Bahaya Merokok & Kecanduan Nikotin Sejak Remaja, Bisa Menurunkan Kinerja Otak

ADVERTISEMENT

Bahaya Merokok & Kecanduan Nikotin Sejak Remaja, Bisa Menurunkan Kinerja Otak

Noor Faaizah - detikEdu
Rabu, 23 Agu 2023 17:30 WIB
Ilustrasi rokok
Foto: iStockphoto/Mauro_Scarone/Ilustrasi merokok
Jakarta -

Ilmuwan telah menemukan pengaruh di bagian otak terkait perilaku bagaimana seseorang mulai kecanduan nikotin. Jumlah materi abu-abu di dua bagian otak besar ternyata berkaitan dengan keinginan merokok pada masa remaja.

Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Cambridge dan Universitas Warwick di Inggris serta Universitas Fudan di Cina, menganalisis pencitraan otak pada 800 anak mudah berusia 14, 19, dan 23 tahun.

Diketahui dari penelitian tersebut, rata-rata remaja mulai merokok pada usia 14 tahun dan mengalami penipisan jaringan materi abu-abu atau dikenal korteks otak besar.

Memengaruhi Kemampuan Otak dalam Mengambil Keputusan

Melansir situs Universitas Cambridge, korteks otak besar (grey matter) merupakan jenis jaringan penting di otak dan sumsum tulang belakang manusia. Jaringan ini memainkan peran penting dalam fungsi mental, memori, emosi dan gerakan.

Bagian ini juga sering digunakan untuk memproses informasi karena mengandung neuron atau sel saraf yang memengaruhi semua organ tubuh.

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Communication ini, perokok usia 14 tahun memiliki jaringan grey matter pada bagian lobus frontal kiri yang lebih sedikit.

Temuan tersebut mengungkapkan adanya pengaruh pada kemampuan otak dalam memberikan pertimbangan pengambilan keputusan pelanggaran aturan.

Penurunan volume jaringan grey matter pada sisi kiri korteks prefrontal ventromedial menjadi pertanda alamiah tubuh atas perilaku kecanduan nikotin. Menurut para peneliti, hal ini dapat diimplementasikan pada keputusan preventif dan pengobatan atas kasus yang lebih kritis.

Peneliti juga mengatakan bahwa materi abu-abu yang lebih sedikit di otak depan kiri dapat menurunkan fungsi kognitif. Selain itu, juga dapat menyebabkan tindakan impulsif atau bentuk-bentuk pelanggaran aturan yang timbul karena keterbatasan kemampuan dalam mempertimbangkan konsekuensi.

Melemahnya Kontrol Diri Atas Rokok

Para peneliti juga menemukan penipisan jaringan grey matter pada prefrontal kanan perokok muda. Penipisan grey matter di bagian kanan otak ini terjadi hanya pada seseorang yang mulai merokok dan mulai menyusut ketika kecanduan merokok.

Berkurangnya jaringan pada bagian tersebut berakibat pada lemahnya kontrol diri atas rokok. Akibatnya, akan memengaruhi motivasi hedonis yang berkaitan dengan pengelolaan tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang.

Hal ini bisa terjadi dikarenakan pada bagian kanan cenderung berkaitan dengan fungsi otak dalam pencarian sensasi dan emosi.

Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan mekanisme neurobehavioral yang rusak. Dilansir dari National Library of Medicine, neurobehavioral merupakan dasar neurologis dari perilaku, memori, dan kognisi manusia.

Kerusakan ini diakibatkan penggunaan nikotin yang dimulai lebih awal serta menyebabkan kecanduan jangka panjang.

Professor Trevor Robbins, penulis senior dari Departemen Psikologi Cambridge, memberikan pernyataan bahwa merokok memang menjadi perilaku adiktif yang paling umum ada di dunia, dan menjadi penyebab utama kematian orang dewasa.

Diketahui, kematian tahunan akibat rokok diperkirakan mencapai 8 juta di seluruh dunia pada 10 tahun terakhir.

"Kecanduan merokok kemungkinan besar terjadi selama masa remaja. Upaya apapun penting dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan tersebut, agar dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, sehingga dapat membantu menyelamatkan jutaan jiwa kedepannya," ujar Robbins.

Kondisi Materi Abu-abu pada Remaja Menurut Studi

Peneliti lain dari Departemen Psikiatri Cambridge, Prof Barbara Sahakian, menyatakan bahwa korteks prefrontal ventromedial adalah wilayah kunci untuk dopamin, yaitu zat kimia yang berperan besar dalam memengaruhi kesenangan otak.

Selain itu, dopamin juga diyakini mempengaruhi pengendalian diri seseorang juga. Sehingga lapisan grey matter yang lebih sedikit di wilayah otak ini dapat membatasi fungsi kognitif, yang mengarah pada kontrol diri yang lebih rendah dan kecenderungan untuk perilaku berisiko, seperti kecanduan rokok.

Adapun studi ini menggunakan data yang dikumpulkan oleh proyek IMAGEN dari lokasi di empat negara Eropa: Inggris, Jerman, Prancis, dan Irlandia.

Para peneliti membandingkan data pencitraan otak untuk mereka yang merokok pada usia 14 tahun dengan mereka yang tidak merokok, dan mengulanginya untuk peserta yang sama pada usia 19 dan 23 tahun.

Hasil observasi data juga mengungkapkan bahwa mereka yang merokok pada usia 14 tahun rata-rata memiliki jaringan grey matter yang jauh lebih sedikit di bagian korteks prefrontal kirinya. Temuan serupa juga ada pada mereka yang mulai merokok saat berusia 19 tahun.

Para ilmuwan juga mengamati korteks prefrontal ventromedial kanan. Kehilangan materi abu-abu terjadi pada setiap orang seiring bertambahnya usia.

Namun, mereka yang merokok dari usia 14 dan mereka yang merokok dari usia 19 sama-sama mengalami kehilangan materi abu-abu yang berlebihan di lobus frontal kanan.

Untuk korteks prefrontal kanan, perokok berusia 19 tahun yang tidak mulai merokok saat remaja memiliki tingkat materi abu-abu yang sama pada usia 14 tahun dengan mereka yang tidak pernah merokok sama sekali.

Ini menunjukkan pengurangan cepat pada korteks prefrontal ventromedial kanan hanya dimulai dengan permulaan merokok.

Sedangkan data pada usia 23 tahun, menunjukkan bahwa volume materi abu-abu di korteks prefrontal kanan menyusut lebih cepat pada mereka yang terus merokok. Dengan demikian, studi ini telah menunjukkan bagaimana pengaruh merokok pada fungsi prefrontal otak.




(faz/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads