3 Mitos Soal Kesehatan Mental, Benarkah Trauma Nggak Bisa Sembuh?

ADVERTISEMENT

3 Mitos Soal Kesehatan Mental, Benarkah Trauma Nggak Bisa Sembuh?

Nikita Rosa - detikEdu
Jumat, 03 Nov 2023 06:30 WIB
Little boy suffering from child abuse curled up on the sofa with his teddy.
Mitos Kesehatan Mental. (Foto: iStock)
Jakarta -

Sama dengan beragam hal di dunia ini, kesehatan mental tak lepas dari mitos. Beberapa mitos ini bahkan sudah lama beredar sampai banyak orang tidak memeriksa kebenarannya lebih lanjut.

Kesehatan mental merupakan bagian dari ilmu psikologi, di mana seorang individu memiliki kesejahteraan dan mampu menyadari potensi dirinya.

Mempercayai mitos-mitos tentang kesehatan mental tidak hanya meningkatkan kesalahpahaman, tapi juga mengurangi kesempatan untuk mendapatkan bantuan. Apa saja mitos tentang kesehatan mental? Cek di bawah ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

3 Mitos Tentang Kesehatan Mental

Mitos 1: Memikirkan hal bahagia akan menghilangkan depresi atau kesedihan

Walaupun beberapa penelitian menemukan bahwa manusia dapat mengubah beberapa emosi negatif dengan mengubah pemikiran dan persepsi, mempelajari cara melakukannya memerlukan latihan, dukungan, dan waktu. Depresi biasanya melibatkan regulasi abnormal pada siklus tidur/bangun, suhu tubuh, tekanan darah, neurotransmitter, dan berbagai fungsi endokrin.

Kemauan saja biasanya tidak cukup untuk memperbaiki semua itu. Lebih jauh lagi, kepercayaan kalau manusia bisa mengubah depresi dan kesedihan dengan berpikir positif bisa jadi bumerang untuk diri sendiri.

ADVERTISEMENT

Orang akan cenderung menyalahkan diri sendiri karena tidak kuat terhadap masalah yang dihadapi. Mengurungkan niat untuk mencari bantuan.

Mitos 2: Korban trauma nggak bisa sembuh

Penelitian menemukan bahwa manusia secara umum lebih tangguh dari yang kita kira. Faktanya, mereka yang paling mungkin mengalami gangguan stres pascatrauma atau Post Traumatic Stresss Disorder (PTSD) atau depresi setelah trauma adalah mereka yang mungkin memiliki kecenderungan genetik, hidup dengan stres kronis, atau memiliki kondisi kehidupan lainnya.

Mayoritas manusia akan pulih setelah mengalami pengalaman traumatis. Hanya 2-10 persen orang mengalami gejala PTSD.

Mitos 3: Kebanyakan orang dengan masalah emosional hanya mencari perhatian

Masalah emosional adalah hal yang nyata. Jajak pendapat dalam Psychology Today menemukan bahwa tingkat depresi seumur hidup dan depresi saat ini berada pada titik tertinggi sepanjang masa bagi orang Amerika.

Jika bersikap cemas atau depresi adalah satu-satunya cara seseorang mendapatkan perhatian, hal ini menunjukkan adanya masalah yang nyata. Sayangnya, mitos ini membuat banyak orang berasumsi bahwa jika seseorang berbicara tentang depresi, mereka tidak benar-benar mengalaminya.
.
Nah, itulah mitos-mitos tentang kesehatan mental. Jangan lupa cek kebenaran saat mendengar mitos serupa, ya!




(nir/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads