Kepala BMKG: Water Hotspot Indonesia Tidak Separah Negara Lain, Tapi..

ADVERTISEMENT

Kepala BMKG: Water Hotspot Indonesia Tidak Separah Negara Lain, Tapi..

Novia Aisyah - detikEdu
Senin, 20 Nov 2023 17:00 WIB
Sawah Kekeringan
Foto: Ignacio Geordy Oswaldo
Jakarta -

Indonesia turut merasakan suhu bumi yang menghangat dalam lima bulan ke belakang, sejak Juni hingga Oktober. Meski demikian, berdasarkan data BMKG suhu maksimal di Indonesia pada periode tersebut mencapai 38 derajat celsius.

Sementara di berbagai negara lain misalnya di Bolivia, suhu bahkan mencapai 45 derajat. Suhu Indonesia masih berada di bawahnya karena 60% dari luas areanya merupakan laut dengan atmosfer yang relatif lembap. Maka dari itu dapat menjadi penyangga kenaikan temperatur.

Meski demikian, Indonesia tidak bisa tenang-tenang saja menghadapi perubahan iklim. Disebutkan dalam laman BMKG, fenomena El Nino dalam beberapa bulan terakhir berdampak musim kemarau menjadi lebih kering ketimbang biasanya. Ini mengakibatkan kekeringan terjadi di banyak wilayah di Tanah Air.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zona Kekeringan RI Tak Separah Negara Lain, Tapi..

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menuturkan, akibat dari perubahan iklim, secara global akan memunculkan zona-zona water hotspot atau zona kekeringan. Maksudnya, perubahan iklim akan memberi tekanan tambahan terhadap sumber daya air yang sudah langka dan menghasilkan water hotspot.

Potensi water hotspot di Indonesia memang tidak akan separah negara lainnya lantaran luas lautan yang amat cukup. Meski demikian, Dwikorita menegaskan bahwa yang perlu dipahami adalah sumber daya kehidupan masyarakat kita mayoritas berada di daratan, bukan lautan. Maka dari itu, perlu adanya antisipasi secara matang.

ADVERTISEMENT

Zona kekeringan atau water hotspot akan berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Organisasi Pangan Dunia atau FAO memperkirakan pada pertengahan abad ini, yakni ketika Indonesia memasuki masa emas, akan terjadi krisis pangan. Pada saat itu terjadi, 500 juta petani skala kecil yang menghasilkan 80% stok pangan dunia adalah yang berstatus paling rentan terhadap perubahan iklim.

"Kita harus mulai berpikir bagaimana sumber daya kehidupan itu lebih banyak di laut karena relatif kurang terdampak. Kalau di darat semakin merah, semakin oranye seperti saat ini berarti kerentanannya cukup tinggi," terang Dwikorita dalam Seminar Nasional Eco Infrastructure Festival 7th Creation 2023 di Ballroom TILC SV UGM, Minggu (19/11/2023).

Dwikorita menerangkan, saat ini pemerintah tengah menyusun instruksi presiden (inpres) kebijakan Indonesia untuk rencana pembangunan jangka panjang. Oleh sebab itu, diproyeksikan sampai Indonesia emas tiba, rencana pembangunan jangka panjang harus berkorelasi dengan kebijakan ketahanan iklim dan bencana.

Peran BMKG dalam hal ini adalah melakukan monitoring dalam skala nasional dan global. Hal itu dilakukan dalam tujuan memberikan informasi dan kearifan agar masyarakat mampu beradaptasi dan memitigasi dampak perubahan iklim.

Belum Pernah Dalam Sejarah, Heatwave di Banyak Tempat

Dalam sejarah peradaban manusia, belum pernah terjadi sebelumnya fenomena heatwave terjadi di banyak tempat secara bersamaan. Berdasarkan data World Meteorological Organization (WMO), Juli 2023 menjadi bulan terpanas sepanjang sejarah.

Contohnya, pada Juli kemarin di wilayah Sardinia Italia, suhu mencapai 48 derajat celsius. Lalu, di Rhodes Yunani, suhu tercatat 49 derajat. Sementara, di Maroko dan Afrika Utara suhu hingga lebih dari 47 derajat celsius. Kemudian, di Amerika Serikat tercatat suhu maksimalnya 53 derajat celsius dan selama 31 hari berurutan suhu lebih dari 43 derajat.

Dwikorita mengatakan, tahun 2023 sangat berpotensi menjadi tahun dengan temperatur terpanas sepanjang sejarah. Pasalnya, suhu permukaan beberapa tempat di dunia mencapai di atas 40 derajat.

"Sebelumnya rekor tahun terpanas adalah pada 2016 saat terjadi El Nino namun 2023 memecahkan rekor sebagai tahun terpanas," ujarnya.




(nah/nwy)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads