Peneliti Temukan Mamalia Bertelur yang Sempat Hilang 62 Tahun di Papua

ADVERTISEMENT

Peneliti Temukan Mamalia Bertelur yang Sempat Hilang 62 Tahun di Papua

Cicin Yulianti - detikEdu
Senin, 13 Nov 2023 15:00 WIB
Landa Attenborough echidna terlihat di Pegunungan Cyclops
Foto: (Ekspedisi Cyclops/CNN/Reuters)
Jakarta -

Beberapa peneliti baru-baru ini menemukan seekor mamalia yang sempat dinyatakan hilang selama 62 tahun di Pegunungan Cyclops Papua. Mamalia tersebut bernama echidna paruh panjang attenborough.

Penemuan ini secara resmi dilaporkan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Mamalia tersebut berhasil disorot video kamera trap milik tim peneliti.

"Penampakan spesies endemik Papua ini pertama kali diidentifikasi oleh Pieter van Royen, seorang ahli botani Belanda di Gunung Rara Pegunungan Cyclops Papua pada tahun 1961," tulis keterangan BRIN seperti dikutip dari detikNews, Senin (13/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain BRIN, turut serta Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Universitas Cendrawasih, dan Universitas Oxford dalam penelitian yang dilakukan selama Juni-Juli 2023 ini.

ADVERTISEMENT

Termasuk Mamalia Bertelur

Penemuan echidna paruh panjang ini diperkuat oleh keterangan ahli mamalia Australasia, Kris Helgen dan Tim Flannery. Mereka menyepakati ukuran dari mamalia tersebut berkisar 48-64 cm dengan berat 4-9 kg.

Adapun dari Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Nurul Inayah mengatakan bahwa hewan tersebut merupakan mamalia yang bertelur atau disebut mamalia monotremata. Hewan ini diperkirakan telah berevolusi dari mamalia berplasenta dan berkantung pada 200 juta tahun lalu.

Lebih lanjut, Nurul menyampaikan bahwa ada spesies monotremata yang kini masih hidup. Contohnya platypus paruh bebek (Ornithorhyncus anatinus), echidna paruh pendek (Tachyglossus aculeatus), echidna paruh panjang timur (Zaglossus bartoni), echidna paruh panjang barat (Zaglossus bruijnii), dan echidna paruh panjang attenborough (Zaglossus attenboroughi).

"Spesies monotremata memiliki keunikan di antara mamalia lainnya, karena memiliki kloaka, tidak memiliki puting susu, dan bertelur. Meskipun perbedaan morfologi yang menentukan monotremata sudah diketahui, banyak aspek biologinya yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan hewan nokturnal ini mendiami daerah terpencil dan hidup di liang, terutama untuk Echidna Paruh Panjang," tulis keterangan BRIN.

Berstatus Kritis

Menurut Sekretariat Kewenangan Ilmiah Keanekaragaman Hayati BRIN, Amir Hamidy, echidna ini memiliki status kritis secara global. Menurutnya, echidna bisa diusulkan sebagai hewan mamalia monotremata yang dilindungi mengingat statusnya yang terancam.

"Status konservasi echidna paruh panjang attenborough ini juga perlu dievaluasi dan bisa dimungkinkan untuk diusulkan menjadi jenis yang dilindungi," tulis keterangan BRIN.

Sejauh ini, Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi hanya menyebutkan dua hewan mamalia monotremata. Keduanya yakni Tachyglossus aculeatus dan Zaglossus bruijni.

(cyu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads