Sejumlah pemimpin Mesir kuno atau Firaun seperti Ramses II dan Cleopatra VII menurut studi melakukan praktik inses. Apakah praktik pernikahan tersebut umum dilakukan pada masa itu?
Fakta mengungkapkan bahwa praktik pernikahan inses atau sedarah oleh orang Mesir kuno adalah benar. Dikutip dari Live Science, orang-orang Mesir kuno baik dari keluarga kerajaan atau non-kerajaan menikahi kerabat mereka dengan detail periode dan kelas yang berbeda-beda.
Menurut catatan kuno yang ditemukan, terungkap bahwa pernikahan inses lebih sering terjadi pada periode Romawi menguasai Mesir (30 SM - 395 M) daripada sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bangsawan Mesir kuno saat itu menikahi saudara kandung dan bahkan menikahi anak perempuannya sendiri. Kemungkinan bahwa praktik pernikahan tersebut mencerminkan dari ajaran agama yang dianut.
Contoh Pernikahan Sedarah Para Bangsawan
Marcelo Campagno, sarjana Egyptology dalam Live Science 2023 mengungkapkan bahwa contoh penguasa Mesir yang menikahi saudara kandungnya, seperti Senwosret I (raja tahun 1961 - 1917 SM) dengan Neferu, Amenhotep I (raja tahun 1525 - 1504 SM) yang menikahi Ahmose Meritamun, dan Cleopatra VII (tahun 51 - 30 SM) menikahi Ptolemy XIV.
Ada pula para raja atau firaun yang menikahi putrinya sendiri, seperti Ramses II (tahun 1279 - 1213 SM) menikahi Meritamen. Pernikahan seperti itu memang sudah biasa terjadi di Mesir.
Namun menurut penelitian berjudul Ancestry and Pathology in King Tutankhamun's Family oleh Zahi Hawass dkk tahun 2010 pada jurnal JAMA, menyatakan bahwa beberapa ahli berpendapat bahwa perkawinan sedarah berkontribusi terhadap masalah medis Tutankhamun.
Pencerminan Ajaran Dewa
Pernikahan sedarah dengan saudara oleh kerajaan Mesir kuno diketahui sebagai bentuk pencerminan ajaran dewa mereka yakni Osiris salah satu dewa terpenting di Mesir yang menikahi saudaranya, Isis.
"Para bangsawan terlibat dalam pernikahan sedarah untuk meniru Osiris dan Isis mengabadikan citra mereka sebagai dewa di bumi" jelas Leire Olabarria, dosen Egyptology dari Universitas Birmingham Inggris dalam Live Science.
Campagno setuju bahwa pernikahan Osiris-Isis membantu menjelaskan mengapa pernikahan saudara dipraktikkan oleh bangsawan Mesir. Namun para ahli menyatakan bahwa di sisi lain pernikahan saudara tidak begitu meluas di antara kalangan non kerajaan sampai masa pemerintahan Romawi.
Olabarria menambahkan pula bahwa mungkin sulit untuk mendeteksi pernikahan saudara setelah dimulainya Kerajaan Baru (1550 SM-1070 SM) karena perubahan dalam kata-kata Mesir yang digunakan.
Misalnya, istilah 'snt' biasanya diterjemahkan sebagai 'saudara perempuan' tetapi di Kerajaan Baru itu digunakan untuk istri atau kekasih.
Alasan Pernikahan Sedarah masa Pemerintahan Romawi
Alasan mengapa jumlah pernikahan saudara melonjak selama pemerintahan Romawi menjadi sumber perdebatan. Dalam buku berjudul The Family in Roman Egypt: A Comparative Approach to Intergenerational Solidarity and Conflict karya Sabine Huebner dari Universitas Basel Swiss tahun 2013, menulis bahwa banyak dari pernikahan saudara ini mungkin sebenarnya berasal dari pengadopsian anak laki - laki dalam keluarga istri sebelum pernikahan.
Hal itu dilakukan karena mungkin keluarga perempuan tidak ingin putrinya pergi setelah menikah untuk menjaga stabilitas keuangan. Praktik adopsi ini juga terjadi di Yunani.
Bagi Huebner dalam bukunya, pernikahan sedarah melalui praktik adopsi ini lebih masuk akal karena kasus pernikahan sedarah tidak hanya dijumpai di Mesir Romawi saja.
Namun tidak bagi Brent Shaw, seorang profesor dari Universitas Princeton yang menyatakan keraguannya dengan alasan praktik adopsi tersebut, karena menurutnya pernikahan sedarah yang dimaksud adalah anak dari ayah dan ibu yang sama.
Alasan lain dikemukakan oleh Olabarria bahwa pernikahan sedarah sering terjadi karena faktor dorongan dari orang tua agar kekayaan tidak terbagi ketika meninggal. Campagno juga mencatat praktik tersebut sebagian besar dilakukan oleh Yunani dan sekaligus menjadi tanda bagi orang Mesir sebagai identitas keturunan Yunani tersebut.
(pal/pal)