Ahli Lakukan Sensus dalam Tanah, Mayoritas Kehidupan Bumi Ternyata Ada di Bawah

ADVERTISEMENT

Ahli Lakukan Sensus dalam Tanah, Mayoritas Kehidupan Bumi Ternyata Ada di Bawah

Novia Aisyah - detikEdu
Sabtu, 19 Agu 2023 18:00 WIB
Tikus mondok.
Para ahli lakukan semacam sensus biodiversitas di dalam tanah. Hasilnya, kehidupan di bawah tanah lebih banyak dari di permukaan. Foto: Wildlife Illinois
Jakarta -

Bumi masih menyimpan banyak sekali hal untuk ditemukan dan dieksplorasi, setidaknya di bawah permukaan tanah. Sebagian besar kehidupan di planet ini tersembunyi di bawah kaki manusia.

"Kemungkinan besar, tanah adalah rumah bagi 59 persen kehidupan, termasuk segala sesuatu mulai dari mikroba hingga mamalia, sehingga menjadikannya habitat paling beragam di Bumi," kata ahli ekologi Mark Anthony dan rekan dalam penelitian baru mereka.

Tanah terdiri dari mineral, gas yang terperangkap, cairan, dan bahan organik yang menyelimuti sebagian besar daratan di Bumi.

"Organisme di tanah memainkan dampak yang lebih besar dibandingkan keseimbangan planet kita," ujar Anthony dari Agroscope, badan penelitian pertanian Swiss, kepada Phoebe Weston dalam Guardian, dikutip dari Science Alert.

"Keanekaragaman hayati penting karena kehidupan tanah memengaruhi umpan balik terhadap perubahan iklim, keamanan pangan global, dan bahkan kesehatan manusia," imbuhnya.

Hasil Sensus Makhluk dalam Tanah

Meninjau literatur sebelumnya, Anthony dan timnya menemukan 88 persen bakteri, 85 persen tanaman, dan 90 persen jamur bertahan hidup di dalam tanah. Di sisi lain, hanya sekitar 4 persen dari 6.500 spesies mamalia yang menggali rumah di lumpur.

Walaupun terdapat margin kesalahan yang besar, 59 persen keanekaragaman hayati di tanah, kemungkinan besar dianggap enteng mengingat betapa sedikitnya yang diketahui tentang ekosistem tanah, jelas para peneliti.

Biodiversitas ini bahkan tidak termasuk virus penyerang bakteri yang mendominasi tanah dengan keanekaragaman yang luar biasa.

Kerabat kecil cacing tanah, Enchytraeidae, memiliki persentase sebagai spesies yang paling bergantung pada tanah, yakni 98,6 persen. Sebagian besar dari mereka hidup di 5 cm pertama tanah, berburu bakteri, jamur, dan bahan organik. Namun terlepas dari prevalensinya dan selain penggunaannya sebagai umpan, hewan ini tidak cukup dikenal.

Fakta mengenai tanah yang lebih dalam, menurut para peneliti, bahkan hanya diketahui sedikit.

"Tanah yang lebih dalam sering terabaikan... memiliki banyak garis keturunan yang unik dibandingkan dengan tanah yang ada di permukaan," jelas Anthony dan tim.

Keanekaragaman hayati yang baru diperkirakan dua kali lebih besar dari yang sebelumnya diestimasi para ahli. Habitat dalam tanah menggerakkan banyak sistem penopang kehidupan Bumi, mulai dari penyerapan karbon hingga distribusi air. Tanah juga menyaring polutan dan merupakan fasilitator 95 persen makanan kita.

Sayangnya, tanah di seluruh dunia perlahan hilang karena erosi, dilalap api dan sebagainya. Misalnya, sebuah laporan baru-baru ini menunjukkan sekitar 65 persen tanah Eropa tidak baik-baik saja.

Terlebih lagi, cara manusia mengubah area di permukaan tanah diperkirakan telah mengubah komposisi biologis dan pada gilirannya mengubah fungsi tanah. Penelitian mengenai sensus biodiversitas dalam tanah ini dipublikasikan dalam jurnal PNAS dengan judul "Enumerating Soil Biodiversity".




(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads