Media sosial tentunya memiliki sisi positif dan negatif. Bagi para remaja, wadah ini memberikan banyak ruang untuk bersosialisasi secara digital.
Menurut pedoman umum ahli bedah Amerika Serikat, adanya media sosial membuat para anak muda dapat memperoleh teman secara online secara mudah tanpa melihat latar belakang dan bisa saling mengirimkan pesan positif. Namun, beberapa penelitian juga menunjukkan dampak negatif media sosial pada kesehatan mental remaja.
Media sosial dapat mengakibatkan peningkatan kecemasan, depresi, gangguan tidur, merasa kekurangan dengan bentuk tubuh atau minder, dan cyberbullying. Vicki Harrison dari situs Stanford Medicine yang merupakan direktur program di Stanford Center for Youth Mental Health and Wellbeing, memberikan saran kepada orang tua tentang bagaimana membimbing anak remaja di media sosial yang lebih sehat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masa Mencari Jati Diri hingga Penerimaan
Masa remaja adalah masa ketika para remaja mencari jati diri, penerimaan, dan validasi atas dirinya. Media sosial hadir menjadi tempat dimana orang-orang mempublikasikan versi terbaik dirinya dimana semua terlihat memiliki kehidupan dan tubuh yang baik.
Terkadang para anak remaja lebih sulit memahami motif konten yang ada di media sosial. Mereka bisa kesulitan memilah fakta. Berbeda dengan orang yang lebih tua lebih memiliki banyak pengalaman dan dapat berpikir kritis.
Masalah dapat timbul dikarenakan media sosial memiliki sifat mencatat apa pun secara abadi. Oleh sebab itu, apabila remaja memposting sesuatu yang memalukan maka dapat terjadi salah paham dan menjadi masalah lalu mengancam kesehatan mentalnya.
Begitu pula sifat media sosial lainnya yaitu dapat memberikan sesuatu secara instan dan apabila disalahgunakan akan menimbulkan tekanan lainnya pada diri sendiri.
Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?
Orang tua dapat memberi batasan penggunaan media sosial pada remaja. Begitu pula pada remaja disarankan untuk menggunakan media sosial secara bertahap dan lebih bertanggung jawab.
Lebih baik lagi apabila terdapat diskusi bersama dalam keluarga untuk saling berkomunikasi membahas masalah terkait media sosial pada remaja.
Orang tua dapat melakukan pendekatan dengan anak remajanya mengenai media sosial yang digunakan, tetapi tetap memperhatikan privasi mereka. Pendekatan tersebut dapat dilakukan secara berkala untuk mengawasi mereka.
Pedoman umum ahli bedah umum AS baru-baru ini memberikan saran untuk diadakannya sistem perlindungan yang dapat dipasang pada media sosial. Saran ini ditujukan untuk melihat keterlibatan kaum muda dalam merancang sistem media sosial yang aman bagi mereka. Untuk itu tim bekerja sama dengan sekolah desain Universitas Stanford untuk mengadakan lokakarya terkait penggunaan media sosial dan kesehatan mental remaja.
Mitos dalam Media Sosial
Terdapat mitos bahwa para remaja menggunakan media sosial untuk hal-hal yang beresiko tanpa peduli akibatnya. Namun, kenyataannya mereka sebenarnya hanya ingin memiliki pengalaman di dunia media sosial dengan baik.
Banyak dari para remaja yang melakukan hal buruk di media sosial karena pengaruh teman-temannya dan menganggap hal itu biasa. Padahal sebenarnya tidak sedikit pula yang tidak suka melakukan hal tersebut.
Dikutip dari Stanford Medicine's Children Health, para remaja perempuan sebetulnya tidak suka apabila melihat konten tentang kebugaran atau penurunan berat badan. Hal itu dikarenakan mereka merasa tertekan. Mereka hanyalah ingin bersenang-senang di media sosial dengan memiliki banyak koneksi pertemanan.
Oleh karena itu beberapa dari mereka ada yang bersikap sangat terbuka menerima orang yang lebih dewasa untuk dijadikan teman online, dengan tetap memperhatikan batasan.
Para anak remaja mengatakan bahwa tujuan mereka menggunakan media sosial adalah untuk menghilangkan stres. Mereka suka menonton konten video yang bisa membuat mereka tertawa bersama teman-teman.
Maka dari itulah media sosial diharapkan dapat memberikan fasilitas yang baik bagi para penggunanya agar bisa mendapatkan pengalaman menyenangkan dengan berinteraksi dengan orang yang banyak secara online.
Hal tersebut bisa berguna bagi mereka yang kesulitan dalam memiliki teman secara langsung atau offline dan lebih nyaman dengan media sosial. Terlebih lagi bagi mereka yang sulit diterima atau menerima orang baru secara langsung.
(nah/nah)