Masih dalam rangka Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 5 November 2023 lalu, tahukah kamu spesies puspa dan satwa apa yang baru diumumkan di Indonesia tahun 2023 ini?
Dilansir dari laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) berikut spesies baru di Indonesia yang baru dipublikasikan tahun 2023. Artinya, spesies baru itu bukan ditemukan selama 2023, namun sudah resmi dimuat di jurnal ilmiah internasional tahun 2023 sebagai bentuk pengakuan.
1. Hanguana sitinurbayai (Hanguanaceae)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanguana sitinurbayai dari genus Hanguana, yang berasal dari Cagar Alam Gunung Nyiut, Kalimantan Barat. Nama spesies ini berdasarkan nama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya.
Spesies ini ditemukan oleh peneliti Indonesia yakni Agusti Randi, RM Wiwied Widodo dan Sadtata NA. Keunikan spesies Hanguana ke-23 yang pertama ditemukan di dataran tinggi. Spesies Hanguana sitinurbayai ini juga adalah spesies pertama yang memiliki 3 sterile bracts dan posisi buah soliter.
Hanguana sitinurbayai ini ditemukan tahun 2022 namun dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional Phytotaxa tanggal 31 Juli 2023.
2. Bulbophyllum wiratnoi
Bulbophyllum wiratnoi merupakan tumbuhan yang tumbuh secara epifit atau hidup menumpang pada tumbuhan lain tanpa secara langsung mengambil unsur hara dari inangnya. Anggrek ini ditemukan pada habitat yang teduh (tidak terkena sinar matahari langsung) di ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah dengan ketinggian 114 meter dpl.
Bulbophyllum wiratnoi memiliki bunga berwarna kuning pucat dengan spot warna merah keunguan yang rapat, lebar bunga sekitar 2 cm, dan bibir bunga memiliki banyak papila. Keunikan spesies ini yang tidak dijumpai pada spesies lain terletak pada bagian mahkota bunga (petals) yang tereduksi menjadi rambut-rambut kaku berwarna ungu dengan stalks yang lentur.
Bulbophylum wiratnoi ditemukan di Sorong, Papua Barat, pada 2018 oleh Reza Saputra dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat. Namanya terinspirasi dari nama mantan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Kementerian LHK, Wiratno. Spesies ini disebut langka dengan keunikan karakter mahkota bunga tereduksi dan appendages seperti rambut kaku berwarna ungu.
Temuan ini sudah dipublikasikan di Jurnal Phytotaxa pada 28 Maret 2023.
3. Oreophryne riyantoi
Oreophryne riyantoi adalah spesies katak berwarna cokelat yang ditemukan pada seresah daun hutan pegunungan, di Gunung Mekongga, Sulawesi Tenggara, pada ketinggian 2.528 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Para peneliti yang menemukan spesies ini adalah Auni Ade Putri, Wahyu Trilaksono, Hellen Kurniati, Amir Hamidy serta Tim Institut Pertanian Bogor, Zoological Community of Celebes Sulawesi Tengah.
Berdasarkan data morfologi dan analisis filogenetik gen 16S rRNA, spesies baru ini didiagnosis memiliki moncong bulat pada tampilan punggung dan lateral, membran timpani tidak jelas, jarak interorbital sempit, tangan kecil, jari tangan dan kaki tidak berselaput, cakram terminal pada jari tangan dan kaki kecil, kakinya yang sangat pendek, serta permukaan punggung kepala, badan, dan anggota badan dengan tuberkel yang tidak teratur.
Penemuan ini dipublikasikan Jurnal Zootaxa Volume 5353 Nomor 5 pada 12 Oktober 2023.
Secara umum, berdasarkan hasil eksplorasi BRIN dan KLHK, lebih dari 90 jenis spesies baru telah ditemukan dalam kurun waktu tahun 2021-2023.
Sejarah Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional
Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) ditetapkan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1993 dan sampai kini masih diperingati secara nasional. Peringatan ini merupakan salah satu peringatan lingkungan hidup yang menjadi agenda tahunan di Indonesia, sebagaimana dilansir dari situs Dinas Lingkungan Hidup Probolinggo.
Peringatan HCPSN memiliki tujuan untuk meningkatkan perlindungan dan pelestarian flora fauna serta untuk menumbuhkan rasa kepedulian, cinta, dan kebanggaan terhadap potensi flora fauna Indonesia.
Dilansir dari laman ITS, peringatan ini sebagai upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan wawasan akan pentingnya keberadaan puspa dan satwa dalam kehidupan. Hal ini seturut dengan kondisi Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya yang melimpah, seperti dalam sektor flora dan fauna.
Sedangkan dikutip dari laman SDK Santa Maria 1 Malang, Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional ini dilatarbelakangi oleh dikeluarkannya Keputusan Presiden RI Nomor 4 Tahun 1993 oleh Presiden Soeharto tentang bunga dan satwa nasional. Hal ini didasarkan pula pada Indonesia yang masuk dalam 17 negara Megabiodiversity dunia.
Presiden Soeharto menetapkan tanggal 5 November sebagai Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional ketika memberi sambutan pada Upacara Pencanangan Tahun Lingkungan Hidup pada 10 Januari 1993 di Jakarta.
Dikutip dari buku Mimbar kekaryaan ABRI, Presiden Soeharto menetapkan HCPSN ini untuk mengingatkan diri agar selalu menjaga kelestarian fungsi lingkungan. Tak hanya itu, untuk mendukung peringatan ini pula maka sepanjang tahun dilakukan Gerakan Satu Juta Pohon.
World Wildlife Fund for Nature (WWF) merupakan organisasi yang bergerak dalam isu kehidupan alam liar dan isu lingkungan, menyebutkan bahwa HCPSN menjadi sebuah momen yang baik untuk membentuk kecintaan masyarakat terhadap puspa dan satwa agar tetap lestari.
Puspa dan Satwa Nasional
Berdasarkan dari sejarahnya, Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional diatur dalam Keppres RI Nomor 4 Tahun 1993. Dalam aturan tersebut Presiden Soeharto juga menetapkan beberapa hal, seperti adanya jenis bunga dan satwa nasional. Flora dan fauna tersebut yang dianggap sebagai ciri khas kekayaan Indonesia.
Berikut ini tiga jenis bunga yang dinyatakan sebagai bunga nasional oleh Presiden Soeharto, yaitu:
1. Bunga melati (Jasminum sambac) sebagai puspa bangsa
2. Bunga anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) sebagai puspa pesona
3. Bunga padma raksasa (Rafflesia arnoldi) sebagai puspa langka.
Sedangkan tiga jenis satwa yang dinyatakan sebagai satwa nasional adalah tiga jenis satwa dari darat, laut, dan udara, yaitu:
1. Komodo (Varanus komodoensis) sebagai satwa nasional
2. Ikan siluk merah (Sclerophages formosus) sebagai satwa pesona dan satwa dirgantara
3. Elang jawa (Spizaetus bartelsi) sebagai satwa langka.
Demikian penjelasan mengenai Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) dari sejarah hingga spesies baru yang ditemukan di Indonesia dan baru diumumkan di 2023.
(nwk/nwk)