Belanda Belum Pulangkan Kerangka 'Manusia Jawa', Apa Sih Sebabnya?

ADVERTISEMENT

Belanda Belum Pulangkan Kerangka 'Manusia Jawa', Apa Sih Sebabnya?

Novia Aisyah - detikEdu
Jumat, 14 Jul 2023 06:30 WIB
Mengapa Manusia Jawa belum bisa pulang ke Indonesia?
Foto: BBC World
Jakarta -

Pemerintah Belanda belum dapat mengembalikan kerangka Manusia Jawa atau Java Man. Sementara, pemerintah Indonesia sudah mendesak agar objek tersebut dikembalikan sejak 1975.

Saat ini, kerangka Manusia Jawa dipajang di Pusat Keanekaragaman Hayati Naturalis di Leiden dan masih dianggap penemuan penting dalam peta evolusi manusia. Objek tersebut adalah fosil manusia tertua yang pernah ditemukan paleoantropolog Belanda, Eugene Dubois di Sangiran, Jawa Tengah pada 1891-1892.

Wakil Kepala Bidang Budaya dan Komunikasi Kedutaan Besar Belanda, Jaef de Boer menyebutkan, koleksi hasil ekskavasi Eugene Dubois memang belum dimasukkan ke dalam daftar benda bersejarah yang akan dikembalikan ke Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Koleksi Dubois sangat banyak dan membutuhkan waktu lebih lama untuk diteliti sebelum saran dikirim ke Sekretaris Negara Kebudayaan Gunay Uslu," kata Jaef (10/7/2023) kepada BBC News Indonesia, dikutip (13/7/2023).

Jaef menjelaskan, penelitian ini disertai konsultasi, baik dengan tim Belanda atau komite repatriasi Indonesia, juga Museum Naturalis yang menyimpan sisa-sisa peninggalan Java Man.

ADVERTISEMENT

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid mengatakan, fosil Manusia Jawa masuk dalam daftar prioritas susunan tim repatriasi. Dia juga menjelaskan, pihaknya akan mengunjungi Museum Naturalis dan bertemu pihak mereka guna membicarakan sejumlah alternatif soal Manusia Jawa sekaligus potensi pemulangannya ke Indonesia.

Kenapa Belanda Belum Pulangkan Manusia Jawa?

Wakil Kepala Bidang Budaya dan Komunikasi Kedutaan Besar Belanda, Jaef de Boer menyebut, permintaan yang diajukan pemerintah Indonesia untuk pengembalian Java Man masih diproses.

Jaef menjelaskan, Belanda memang belum memasukkan koleksi Dubois ke dalam daftar 472 artefak yang dikembalikan ke Indonesia. Pasalnya, mereka butuh waktu lebih lama dalam menyisir koleksi yang berisikan ribuan objek bersejarah. Oleh sebab itu, pemerintah Belanda belum dapat memberi kepastian terkait kapan keputusan soal apakah Indonesia bisa menerima Manusia Jawa dan artefak ekskavasi Dubois lainnya.

"Proses ini dilakukan dengan konsultasi yang baik antara Belanda dan panitia repatriasi Indonesia, dan Museum Naturalis. Komite repatriasi indonesia terlibat erat dalam proses ini juga, dan sepengetahuan saya para ahli Indonesia terlibat," kata Jaef.

Pemindahan kepemilikan dilakukan pada Senin (10/7/2023) lalu. Senin pagi, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid dan tim terbang ke Amsterdam untuk menandatangani dokumen Pengaturan Teknis dan Pengakuan Pengalihan Hak dari Kerajaan Belanda ke Republik Indonesia.

"Jadi sudah disepakati ada 472 obyek yang akan dikembalikan dan sekarang kita bicara hal-hal yang berhubungan dengan teknikal dan logistik," ujar Hilmar kepada BBC Indonesia melalui sambungan telepon setelah mendarat di Belanda saat itu.

Hilmar mengatakan, pemerintah Indonesia telah lama mengajukan permintaan supaya Manusia Jawa dikembalikan. Namun, dia memahami bila Belanda butuh waktu lebih lama.

Menurutnya, juga ada sejumlah artefak bersejarah ikonik lainnya selain Java Man yang belum disetujui untuk kembali.

"Daftar kita cukup panjang. Kita punya permintaan Quran yang dibawa Teuku Umar ketika ditangkap, itu juga kita request, sedang dipelajari. Jadi saya juga menyadari ini mesti bertahap, karena provenance research memang tidak mudah," terangnya.

Berdasarkan kesepakatan kedua negara, barang-barang yang diambil paksa melalui penjarahan dan rampasan akan dikembalikan ke Tanah Air tanpa syarat. Kendati begitu, bukan berarti objek-objek bisa dikembalikan.

Hilmar memaparkan, Java Man adalah kategori benda bersejarah yang punya arti penting dalam segi historis. Maka, pemerintah Indonesia menganggapnya sebagai prioritas dalam repatriasi.

"Kami ingin memperlihatkan kontribusi dari Indonesia sendiri terhadap perkembangan pengetahuan mengenai manusia di dalam sejarah, dan itu menjadi satu alasan mengapa Java Man perlu ada di Indonesia," ungkapnya.

Ada Apa dengan Status Kepemilikan Manusia Jawa?

Sejarawan Universitas Gadjah Mada sekaligus Anggota Komite Repatriasi, Dr Sri Margana menerangkan, Manusia Jawa adalah hasil ekskavasi ilmiah di Pulau Jawa yang selanjutnya dibawa ke Belanda.

Pada waktu itu, Indonesia memang merupakan wilayah yang ada di bawah kekuasaan Belanda.

"Penguasa kolonial adalah Belanda, kalau mereka sudah melakukan izin atau diberi izin oleh pemerintah yang berkuasa pada masa itu, tidak bisa dibilang sebagai sesuatu yang ilegal," jelasnya.

Meski begitu, Sri mengatakan Java Man adalah hak Indonesia karena merupakan nenek moyang masyarakat.

"Itu tidak biadab, ada tengkorak dari Indonesia yang dipancung oleh pemerintah Belanda. Sekarang tengkoraknya disimpan di Belanda," kata Sri kepada BBC Indonesia.

Dia memaparkan, Belanda masih enggan melepas Manusia Jawa karena memiliki nilai sejarah yang tinggi. Manusia Jawa adalah satu-satunya artefak tertua yang pernah ada dan ditemukan di Jawa.

Maka dari itu, artefak tersebut adalah bukti ilmiah yang amat penting. Apabila suatu lembaga mempunyai koleksi sepenting itu, Sri menyebutkan, maka lembaga yang bersangkutan dapat dikatakan sebagai lembaga yang hebat.

"Jadi kalau itu dikembalikan ke Indonesia, otomatis legitimasi lembaga itu akan berkurang," kata dia. Sebab, artefak ini tak hanya penting bagi Indonesia atau Belanda, melainkan untuk seluruh dunia.

Pada sisi lain, arkeolog Universitas Indonesia, Cecep Eka Permana menilai Belanda tak punya data maupun bukti yang cukup mengenai manusia purba. Oleh sebab itulah, mereka masih ingin menyimpan Manusia Jawa sebagai koleksinya.

"Karena itu menjadi satu bagian yang menjadi kebanggaan mereka, karena mereka dulu memang intens sekali dalam meneliti bangsa-bangsa Belanda waktu awal abad ke-19. Karena saat itu kita mereka wilayah dia secara dulu karena mereka merasa memiliki juga," paparnya.

Walau begitu, Cecep menyebut, pemerintah Indonesia perlu meningkatkan keseriusan untuk merawat dan meneliti Manusia Jawa apabila Belanda sepakat mengembalikannya. Dia menegaskan, Indonesia harus mempersiapkan sarana dan prasarana guna memperlihatkan keseriusan jika memang mau menerimanya.

"Kita harus mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menunjukkan keseriusan kita kalau memang kita mau menerimanya dan tentu dengan ada temuan asli itu, penelitiannya tidak berhenti sampai di sini," tuturnya.




(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads