Mau Anak Tangguh Hadapi Tantangan? Peneliti Sarankan Ini

ADVERTISEMENT

Mau Anak Tangguh Hadapi Tantangan? Peneliti Sarankan Ini

Trisna Wulandari - detikEdu
Kamis, 24 Agu 2023 09:30 WIB
Angry Asian girl on white background, angry child, frantic gesture expression and put his hand on his head.
Mau anak tangguh hadapi tantangan dan masalah? Peneliti temukan langkah menyenangkan yang bisa dicoba, rupanya juga diterapkan ke tentara AS. Foto: Getty Images/iStockphoto/Shutthiphong Chandaeng
Jakarta -

Apakah belajar menjadi anak yang tangguh perlu dijemur berjam-jam di bawah terik Matahari atau dimarahi? Tim peneliti temukan langkah yang menyenangkan untuk mengajarkan anak siap menghadapi tantangan dan masalah.

Angus Fletcher dan rekan-rekan penulis studi menuturkan, cara yang mereka terapkan untuk bantu anak-anak ini mirip dengan yang sukses ia terapkan di Angkatan Darat Amerikat Serikat (AS). Cara ini membuat ia diganjar Medali Penghargaan Pelayanan Publik dari Angkatan Darat AS, seperti dikutip dari EurekAlert.

Bagaimana caranya?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cara agar Anak Jadi Tangguh, Begini Studinya

Dalam penelitian yang dipublikasi di Journal of Creativity, 32 anak dibagi menjadi kelompok kontrol dan kelompok kreatif. Anak-anak kelompok kontrol diberi tahu bahwa "kekuatan khusus" mereka bisa bantu pecahkan masalah apapun. Karena itu, para anak diminta mengidentifikasi kualitas khusus yang mereka punya.

Sedangkan anak-anak kelompok kreatif diberitahu bahwa "teman kreatif" bisa bantu pecahkan masalah apapun. Untuk itu, para anak diminta memikirkan satu orang teman yang bisa melakukan hal istimewa dan menganggapnya sebagai teman kreatif.

ADVERTISEMENT

Teman Kreatif dalam Pikiran

Rupanya, "teman kreatif" ini adalah bentuk pergeseran perspektif. Ketika diberikan pertanyaan terkait masalah seumuran atau masalah pribadinya, para anak bisa belajar melihat suatu masalah lewat sudut pandang orang lain.

Fletcher menjelaskan, ketika kita membayangkan diri menerima saran dari orang lain, solusinya cenderung akan lebih efektif dan kreatif ketimbang coba menyelesaikan masalah sendiri dengan "kualitas khusus" diri.

Sejumlah pertanyaan yang ditanyakan pada anak-anak dalam studi adalah bagaimana jika sang anak tidak bisa pergi ke acara ulang tahun teman karena akan pergi ke luar kota dengan orang orang tua. Pertanyaan lainnya lebih personal, seperti memikirkan kondisi saudara kandungnya yang melakukan perundungan dan ayah yang harus pergi selama 2 bulan.

Fletcher dan rekan-rekan mendapati, pergeseran perspektif lewat "teman kreatif" bantu 94 persen siswa menghadapi masalahnya sendiri, baik memecahkan masalah dari persoalan umum maupun masalah pribadinya. Sedangkan kurang dari setengah kelompok anak-anak dengan bekal "kualitas istimewa" yang mampu memecahkan masalah umum. Lebih jauh, tidak ada yang mampu memberi solusi pada masalahnya sendiri.

Latihan Kreatif

Para guru terlatih juga diminta memberi skor seberapa kreatif solusi-solusi sang anak. Hasilnya, pelatihan "teman kreatif" di atas bantu anak merasa yakin bahwa ia punya kontrol dan kekuatan atas hidupnya sendiri.

Studi Fletcher dan rekan-rekan mendapati, anak-anak dengan "teman kreatif" mendapat skor kreativitas jawaban 6,44 dari 10. Skor kreativitas sedang tersebut lebih tinggi dari skor anak-anak kelompok "kemampuan khusus", yaitu 3,05 dari 10.

Fletcher menjelaskan, sebagian besar anak dengan "teman kreatif" coba memecahkan masalah pribadi dan memberi solusi potensial. Sedangkan 15 dari 16 anak dengan "kemampuan khusus" menyerah, mengatakan tidak tahu cara menghadapi masalah tersebut, atau menggunakan narasi solusi ajaib seperti menjadi superhero.

Latihan Mundur

Ketika anak-anak mengatakan ia tidak bisa memecahkan masalah, ia lalu diajak mundur, berpikir ulang tentang keinginannya dan bagaimana bisa muncul masalah dari situ.

Fletcher mengatakan, ketika berpikir lebih luas tentang sebuah keinginan dan alasan mengapa keinginan itu penting, seseorang bisa melihat ada cara-cara lain untuk meraihnya.

Latihan Tahan Banting

Untuk menguji ketangguhan anak, anak-anak diberitahu bahwa solusi mereka tidak akan berhasil. Rupanya, anak-anak yang dilatih terkait "teman bermain" ini selama 5 hari mampu memberikan alternatif solusi untuk masalah anak-anak seumurannya maupun masalah pribadinya.

Tidak hanya itu, skor kreativitas solusi kedua para anak dengan "teman kreatif" naik dari 5,45 menjadi 7,5.

"Pelatihan ini memungkinkan anak-anak tidak terpengaruh saat solusi pertamanya tidak berhasil. Mereka merencanakan solusi yang kedua," kata Fletcher.

Ia berharap pelatihan kreativitas naratif di atas bisa bantu anak-anak mengurai masalah-masalah kompleks untuk seusianya di kehidupan nyata. Bagaimana detikers, pernah mencoba cara ini?




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads