Historiografi Tradisional: Pengertian, Ciri, dan Contohnya

ADVERTISEMENT

Historiografi Tradisional: Pengertian, Ciri, dan Contohnya

Nimas Ayu Rosari - detikEdu
Selasa, 05 Sep 2023 06:00 WIB
Prasasti Yupa menjadi bukti keberadaan kerajaan tertua di Indonesia.
Salah satu contoh historiografi tradisional adalah Prasasti Yupa Foto: Dok Kebudayaan Kemdikbud RI
Jakarta -

Historiografi tradisional adalah penulisan atau karya sejarah pada masa Hindu-Budha sampai perkembangan Islam. Historiografi pada masa tradisional ini memiliki ciri-ciri tersendiri yang umumnya memberi gambaran ke kita bagaimana Indonesia di masa kerajaan.

Secara umum historiografi adalah metode untuk merekonstruksi suatu gambaran masa lampau berdasarkan data yang telah diperoleh yang didahului dengan penelitian.

Historiografi adalah sebuah tahapan terakhir dalam sebuah metodologi penelitian sejarah yang dilakukan oleh seorang sejarawan. Hasil penelitiannya menghasilkan sebuah karya sejarah dapat berupa buku, film, diorama, dan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun sejarawan Indonesia bernama Kuntowijoyo menyebutkan, historiografi adalah tahap menuliskan kembali suatu peristiwa sejarah sebagai sebuah bentuk catatan sejarah.

Perkembangan historiografi di Indonesia diawali dari masa aksara, yakni ketika Indonesia telah mengenal tulisan. Karya-karya awal historiografi Indonesia berupa prasasti. Historiografi Indonesia dalam bentuk tulisan dimulai oleh Mpu Prapanca yang menulis kitab Negarakertagama.

ADVERTISEMENT

Historiografi tradisional dianggap berakhir dengan hadirnya buku yang berjudul Critische beschouwing van de sedjarah Banten: bijdraget kenschetsing van de Javaansche Geschiedschrijving (Tinjauan Kritis tentang Sejarah Banten: Sumbangan untuk Mengenal Karakteristik Historiografi Jawa).

Buku ini disusun sejarawan asal Banten, Hoesein Djajadiningrat sebagai disertasi doktor dalam bidang Bahasa dan Sastra Nusantara pada Universitas Leiden tahun 1913. Hoesein Djajadiningrat kemudian dikenal sebagai Bapak Metodologi Penelitian Sejarah Indonesia.

Ciri-ciri Historiografi Tradisional

Sejumlah pakar sejarah sepakat penulisan sejarah masa tradisional lebih merupakan ekspresi budaya daripada usaha untuk merekam sejarah. Artinya, penulisan sejarah pada masa ini tidak ditujukan untuk mendapatkan kebenaran sejarah melalui pembuktian fakta-fakta, melainkan diperoleh melalui pengakuan dan untuk diabadikan kepada penguasa. Oleh karena itu, historiografi tradisional tercipta unsur-unsur sastra yang menghasilkan karya mitologi dan imajinatif.

Historiografi tradisional sendiri juga memiliki ciri yang akan diuraikan berikut ini, bersumber dari buku Modul Pembelajaran Sejarah SMA karya Hasnawati dari SMA Negeri 3 Takalar dan artikel berjudul Penulisan Sejarah (Historiografi): Mewujudkan Nilai-Nilai Kearifan Budaya Lokal Menuju Abad 21 oleh Nurhayati dari Universitas Muhammadiyah Palembang tahun 2016.

Ciri-ciri historiografi tradisional adalah:

  • Istana Sentris

Ciri istana sentris ini berarti penulisan karya sejarah hanya difokuskan pada kehidupan masa kerajaan yaitu kehidupan raja dan keluarganya saat itu. Maka ciri ini juga bisa disebut bersifat feodalistis-aristokratis, yang artinya hanya fokus pada kehidupan penguasa.

Sehingga tidak mengangkat cerita kehidupan masyarakat jelata serta tidak membicarakan segi sosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat.

  • Bersifat Feodalistis-Aristokratis

Sifat ini yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya dan tidak memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi sosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat

  • Religius Magis

Ciri ini merupakan karakteristik historiografi tradisional yang dalam penulisannya masih mengaitkan dengan hal-hal gaib atau magis. Dalam hal ini rakyat masa itu menganggap raja adalah penjelmaan Tuhan yang harus disembah, dengan maksud agar rakyat patuh.

  • Bersifat Regio Sentris atau kedaerahan (enocentrisme)

Ciri ini artinya historiografi tradisional banyak menekankan pada budaya dan suku bangsa di kerajaan saja dan tidak peduli dengan budaya dari rakyat biasa. Sehingga fokus isi karya tulisnya benar - benar hanya fokus lingkup kehidupan para bangsawan atau raja.

  • Tidak Membedakan Khayalan dengan Kenyataan

Dalam hal ini masih berkaitan dengan ciri sebelumnya yang bersifat magis, begitu pula penulis tidak membedakan unsur khayalan dengan kenyataan. Sehingga memang unsur magis masih sangat terasa.

  • Uraian yang Keliru

Dikarenakan masih bersifat tradisional, seringkali ditemukan kesalahan. Misalnya berkaitan waktu dan kaitannya dengan fakta sejarah, penggunaan kosa kata penggunaan nama dll. Sebab, kosakata yang digunakan masih bersifat sederhana dan berbeda dengan zaman sekarang.

Contoh Historiografi Tradisional

Karya historiografi tradisional pada umumnya dapat berupa prasasti dan naskah-naskah kuno. Prasasti ini biasanya berkaitan dengan ritual dari kepercayaan yang diwariskan dari raja tertentu.

Sedangkan naskah kuno atau babad merupakan buku sejarah dalam tradisi suku budaya tertentu. Babad ini berisi penjelasan mengenai kisah-kisah kerajaan, tokoh, pahlawan, atau peristiwa tertentu.

Beberapa contoh historiografi tradisional yang cukup terkenal pada perkembangan sejarah di Indonesia.

  • Hikayat Banjar

Hikayat Banjar adalah teks Melayu Banjar yang paling populer di Kalimantan sebab teks tersebut dipakai sebagai historiografi penulisan sejarah Banjar dan Kotawaringin. Popularitas teks tersebut dibuktikan dengan banyaknya eksemplar naskah Hikayat Banjar yang tersebar baik di Indonesia maupun di luar negeri.

  • Hikayat Aceh

Hikayat Aceh itu menceritakan kehidupan Sultan Iskandar Muda sejak dia usia kanak-kanak hingga menjadi sultan di Kerajaan Aceh Darussalam. Bukan hanya tentang sultan, hikayat tersebut juga menceritakan kondisi sosial, budaya, politik, agama, dan tentang Kerajaan Aceh Darussalam. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda periode 1606-1636.

Naskah Hikayat Aceh ditetapkan sebagai Memory of The World atau Warisan Dunia oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO)

  • Babad Tanah Jawi

Babad Tanah Jawi adalah karya ensiklopedik yang dimulai dari Adam maupun Dewa-Dewa Hindu, menceritakan masa pra-Islam yang legendaris dalam sejarah Jawa, dan mencapai puncaknya pada abad XVII atau XVIII.

  • Kitab Negarakertagama

Kitab ini adalah karangan Mpu Prapanca pada tahun 1365 isi kitab Negarakertagama adalah mengisahkan tentang kerajaan Majapahit.

  • Kitab Pararaton

Kitab ini berisi tentang sejarah kerajaan Singasari dan Majapahit yang ditulis dalam bahasa Jawa Kawi. Kitab ini juga disebut sebagai kitab pustaka raja atau artinya kitab raja-raja.

  • Prasasti Yupa

Prasasti ini berisikan kisah peninggalan raja Mulawarman dari Kerajaan Kutai. Isinya mengisahkan tentang raja yang memberikan banyak sapi kepada para Brahmana.

  • Kitab Ramayana

Kitab ini sangat terkenal bagi masyarakat Indonesia. Kitab ini mengisahkan tentang cerita kepahlawanan Rama yang menyelamatkan Sinta dari penculikan. Kita ini juga berkembang di India dengan versinya tersendiri.

Nah, itulah penjelasan mengenai pengertian, ciri, dan contoh dari historiografi tradisional. Semoga bermanfaat ya, detikers.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads