Marc Tessier-Lavigne memutuskan melepas jabatan sebagai Rektor Universitas Stanford, Amerika Serikat per 31 Agustus 2023. Ahli neurosains itu dituding melakukan kesalahan dalam sejumlah publikasi riset di jurnal akademik bergengsi.
Tessier-Lavigne sendiri mengatakan akan meminta tiga makalah untuk ditarik kembali dan dua dikoreksi. Sementara sebuah panel ahli ilmiah menyimpulkan Tessier-Lavigne tidak memalsukan data ilmiah.
Ia pun tidak terlibat dalam pelanggaran penelitian dan terbukti mengetahui masalah dalam publikasi ilmiah sebelum diterbitkan. Lantas timbul pertanyaan bagaimana proses memperbaiki publikasi ilmiah ketika terjadi masalah?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesalahan dalam Makalah Ilmiah
Kesalahan dalam penelitian ilmiah dapat bervariasi mulai dari kesalahan minor, seperti salah mencantumkan label, hingga masalah yang lebih serius seperti hasil laboratorium yang dipalsukan, seperti yang dikutip dari laman The Washington Post.
Saat terjadi kesalahan minor yang tidak mengubah hasil studi, jurnal akan menerbitkan pemberitahuan kesalahan atau erratum. Namun, makalah ilmiah akan dicabut saat terdapat kesalahan yang mengubah kesimpulan utama.
Pencabutan, menurut halaman editorial jurnal Science, tidak mencabut sebuah publikasi. Namun berfungsi sebagai pemberitahuan transparan bagi pembaca bahwa kesimpulan publikasi tersebut tidak lagi valid.
Pada tahun 2022, lebih dari 4.600 makalah jurnal dicabut, dengan tingkat sekitar 8 dari setiap 10.000 makalah yang diterbitkan, menurut Retraction Watch.
"Ilmu pengetahuan memang sulit untuk dilakukan, dan orang bisa melakukan kesalahan dengan begitu banyak alasan," ucap R Grant Steen, mantan profesor muda psikiatri di Universitas North Carolina di Chapel Hill.
"Sebagian besar alasan tersebut tidak bersifat jahat," tambahnya.
Bagaimana Kesalahan dalam Publikasi Ditemukan?
Kesalahan dalam makalah ilmiah biasanya ditemukan oleh peneliti sendiri. Kesalahan juga bisa muncul saat laboratorium atau peneliti lain tidak bisa menduplikasi hasil temuan.
Namun, saat ini teknologi telah membantu peneliti untuk mendeteksi beberapa kesalahan, seperti pemeriksaan plagiarisme dan analisis gambar.
Bahkan, forum online seperti PubPeer saat ini memungkinkan diskusi publik anonim tentang masalah penelitian. Pertanyaan tentang beberapa makalah yang ditulis bersama Tessier-Lavigne diajukan di situs ini beberapa tahun yang lalu, dan lebih banyak lagi yang diposting dalam beberapa bulan terakhir.
"Standar semakin ketat, dan seharusnya semakin ketat," kata Hank Greely, direktur Pusat Hukum dan Biosains di Stanford.
Mengatasi Kesalahan dalam Makalah Ilmiah
Saat ditemukan masalah, jurnal akan menghubungi penulis untuk membantu menyelesaikan masalah tersebut. Namun, beberapa penulis dan lembaga terkadang akan mengadakan penyelidikan mereka sendiri.
"Dalam hal siapa yang bertanggung jawab untuk menyelidiki keluhan, itu bukan pertanyaan yang mudah untuk dijawab," ungkap Direktur Integritas Penelitian di Springer Nature, Chris Graf.
"Baik penerbit maupun pemberi kerja penulis seharusnya peduli apakah penelitian itu kokoh dan peneliti telah berperilaku secara etis," tambahnya.
Sayangnya, penerbit makalah hanya dapat menyelidiki masalah sederhana karena keterbatasan akses terhadap dokumen, seperti buku catatan laboratorium yang krusial dalam penyelidikan yang lebih kompleks.
Pada tahun 2022, Tim Integritas Penelitian di Springer Nature meninjau lebih dari 1.600 laporan masalah dalam makalah ilmiah yang diterbitkan di jurnal-jurnal mereka.
Penyelidikan di Stanford, dipimpin oleh mantan hakim federal dengan panel ahli terkemuka, memakan waktu berbulan-bulan dan berakhir dengan laporan rinci 95 halaman, untuk meninjau hanya sekitar dua belas dari lebih dari 200 makalah yang telah diterbitkan oleh Tessier-Lavigne dalam kariernya.
Konsultan penelitian ternama Elisabeth Bik mengatakan proses koreksinya terlalu lambat. Menurut Bik, editor dan institusi mungkin skeptis suatu masalah apa pun selain tidak disengaja atau tidak penting. Bisa jadi juga ragu untuk mengambil tindakan karena menurut mereka kesalahan dapat merusak reputasi sendiri.
Selanjutnya, Mengapa Revisi Kesalahan Penting? >>>
Pentingnya Perbaikan Kesalahan Publikasi Ilmiah
Pencabutan dan koreksi saat terjadi kesalahan dalam sebuah makalah ilmiah sangat penting untuk dilakukan. Pasalnya, ada penelitian lain yang dibangun di atas makalah yang sudah ada dan makalah menjadi dasar potensial untuk studi di masa depan.
"Makalah tidak hanya menjadi titik akhir dari suatu studi tertentu," ucap Bik. "Mereka juga bisa menjadi awal potensial untuk banyak studi lain," tegasnya.
Makalah-makalah yang diminta Tessier-Lavigne untuk dicabut atau diperbaiki telah dikutip ratusan kali. Tentunya, hal ini dapat memberikan dampak dalam skala yang besar.
Sebagai contoh, makalah tahun 1999 di jurnal Cell dikutip setidaknya 570 kali. Makalah yang ia tulis bersama dan diterbitkan di jurnal Science pada tahun 2001 yang juga akan dicabut, salah satunya dikutip setidaknya 470 kali, yang lain 207 kali.
Di sisi lain, dua makalah yang diterbitkan di Nature, yang diminta Tessier-Lavigne untuk dikoreksi, salah satunya dikutip sebanyak 807 kali.
Nature telah menambahkan catatan editor awal tahun ini yang memberi peringatan kepada pembaca tentang masalah dalam makalah-makalah yang dipertanyakan.
Pencabutan diumumkan dalam edisi cetak dan online serta di media sosial, ungkap Direktur Eksekutif Science Press Package Meagan Phelan. Namun, makalah-makalah yang sebelumnya mengutip penelitian tersebut mungkin tidak akan ditandai.
"Inilah sebabnya mengapa semakin penting bagi para ilmuwan untuk dengan cepat, tegas, dan jujur memperbaiki kesalahan yang telah mereka buat dalam catatan ilmiah," imbuh Phelan dalam laporan The Washington Post.











































