Ilmuwan Ungkap Praktik Kuno Modifikasi Tengkorak di Jepang, Apa Tujuannya?

ADVERTISEMENT

Ilmuwan Ungkap Praktik Kuno Modifikasi Tengkorak di Jepang, Apa Tujuannya?

Noor Faaizah - detikEdu
Jumat, 25 Agu 2023 20:00 WIB
Tengkorak manusia purba
Foto: Journal of Human Evolution/Ilustrasi tengkorak kuno
Jakarta -

Pada zaman modern kita mengenal modifikasi tubuh manusia seperti membuat tindik, tato, hingga mengubah bentuk hidung atau dagu. Ternyata, modifikasi tubuh sudah dikenal pada peradaban kuno yakni mengubah tulang tengkorak.

Salah satunya dilakukan oleh orang-orang Hirota atau masyarakat yang tinggal di pulau Tanegashima, Jepang Selatan sekitar abad ke-3 hingga abad ke-7 Masehi. Praktik modifikasi tengkorak ini diungkap melalui penelitian yang dilakukan tim antropolog biologi dan arkeologi dari Universitas Kyushu dan Universitas Montana.

Tim peneliti mengatakan praktik modifikasi tengkorak saat itu dianggap sebagai percobaan yang dilakukan secara sengaja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Modifikasi Tengkorak pada Usia Dini

Penelitian yang diterbitkan di jurnal PLOS ONE, telah mengobservasi modifikasi tengkorak pada masyarakat Hirota kuno dan tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam modifikasi tengkorak antara jenis kelamin.

Hal ini menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita melakukan modifikasi tengkorak yang disengaja. Modifikasi tengkorak ini dilakukan guna mendapatkan suatu bentuk perubahan tubuh di mana kepala seseorang (bahkan pada usia dini), ditekan atau diikat, hingga merusak bentuk tengkorak secara permanen.

ADVERTISEMENT

Diketahui, praktik ini sudah ada sebelum sejarah tertulis, dan para peneliti berteori bahwa praktik ini dilakukan untuk menandakan afiliasi kelompok atau menunjukkan status sosial.

Pada dasarnya, seorang bayi lahir dalam kondisi memiliki tengkorak yang cukup lunak dan lentur dikarenakan fungsinya untuk mendorong badan bayi keluar melalui jalan lahirnya.

Dalam proses modifikasi tersebut, kepala seorang bayi ditekan atau diikat untuk mengubah bentuk tengkorak mereka secara permanen.

Modifikasi Tengkorak Telah Ada Sejak 45.000 Tahun Lalu

Sebelumnya, ditemukan bukti sekitar 45.000 tahun yang lalu bahwa Neanderthal dengan sengaja membentuk tengkorak bayi mereka dengan keyakinan memberikan dampak lebih baik untuk bertahan hidup.

Di Meksiko, suku Maya menjadikan hal tersebut sebagai cara untuk melindungi generasinya. Selain itu, akhir-akhir ini di Prancis Barat pada awal 1900-an muncul deformasi tengkorak buatan dengan memberi bantalan pada bayi mereka.

Sementara pada penelitian ini, ditemukan bahwa masyarakat Hirota Jepang, yang tinggal di pulau Tanegashima di selatan Jepang selama akhir Periode Yayoi (kira-kira abad ke-3 M) hingga Periode Kofun (antara abad ke-5 dan ke-7 M) melakukan praktik deformasi tengkorak.

"Situs ini digali dari tahun 1957 hingga 1959 dan digali lagi dari tahun 2005 hingga 2006. Dari penggalian awal, kami menemukan sisa-sisa kelainan bentuk tengkorak yang ditandai dengan kepala pendek dan punggung tengkorak yang rata, khususnya tulang oksipital dan bagian posterior parietal," ucap Noriko Seguchi, peneliti Antropolog Biologi Universitas Kyushu, dikutip dari laman phys.org.

Dari penggalian saja para peneliti tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa perbedaan bentuk tengkorak ini apakah disengaja atau tidak. Sehingga para peneliti tesebut menggunak gabungan gambar 2D untuk menganalisis bentuk kerangka tengkorak dengan pemindaian 3D permukaannya.

Mereka juga membandingkan data bentuk tengkorak dari situs arkeologi di Jepang lainnya, termasuk masyarakat Doigahama Yayoi di Yamaguchi Barat dan masyarakat Jomon Pulau Kyushu.

Hasilnya, peneliti menemukan morfologi tengkorak berbeda dan ada variabilitas statistik yang signifikan antara individu Hirota dengan sampel Pulau Kyushu Jomon dan Doigahama Yayoi.

"Bagian belakang tengkorak yang rata ditandai dengan perubahan pada tulang oksipital, bersama dengan tekanan di bagian tengkorak yang menghubungkan sutura sagital dan lambdoid. Dan hal ini mengindikasikan modifikasi tengkorak yang disengaja," tambah Seguchi.

Namun, dari penelitian ini, tim peneliti belum bisa meyakini apa motivasi masyarakat Hirota untuk melakukan proses pengubahan bentuk tengkorak mereka secara permanen.

Para peneliti menduga bahwa praktik itu ada untuk menjaga identitas kelompok. Dengan demikian, perlu adanya penyelidikan lebih lanjut di kawasan tersebut untuk memberikan wawasan tambahan tentang signifikansi sosial dan budaya dari praktik ini di Asia Timur dan di dunia secara menyeluruh.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads