Jepang menduduki Indonesia selama 3,5 tahun dari tahun 1942 hingga 1945. Meski terbilang singkat dibandingkan dengan pendudukan Belanda, tapi Jepang memiliki beberapa peninggalan yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Apa saja?
Sejak tiba di Indonesia, Jepang ikut membangun beberapa infrastruktur untuk pertahanan dan kepentingan lainnya. Berikut beberapa daftarnya yang dikutip dari laman Kemdikbud & laman resmi Provinsi DIY serta Sumut.
Peninggalan Jepang di Indonesia
1. Bunker Jepang
Bunker Jepang adalah salah satu bangunan yang digunakan oleh penjajah Jepang dalam melawan Sekutu. Mereka menggunakan bunker sebagai pertahanan militer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa bunker Jepang yang masih bisa dilihat situsnya, antara lain:
- Kawasan Bandara Sultan Thaha Jambi
- Desa Perupuk, Kel. Perupuk, Kec. Lima Puluh Pesisir, Kab. Batu Bara
- Desa Lamaru, Kecamatan Balikpapan Timur
- Di komplek Lanud Adisutjipto Yogyakarta
- di Taman Wisata Alam (TWA) Cagar alam Kabupaten Pangandaran.
2. Gua Jepang
Selain bunker, Jepang juga membuat gua sekitar tahun 1942-1943 sebagai tempat berlindung dan menyimpan senjata. Di Indonesia, beberapa gua Jepang terdapat di wilayah antara lain:
- Di Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, DIY
- Di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunungkidul
- Di Desa Blang Panyang, Kec. Muara Satu, Kota Lhokseumawe
- Di Jalan Raya KH Abdul Halim, Kelurahan Tonjong, Kecamatan/Kabupaten Majalengka.
3. Benteng Jepang
Jepang juga membangun benteng di wilayah Sumatera Barat, khususnya Bukittinggi dan sekitarnya karena dianggap sebagai daerah yang sangat strategis.
Kota Bukittinggi kemudian dijadikan sebagai markas besar Angkatan Darat ke-25 Kekaisaran Jepang yang menguasai Pulau Sumatera.
Adapun benteng Jepang tersebar di 3 titik berbeda. Benteng I berada di belakang Kantor Desa Taluk, Benteng II berada di di samping Kantor Desa Taluk, dan Benteng III berada di halaman SDN No. 39 Taluk. Letak ketiga benteng ini membentuk daerah segi tiga dengan jarak sekitar 25 m.
4. Bandara
Jepang mendirikan Bandar Udara (Bandara) Frans Kaisiepo, yang terletak di Pulau Biak pada tahun 1943. Jepang juga membangun lapangan terbang dan sejumlah fasilitas militer lainnya.
Selain itu, di Pulau Morotai, provinsi Maluku Utara juga pernah dibangun pangkalan militer pada tahun 1942. Di sekitar Pantai Daruba ada peninggalan landasan udara.
Pulau ini menjadi saksi bisu berkecamuknya Perang Dunia II, terutama perseteruan pasukan Sekutu dengan tentara Jepang dalam menguasai kawasan Asia Pasifik.
Diketahui, Morotai menjadi pintu masuk Jepang sebagai pintu masuk menguasai wilayah Hindia Belanda, Filipina, dan sebagian Malaysia.
Baca juga: Urutan Periodisasi Sejarah di Indonesia |
(faz/nwk)