair.

Naiknya material panas ini disebabkan oleh gumpalan batuan super panas dari transisi antara inti logam Bumi dan mantel Bumi. Mekanisme Bumi mengeluarkan sebagian panas internalnya disebut sebagai hotspot.

Wilayah yang berada di titik hotspot akan mendapat beberapa keuntungan, khususnya di bidang energi. Diketahui, Islandia memperoleh 30 persen listrik dari panas Bumi.

Pembangkit tersebut memompa air dari sumur ke ladang vulkanik untuk dididihkan menjadi uap panas yang dapat mendorong turbin. Gerakan turbin inilah yang akan menghasilkan listrik.

Pembangkit listrik tenaga air bernama Svartsengi, dekat GrindavΓ­k, menggunakan panas Bumi untuk menghasilkan listrik lebih dari 75 megawatt.

Pembangunan tanggul pembangkit listrik tenaga air pada 1976 rencananya difungsikan sebagai tempat pembuangan air limbah panas ke daerah rendah di dekatnya. Harapannya, air tersebut akan meresap ke dalam tanah.

Namun, air panas Bumi mengandung silika terlarut itu berubah menjadi mineral ketika mendingin sehingga menciptakan lapisan kedap air. Karena itu, terbentuklah danau kecil dengan warna biru indah yang dikenal dengan Blue Lagoon.

Kini, aktivitas vulkanik di wilayah es tersebut membawa manfaat baik di bidang energi juga pariwisata. Pembentukan yang disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik inilah yang mengakibatkan aktivitas lava di Islandia.


(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads