Prof. Dr. Zeffry, SS, MHum dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap bidang Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB UI). Pengukuhan itu dipimpin langsung oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, PhD, pada Rabu (6/9), di Balai Sidang, Kampus UI Depok.
Prof. Zeffry merupakan dosen di Departemen Ilmu Sejarah sekaligus pengajar di Program Studi Rusia FIB UI. Ia menamatkan pendidikan S1 Sastra Rusia Fakultas Sastra UI (1986), S2 Kajian Wilayah Amerika UI (1996), dan S3 Ilmu Sejarah FIB UI (2006).
Pengukuhan itu diawali dengan orasi ilmiah berjudul "Studi Memori, Politik Memori, dan Rekonstruksi Nation Building".
Dalam orasinya, Prof. Zeffry menyampaikan peran penting studi memori, terutama terkait politi memori, dalam mengungkap dan belajar dari kesalahan masa lalu untuk membangun bangsa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tentang Studi Memori
Menurutnya, sudi memori menjadi semakin populer selama tiga dekade terakhir. Penelitian memori berkontribusi pada cara mempertimbangkan berbagai masalah, termasuk bagaimana sistem politik dan budaya memfasilitasi, mengingat, atau membungkam peristiwa sejarah.
Memori adalah entitas yang dinamis serta dapat dibuat ulang dalam dialog dengan kuasa politik, sosial, dan budaya. Zeffry meyakini, politisi sering menggunakan pemahaman kolektif tentang masa lalu sebagai instrumen politik untuk masa kini.
Dalam kasus-kasus tertentu, politisi menggunakan masa lalu secara strategis dan memanipulasi ingatan untuk membolehkan tindakan mereka dengan mengacu pada suatu peristiwa. Memori kolektif umumnya dinarasikan melalui berbagai cara dengan menggunakan berbagai instrumen, baik melalui tindakan persuasif maupun koersif.
Tindakan seperti itu biasa disebut sebagai nationalism project. Tujuannya yakn membuat warga negara tetap memiliki sisi nasionalismenya. Berbagai rekonstruksi dan reproduksi atas peristiwa itulah yang kemudian menjadi bahan kajian dari studi memori.
Memori Lekat dengan Topik Sensitif
Prof Zeffry berpendapat bahwa masalah memori sering menyentuh topik sensitif terhadap negara. Termasuk di antaranya yakni terkait identitas nasional dan etnis, kebijakan luar negeri, rekonstruksi pascakonflik, trauma dampak rezim otoriter, serta pelanggaran terhadap hak asasi manusia (HAM).
Di Indonesia, studi memori berkaitan dengan trauma peristiwa tahun 65, GAM Aceh, Timor Timur, peristiwa 98, konflik antaretnis, dan berbagai represi legasi Orde Baru. Setelah hampir 22 tahun sejak reformasi, pada tanggal 11 Januari 2023, Presiden Jokowi atas nama pemerintah Indonesia akhirnya mengakui 12 pelanggaran HAM berat yang pernah terjadi di Indonesia sejak tahun 1965-2003.
Penelitian Gubes Baru UI
Kajian Prof Zeffry terkait studi memori merupakan satu dari sekian banyak penelitiannya. Beberapa penelitian lainnya yang pernah dipublikasikan, antara lain A Pseudo-Rebellion: Ujung Berung Metalheads in the Contestation of Identity Space in Bandung, 2010-2022 (2023); Challenging the Promise of Decentralization: the Case of Marginalization of Mosalaki Role in Nggela Vilage in Ende Lio, Flores (2023); dan Critical Literature Study on Habaib Identity in the Constellation of Islamic Studies in Indonesia from the Colonial Period to the Present (2022).
(nir/twu)