Tahukah detikers, bahwa garam merupakan salah satu mineral penting yang diperlukan oleh tubuh kita?
Jadi tubuh kita menggunakan garam atau natrium klorida (NaCl) untuk mengatur cairan dan menciptakan impuls saraf. Maka itu, otak telah mengatur jumlah konsumsi garam yang dibutuhkan oleh tubuh kita.
Misalnya, ketika kita menggunakan garam secukupnya maka bisa membuat kita bisa merasakan makanan enak. Tetapi jika garam digunakan dalam jumlah banyak di satu porsi makanan, maka akan terasa tidak enak.
Hal tersebut telah menunjukkan bahwa otak kita bisa mencegah konsumsi mineral ini secara berlebihan.
Konsumsi Garam Sesuai Kebutuhan
Uniknya, tubuh dan otak kita memang telah diatur sedemikian rupa. Jadi, saat kita mengonsumsi garam dalam jumlah besar justru dapat berbahaya bagi kesehatan kita.
Seperti meminum air laut yang banyak, akan berpotensi menyebabkan serangan jantung, stroke, tekanan darah tinggi, hingga batu ginjal.
Konsumsi garam dalam tubuh juga cukup berbeda dengan mineral lainnya. Kalsium misalnya, merupakan mineral yang bagus untuk tulang dan dapat disimpan di dalam tulang. Garam tidak bisa ditimbun dalam tubuh kita.
Jadi, memang benar bahwa waktu terbaik mengonsumsi garam adalah ketika dibutuhkan saat itu juga. Tentu dengan porsi yang tepat.
Garam Dapat Meningkatkan Sensorik Rasa
Karena menjadi kebutuhan tubuh, maka garam kerap banyak dimanfaatkan dalam bidang makanan atau kuliner.
Menurut National Academy of Science, dari sudut pandang kuliner garam memiliki banyak khasiat. Garam memberikan lebih dari sekadar rasa asin pada keseluruhan rasa makanan.
Ketika digunakan pada berbagai jenis makanan, garam dapat meningkatkan persepsi kekentalan produk, rasa manis, menutupi aroma logam kimia, dan meningkatkan intensitas rasa.
Penambahan garam pada makanan yang kita konsumsi juga mampu meningkatkan sifat sensorik manusia.
Dikutip dari laman Business Insider, garam bertindak sebagai penambah rasa dan bersifat menggugah selera. Dalam kasus penambahan garam yang menyebabkan peningkatan atribut positif dari makanan, dapat dirasakan ketika kita mengonsumsi makanan tersebut.
Bahkan pada beberapa makanan yang dirasa "kurang" enak, bila ditambahkan garam akan "terasa" lebih enak.
Bagi beberapa orang yang terbiasa mengonsumsi tinggi garam, bila memakan produk dengan jumlah garam yang "lebih" rendah dari biasanya, maka akan terasa tidak enak.
Dengan demikian, penambahan garam mampu meningkatkan sifat sensorik pada hampir setiap makanan yang dikonsumsi oleh manusia.
Tubuh Punya Mekanisme Pengatur Jumlah Konsumsi Garam
Untungnya, tubuh memiliki mekanisme tersendiri untuk mengkonsumsi garam yang masuk secara berlebihan.
Di lidah kita, sel reseptor rasa memiliki peran berbeda-beda untuk mendeteksi lima rasa dasar, yaitu manis, asam, pahit, asin, dan umami.
Dua dari lima rasa dasar manusia, yaitu rasa manis dan umami, mampu meningkatkan nafsu makan kita pada makanan yang kaya kalori. Seperti buah-buahan manis atau daging dan protein yang gurih.
Di sisi lain, menurut sebuah penelitian yang terbit di jurnal Nature, konsumsi garam dalam dosis tinggi dapat membajak reseptor pahit dan asam di lidah kita. Sehingga makanan yang terlalu asin akan terasa tidak enak.
"Rasa asin bersifat unik karena peningkatan konsentrasi garam secara mendasar mengubah rangsangan nafsu makan menjadi rangsangan yang sangat tidak menyenangkan," tulis studi dalam jurnal Nature.
Para peneliti juga menemukan bahwa tikus yang tidak memiliki jalur pengecapan ini tidak memiliki keengganan terhadap kadar garam yang tinggi.
Respons nafsu makan terhadap NaCl dimediasi oleh sel reseptor rasa yang mengekspresikan saluran natrium epitel. Akan tetapi, konsumsi kadar garam yang tinggi terjadi dalam dua jalur rasa yang tidak menyenangkan yaitu sel penginderaan rasa asam dan pahit.
Dengan demikian, garam dapat memberikan respons sensorik yang positif ketika kita mengkonsumsi makanan. Namun, juga dapat memberikan respons "enggan" ketika mengkonsumsi garam secara berlebihan.
Lebih lanjut, pengetahuan tentang bagaimana garam dideteksi oleh reseptor sensorik dapat membantu pengembangan mineral kedepannya.
Misalnya, mengembangkan pengganti garam yang dapat berkontribusi pada pengurangan seluruh kebutuhan garam. Mengingat, garam sendiri sudah cukup langka ditemukan di daratan.
(faz/faz)