Sebuah studi dilakukan terhadap embrio empat spesies ikan oleh para ilmuwan dari Universitas Manchester, yakni ikan kakap Eropa, hiu kucing, zebrafish atau ikan zebra, dan ikan punggung duri, demikian dilansir dari situs Universitas Manchester dilansir, 10 Agustus 2023 lalu.
Para ilmuwan memperlakukan embrio empat spesies ini dengan dua perlakuan. Ada embrio yang disimpan dalam kondisi terkontrol dengan suhu normal sehari-hari, ada pula embrio yang disimpan dalam kondisi lebih hangat yang merepresentasikan kondisi di masa depan di bawah perubahan iklim.
Setelah ikan-ikan itu melewati periode embrio, lalu semua ikan dari dua perlakukan itu dipindahkan untuk mensimulasikan ikan dewasa di alam liar untuk bebas mencari perairan dengan suhu yang cocok dengan mereka.
Meskipun hidup dalam kisaran suhu yang cocok, perbedaan genomik ditemukan di antara kelompok ikan yang terpengaruh oleh suhu embrio mereka pada saat masih mengalami perkembangan. Perbedaan tersebut ditandai dengan kemampuan sekelompok ikan yang tidak dapat menyesuaikan kondisi peningkatan suhu di waktu yang akan datang.
Meskipun sebagian para ilmuwan sudah pernah meneliti mengenai pemanasan sungai dan laut yang menyebabkan tekanan fisiologis secara langsung pada ikan, namun penelitian ini menunjukkan terdapat dampak terhadap perkembangan embrio yang berpengaruh pada saat dewasa. Riset ini mengungkapkan bahwa bentuk perubahan gen terjadi ketika embrio yang sedang berkembang terpapar perairan yang memiliki suhu lebih hangat.
Perubahan ini juga dapat memengaruhi kemampuan mereka dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan suhu di waktu yang akan datang, sekaligus harus menghadapi konsekuensi untuk bertahan hidup dari perubahan iklim saat dewasa nanti. Namun para ilmuwan belum menemukan persis beberapa gen yang terdampak dalam perubahan biologis akibat pemanasan global.
Di sisi lain analisis dari Universitas Manchester menunjukkan bahwa munculnya fenotip (penampikan fisik dan sifat yang dapat diamati) yang berbeda di kemudian hari dapat terjadi karena adanya perubahan susunan transcriptome (set lengkap urutan transkripsi genetik dalam sel) yang merupakan salah satu elemen penting dari kehidupan itu sendiri.
Temuan mereka yang menggunakan pemodelan canggih, menunjukkan bahwa transcriptomes ikan dari perairan yang hangat dilihat dari perkembangannya ditandai oleh adanya gangguan gen dalam membentuk struktur. Artinya, serangkaian interaksi susunan gen tersebut menjadi acak.
"Perubahan iklim adalah ancaman utama yang dihadapi oleh para hewan. Ketika suhu perairan laut dan sungai di dunia terus meningkat, maka tekanan fisiologis pada populasi ikan juga meningkat," tutur Profesor Holly Shiels, dari Universitas Manchester.
"Jika kita ingin mengurangi konsekuensi dari pemanasan global, maka sangat penting bagi kita untuk memahami bagaimana hal itu mempengaruhi kemampuan biologis hewan untuk merespons kondisi selanjutnya di masa depan," imbuh Shiels.
Ditambahkan doktor Universitas Manchester, Dr Dan Ripley, temuan riset ini menunjukkan bahwa adanya paparan suhu tinggi selama perkembangan dan pertumbuhan embrio dapat mempengaruhi kemampuan ikan untuk bertahan hidup dengan berbagai ancaman di masa depan.
Ditegaskan Dr Adam Stevens, dari kampus yang sama, menambahkan dalam penelitian ini, ditemukan bahwa pemanasan yang meningkat akan mempengaruhi hubungan antar gen.
"Fenomena ini tidak ada pada hewan yang memang dipelihara dan kondisinya dikontrol," tambah Dr Adam Stevens.
(nwk/nwk)