Ternyata Begini Cara Membuat Vaksin, Benarkah dari Virus yang Lemah?

ADVERTISEMENT

Ternyata Begini Cara Membuat Vaksin, Benarkah dari Virus yang Lemah?

Noor Faaizah - detikEdu
Selasa, 19 Sep 2023 19:30 WIB
Fake rotavirus vaccine vial with syringe and stethoscope at the background
Foto: Getty Images/iStockphoto/Manjurul/Ilustrasi Vaksin
Jakarta -

Vaksin menjadi kata yang sering didengar selama pandemi COVID-19 berlangsung. Pasalnya, seluruh masyarakat diharuskan vaksin guna mencapai herd immunity (kekebalan kelompok) agar bisa menurunkan kesakitan dan kematian akibat COVID-19. Tapi, tahukah kamu bagaimana vaksin dibuat?

Selama ini, vaksin menjadi salah satu pencapaian terbesar dalam bidang kedokteran modern. Penemuan vaksin telah membantu mengendalikan penyebaran penyakit berbahaya dan menyelamatkan lebih dari jutaan nyawa.

Beberapa penyakit berbahaya seperti cacar, polio, hepatitis B, campak, hingga COVID-19 telah berhasil teratasi dengan adanya vaksin. Karena dengan vaksinasi seseorang bisa memiliki imun yang lebih kuat terhadap penyakit menular yang berbahaya serta menciptakan kekebalan komunitas atau "herd immunity".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan kekebalan tersebut, individu yang tidak dapat divaksinasi karena alasan medis tertentu atau yang memiliki sistem kekebalan yang lemah juga dapat terlindungi.

Bagaimana Vaksin Dibuat?

Dilansir dari laman resmi Children's Hospital of Philadelphia dan Wonderopolis, terdapat beberapa metode pembuatan vaksin paling populer, di antaranya sebagai berikut.

ADVERTISEMENT

1. Vaksin dari Virus yang Dilemahkan

Para ilmuwan memastikan, dengan melemahkan virus penyebab penyakit, virus akan sulit berkembang biak, terlebih ketika disuntikkan ke dalam tubuh.

Virus berkekuatan penuh memang dapat bereproduksi ribuan kali selama suatu infeksi. Namun, virus yang sudah dilemahkan biasanya berkembang biak kurang dari 20 kali.

Oleh karena itu, virus yang dilemahkan tidak akan mampu menghasilkan penyakit. Perkembangbiakan tersebut justru membangun resistensi atau bahkan menghasilkan sel memori yang akan terus melawan virus serupa di masa depan.

Kelebihan penggunaan vaksin ini mampu menghasilkan kekebalan seumur hidup hanya dengan satu atau dua dosis. Akan tetapi, kelemahannya vaksin ini tidak bisa diberikan kepada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Beberapa contoh vaksin yang dibuat dengan metode ini adalah vaksin MMR untuk mengatasi penyakit campak, gondok, dan rubella, virus cacar air, dan virus herpes zoster.

2. Vaksin dari Virus yang Dinonaktifkan

Pembuatan vaksin juga bisa dibuat dengan metode virus yang dinonaktifkan, yang akan memungkinkan virus tersebut mati. Ilmuwan menggunakan zat kimia dan virus yang dinonaktifkan tetap bisa dikenali oleh tubuh.

Virus dalam hal ini masih "terlihat" oleh tubuh sehingga sel-sel sistem kekebalan tubuh pun dapat melindungi terhadap penyakit ini.

Vaksin yang dibuat dari virus nonaktif ini mampu mencapai titik kekebalan tanpa menimbulkan penyakit. Adapun contoh dari vaksin tersebut adalah polio, hepatitis A, influenza, dan rabies.

Dengan menggunakan strategi ini, vaksin tidak akan menyebabkan penyakit ringan sekalipun dan vaksin jenis ini dapat diberikan kepada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Akan tetapi, keterbatasan dari vaksin ini adalah perlu beberapa dosis untuk mencapai kekebalan.

3. Vaksin yang Menggunakan Sebagian Tubuh Virus

Vaksin jenis ini dibuat dari rekayasa genetika yang memanfaatkan sebagian atau sepotong tubuh virus. Hanya satu bagian dari virus yang dihilangkan dan digunakan sebagai vaksin.

Vaksin yang terbentuk nantinya terdiri dari protein yang berada di permukaan virus yang dapat digunakan untuk memancing respons imun terhadap salah satu bagian virus. Sehingga tubuh yang divaksin akan merasa bertanggung jawab untuk melindungi diri mereka dari penyakit.

Contoh dari vaksin ini diantaranya adalah vaksin hepatitis B, herpes zoster, human papillomavirus (HPV), dan salah satu vaksin influenza.

Vaksin-vaksin ini dapat diberikan kepada orang-orang dengan kekebalan yang lemah dan efeknya dapat menimbulkan kekebalan jangka panjang setelah dua dosis.

4. Vaksin yang Menggunakan Sebagian Tubuh Bakteri

Sama halnya dengan virus yang dibuat dari sebagian tubuh virus, vaksin jenis ini dibuat dengan mengambil racun bakteri dan menonaktifkannya dengan bahan kimia.

Hal ini bisa terjadi karena beberapa bakteri yang menyebabkan penyakit membuat sebuah protein berbahaya yang disebut racun. Racun (toksin) dari bakteri yang telah dinonaktifkan disebut toksoid.

Strategi lain untuk membuat vaksin bakteri adalah dengan menggunakan bagian dari lapisan gula (atau polisakarida) dari bakteri tersebut. Pada dasarnya, perlindungan infeksi bakteri di tubuh manusia ada di dalam kekebalan terhadap lapisan gula ini, bukan seluruh bakteri.

Namun, karena pada anak kecil respons imun terhadap lapisan gula tidak bisa diberikan dengan baik. Maka, lapisan tersebut diikat dengan protein yang tidak berbahaya, yang disebut dengan vaksin atau polisakarida terkonjugasi.

Beberapa contoh vaksin yang dibuat dengan metode ini adalah vaksin haemophilus influenzae tipe B (atau Hib), pneumokokus, dan beberapa vaksin meningokokus.

Sama seperti vaksin virus yang dinonaktifkan, vaksin bakteri dapat diberikan kepada orang dengan sistem kekebalan yang lemah, tetapi seringkali memerlukan beberapa dosis untuk menghasilkan kekebalan tubuh yang memadai.




(faz/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads