Studi Ungkap Rasa Dasar Keenam yang Bisa Dicecap Manusia

ADVERTISEMENT

Studi Ungkap Rasa Dasar Keenam yang Bisa Dicecap Manusia

Noor Faaizah - detikEdu
Rabu, 11 Okt 2023 07:30 WIB
Canggih! Para Ahli Berhasil Buat Lidah Bioelektronik yang Bisa Mencicip Rasa Manis
Ilustrasi Foto: Getty Images/djgunner
Jakarta -

Kita bersama tahu bahwa rasa dasar terdiri atas manis, asam, asin, dan pahit. Kemudian di awal 1900-an, ilmuwan Jepang bernama Kikunae Ikeda mengemukakan rasa dasar kelima yaitu umami dan komunitas ilmiah pun menyetujuinya.

Namun, pernahkah terpikir oleh detikers sekalian jika bisa jadi ada rasa dasar baru yang ikut tergabung dalam kategori rasa dasar ke-enam? Penelitian dari University of Southern California (USC), Amerika Serikat kini memiliki bukti adanya rasa dasar baru.

Penelitian yang dilakukan oleh ahli neurobiologi dari Department of Biological Sciences USC , Emily Liman, bersama rekan-rekannya menemukan lidah merespons amonium klorida melalui reseptor protein yang sama ketika memberi sinyal rasa asam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, dari beberapa dekade, ilmuwan telah menyadari bahwa lidah manusia memberikan respons kuat terhadap amonium klorida. Namun, kita masih sulit memahami reseptor lidah mana yang secara spesifik bereaksi. Melihat hal tersebut, peneliti menemukan protein yang berfungsi mendeteksi rasa asam.

Berdasarkan penelitian yang terbit di Nature Communications pada (5/10/2023), protein yang berada di membran sel disebut dengan OTOP 1 dan protein tersebut membentuk saluran ion hidrogen yang masuk ke dalam sel.

ADVERTISEMENT

Diketahui, ion hidrogen adalah komponen penting asam, seperti lemon (mengandung asam sitrat dan askorbat), cuka (asam asetat), dan makanan asam lainnya akan memberikan rasa getir saat terkena lidah.

Hal ini karena ion hidrogen dari zat asam tersebut berpindah ke sel reseptor rasa melalui saluran OTOP1. Sedangkan, amonium klorida, pada dasarnya zat tersebut mampu mempengaruhi konsentrasi asam, termasuk ion hidrogen. Para peneliti berhipotesis kemungkinan OTOP1 merespons amonium klorida.

Uji Protein OTOP1 Menghasilkan Respons Pada Amonium Klorida

Dilansir dari laman Science Daily, mereka memasukkan gen OTOP1 ke dalam sel manusia yang dikembangkan di laboratorium. Peneliti lalu memaparkan asam atau amonium klorida pada beberapa bagiannya. Hasilnya menunjukkan bahwa amonium klorida mengaktifkan reseptor OTOP1 dana sama efektifnya dengan asam.

Liman mengatakan, "Kami melihat bahwa amonium klorida merupakan penggerak saluran OTOP1 yang sangat kuat. Ini (hasil eksperimen) aktif dengan baik atau lebih baik daripada asam."

Amonium klorida mengeluarkan sejumlah kecil amonia hingga meningkatkan pH dan menjadikannya lebih basa. "Perbedaan pH ini mendorong masuknya proton melalui saluran OTOP1," jelas Ziyu Liang, penulis studi yang merupakan mahasiswa PhD di laboratorium Liman.

Penelitian kemudian memperdalam hingga hal teknik untuk mengukur konduktivitas listrik, yaitu dengan mensimulasikan saraf penghantar sinyal. Peneliti menggunakan sel pengecap dari tikus normal dan tikus yang direkayasa genetik agar tidak menghasilkan OTOP1. Tujuannya untuk mengukur seberapa baik sel pengecap menghasilkan respons listrik yang disebut potensial aksi ketika amonium klorida dimasukkan.

Hasilnya, sel pengecap dari tikus biasa menunjukkan peningkatan potensial aksi setelah ditambahkan amonium klorida, sedangkan sel pengecap dari tikus yang kekurangan OTOP1 gagal merespons garam. Hal ini mengkonfirmasi hipotesis mereka bahwa OTOP1 merespons garam dan menghasilkan sinyal listrik di sel pengecap.

Hal yang sama juga terjadi ketika anggota tim peneliti lainnya, Courtney Wilson, mencatat sinyal dari saraf ketika melihat reaksi tikus yang diberi air minum biasa da air minum yang mengandung amonium klorida/ garam. Untuk percobaan ini, mereka menonaktifkan sel pahit yang juga berkontribusi pada perasa amonium klorida.

Hasil serupa terjadi pada tikus dengan protein OTOP1 fungsional yang merasakan rasa amonium klorida, sedangkan tikus yang kekurangan OTOP1 tidak keberatan dengan rsa tersebut, bahkan pada konsentrasi yang sangat tinggi.

"Ini benar-benar penentunya," kata Liman. "Ini menunjukkan bahwa saluran OTOP1 sangat penting untuk respons perilaku terhadap amonium."

Namun para ilmuwan belum selesai. Mereka bertanya-tanya apakah hewan lain juga sensitif saat menggunakan saluran OTOP1. Mereka menemukan bahwa saluran OTOP1 pada beberapa spesies tampak lebih sensitif terhadap amonium klorida dibandingkan spesies lain, termasuk pada manusia.

Apakah Protein ini Merupakan Evolusi dari Organisme?

Liman berspekulasi bahwa kemampuan untuk merasakan amonium klorida mungkin telah berevolusi untuk membantu organisme menghindari memakan zat biologis berbahaya yang memiliki konsentrasi amonium tinggi.

"Amonium ditemukan dalam produk limbah, seperti pupuk, dan agak beracun. Jadi masuk akal jika kita mengembangkan mekanisme rasa untuk mendeteksinya," jelas Liman.

Pihaknya berspekulasi bahwa variasi ini mungkin mencerminkan perbedaan relung ekologi hewan yang berbeda.

"Ikan (hidup di air) mungkin tidak banyak mengandung amonium di dalam air, sementara kandang ayam mengandung banyak amonium yang harus dihindari dan tidak dimakan," imbuh Liman.

Namun dia memperingatkan bahwa ini adalah penelitian yang sangat awal dan perlu studi lebih lanjut untuk memahami perbedaan spesies dalam hal sensitivitas amonium di saluran OTOP1.

Oleh karena itu, mereka telah mengidentifikasi bagian tertentu dari saluran OTOP1. Khususnya asam amino spesifik yang diperlukan untuk merespons amonium.

"Jika kita memutasi residu ini, saluran tersebut tidak terlalu sensitif terhadap amonium, namun masih bereaksi terhadap asam," ujar Liman.

Dengan demikian, kemampuan saluran OTOP1 dalam merespons amonium menjadi penting untuk kelangsungan hidup hewan. Atau bahkan, di masa mendatang, amonium klorida tergabung dalam kategori rasa bersama lima rasa dasar yang ada.




(pal/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads