Kabar baik terbaru datang usai kebakaran Museum Nasional Indonesia (MNI). Tim Khusus Penanganan Unit MNI berhasil mengidentifikasi 689 dari 817 koleksi yang terdampak musibah tersebut. Proses identifikasi ini memakan waktu dua minggu karena artefak yang kompleks dan perlu kehati-hatian tinggi.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB), Ahmad Mahendra menjelaskan hingga Selasa (10/10/2023) kemarin proses evakuasi dan identifikasi artefak terus berlanjut di ruang koleksi keramik, terakota, dan peradaban. Tak sendirian, ia mengaku banyak mendapat bantuan untuk proses penyisiran koleksi ini.
"Kami juga mendapat bantuan tenaga ahli dari Tim Balai Konservasi Borobudur dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VIII Provinsi Banten dan DKI Jakarta untuk menyisir koleksi-koleksi yang terdampak, khususnya yang tertimpa dinding bangunan cagar budaya MNI yang runtuh akibat kebakaran. Saat ini, tim evakuasi masih melakukan penyisiran koleksi," ungkapnya dalam keterangan tertulis dikutip Rabu (11/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya tiga ruangan yang terdampak kebakaran, MNI akan segera melakukan proses evakuasi dan identifikasi di Ruangan Budaya Indonesia setelah pihak Kepolisian RI selesai melakukan penyelidikan.
Proses Klasifikasi Tingkat Kerusakan-Museum Ditutup
Dengan diidentifikasinya 598 koleksi, sejak Senin, 2 Oktober 2023 tim telah melanjutkan ke proses klasifikasi. Proses ini akan menentukan tingkat kerusakan atas setiap koleksi yang diharapkan rampung pada bulan ini.
"Bersamaan dengan proses evakuasi dan identifikasi yang terus diupayakan, sejak Senin, 2 Oktober 2023, proses klasifikasi telah dimulai. Kami menargetkan proses klasifikasi tingkat kerusakan atas setiap koleksi terdampak dapat rampung paling cepat bulan ini," lanjut Mahendra.
Klasifikasi kerusakan terbagi menjadi tiga kategori yaitu terdampak ringan, sedang dan berat. Bila sudah mendapatkan hasil, tim akan sampai ke tahap penyelamatan dengan melakukan analisis lanjutan.
Tahap analisis lanjutan ini akan menentukan apakah artefak itu harus di remediasi atau restorasi. Proses ini, membutuhkan ketelitian sehingga membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Selama proses ini, Museum Nasional Indonesia akan ditutup untuk publik. Meskipun begitu, Mahendra menyatakan BLU MCB tengah menyiapkan rangkaian program baru agar publik tetap bisa mengakses koleksi di MNI.
"Kami ingin terus berupaya menyajikan sarana edukasi yang optimal kepada publik, untuk itu kami sedang mengupayakan beberapa program. Hal ini tentunya akan bersamaan dengan upaya kami untuk terus menginformasikan informasi terbaru seputar proses pemulihan MNI secara terbuka dan berkala kepada publik," tutupnya.
(det/nwy)