Ilmuwan berhasil mengungkap fakta sejarah kuno terkait penemuan manik-manik di sebuah pulau di Indonesia. Penemuan ini memberi informasi sejarah mengenai kegemaran orang-orang Indonesia zaman dahulu.
Tim yang dipimpin oleh Profesor Sue O'Connor dari Australian National University dengan Associate Professor dari Griffith University Michelle Langley, menggunakan analisis mikroskopis lanjutan untuk menyelidiki manik-manik kerang Nautilus dari Gua Makpan di pulau Alor Indonesia.
Peneliti mengatakan bahwa tren gaya masa lalu di Alor dibagikan dengan setidaknya dari dua pulau lainnya. Temuan juga mengungkap salah satu hobi kuno yakni menjahit manik-manik reflektif ke pakaian dan barang-barang lainnya di tiga pulau Indonesia.
Setelah melalui penelusuran, tim menyimpulkan bahwa kebiasaan ini ternyata telah ada setidaknya dari 12.000 tahun yang lalu.
"Ketika kami melakukan penggalian di Gua Makpan di Alor, kami kagum dengan banyaknya manik-manik kerang yang kami temukan, dan bagaimana kami terus menemukannya bahkan hingga tingkat penggalian terendah. Mengingat penggalian yang sangat dalam kami berpikir bahwa ada kemungkinan besar bahwa manik-manik tertua berada di deposit berumur Pleistosen," ujar Profesor Sue O'Connor.
Jejak Manik-manik di Pulau Alor
Menurut ilmuwan, temuan di Gua Makpan di pulau Alor, Indonesia ini telah membuka tirai tentang tradisi yang berulang-ulang, yang mengikat tiga pulau yaitu Alor, Timor, dan Kisar dalam seni menghias pakaian dan benda-benda dengan manik-manik berkilauan.
Total ada 577 artefak ditemukan dari Kotak B. Ini termasuk 36 manik-manik lengkap atau hampir selesai (>75% ada), dan 541 fragmen manik-manik.
Lalu dari manik-manik lengkap dan hampir lengkap, 33 di antaranya berbentuk bulat telur dengan dua lubang di tengah. Sementara tiga contoh lainnya berbentuk lingkaran dan memiliki satu lubang tengah masing-masing.
Sebagian besar manik-manik (sekitar 97%) ditemukan dalam lapisan midden (Fase 3) berusia sekitar 11.805-11.223 tahun. Namun, ada juga manik-manik di Fase 4 berusia hingga 7.284 tahun, serta di Fase 1 (sekitar 21.500-40.500 tahun) dan Fase 2 (sekitar 11.000-13.500 tahun).
Jejak Genetik dan Budaya
Selain mengungkapkan kisah budaya, penemuan ini juga mereduksi jarak antara pulau-pulau di Indonesia secara genetik. Bukti DNA baru-baru ini telah mengungkapkan hubungan antar pulau yang berbeda.
Tim Griffith dan ANU menganalisis manik-manik dari Makpan dan menemukan bahwa mereka tidak hanya sangat konsisten dalam metode produksinya, tetapi juga serupa dengan manik-manik yang sebelumnya ditemukan di pulau Timor dan Kisar.
"Waktu dan keterampilan yang diperlukan untuk membuat manik-manik kecil berkilau dalam jumlah yang ditemukan secara arkeologis pasti sangat banyak, menunjukkan bahwa manik-manik itu merupakan bagian penting dari repertoar perhiasan komunitas Makpan," kata Associate Professor Langley, penulis utama studi, dikutip dari phys.org.
Ini memberi para ilmuwan gambaran yang lebih jelas tentang hubungan budaya di antara pulau-pulau ini.
Menurut peneliti, setiap manik-manik yang berkilauan juga memiliki jejak sejarah dan cerita kehidupan. Pada temuan cangkang Nautilus yang sangat jarang dalam tumpukan limbah, menunjukkan bahwa cangkang ini dikumpulkan bukan untuk dimakan, namun untuk menghasilkan sebuah karya seni.
Masyarakat di Gua Makpan pun telah mengenali nilai keindahan dan investasi dalam penciptaan, bahkan tanpa manfaat praktis yang jelas.
Ornamen Lintas Pulau
Bukan hanya tentang manik-manik, namun terdapat intensifikasi dalam teknologi perikanan dan penemuan artefak lainnya. Penggunaan kail kerang dan keberadaan obsidian dan artefak eksotis mengisyaratkan interaksi yang sering terjadi di antara pulau-pulau ini.
Peneliti mengatakan temuan ini membuka jejak perjalanan laut yang diikuti oleh komunitas-komunitas di tiga pulau, yang menghubungkan mereka dalam pertukaran gaya, barang, dan bahkan teknologi.
Melalui temuan ini, peneliti bisa membayangkan komunitas yang terjalin dalam aliran waktu dan melintasi laut. Manik-manik kerang menghubungkan tangan-tangan kreatif di tiga pulau, membawa nilai-nilai dan pandangan dunia bersama.
(faz/faz)