Ilmuwan Temukan Pecahan Benua yang Hilang 155 Juta Tahun, Lokasinya di Indonesia

ADVERTISEMENT

Ilmuwan Temukan Pecahan Benua yang Hilang 155 Juta Tahun, Lokasinya di Indonesia

Cicin Yulianti - detikEdu
Jumat, 16 Mei 2025 18:30 WIB
Benua yang hilang
Peta Argopelago. Foto: Carley Rosengreen/Griffith University
Jakarta -

Para ilmuwan berhasil mengungkap misteri soal pecahan Benua Australia yang sempat hilang 155 juta tahun. Pecahan benua itu disebut berada di wilayah Indonesia.

Benua itu dahulunya bernama Argoland. Benua diduga hancur karena gaya tektonik yang meregangkan daratan sehingga pecahan-pecahannya saling menjauh.

Bukti kembalinya pecahan benua ditunjukkan lewat adanya cekungan laut dalam atau yang dikenal Daratan Abyssal Argo. Sebagian penelitian juga menempatkan Argoland berada di tempat yang tak terduga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berada di Wilayah Indonesia dan Myanmar

Beberapa bagian dari pecahan benua atau Argoland tersebut telah ditemukan. Namun, sampai kini para ilmuwan masih mencari tahu misteri pecahan benua lainnya.

"Kami tahu itu pasti berada di suatu tempat di utara Australia, jadi kami menduga akan menemukannya di Asia Tenggara," kata penulis utama studi Eldert Advokaat yang juga seorang peneliti di Departemen Ilmu Bumi di Universitas Utrecht di Belanda dilansir dari Space.com.

ADVERTISEMENT

Advokaat dan rekan peneliti lainnya mengkonstruksi tentang perpecahan benua dalam makalah yang diunggah di jurnal Gondwana Research. Mereka menyebut telah menemukan fragmen tanah purba sebagai ciri dari benua yang terpecah itu.

Berdasarkan tanda-tanda yang mereka pelajari sejauh ini, letak pecahan benua ada di sekitar Indonesia dan Myanmar. Meski sudah menemukan bukti-bukti, peneliti masih dibuat bingung.

Pasalnya kasus benua Argoland ini berbeda dengan India yang sempat terpisah dari Gondwana selama 120 juta tahun. Benua India hingga kini masih dalam bentuk daratan utuh, sedangkan Argoland terpecah-pecah.

"Situasi di Asia Tenggara sangat berbeda dengan tempat-tempat seperti di Afrika dan Amerika Selatan, di mana sebuah benua terpecah jadi dua bagian," katanya dikutip dari Live Science.

Argoland Disebut Juga sebagai Argopelago

Para peneliti mengibaratkan pecahan-pecahan benua Argoland seperti puzzle. Pecahan benua itu adalah daratan yang luas dan terfragmentasi di bawah pulau-pulau di sebelah timur Indonesia.

"Pecahan-pecahan tersebut membentuk kolase. Argoland tersembunyi di bawah hutan hijau di sebagian besar wilayah Indonesia dan Myanmar," kata Advokaat dilansir dari EurekAlert.

Oleh karena itu, para peneliti menamai pecahan-pecahan Argoland sebagai "Argopelago". Menurut rekan Advokaat sekaligus peneliti lain yakni Douwe van Hinsbergen, pecahnya Argoland mulai terjadi sejak 300 juta tahun lalu.

Meski demikian, ketika para peneliti mencoba merekonstruksi Argoland dari fragmen-fragmen ini, peneliti belum menemukan kecocokan.

Perpecahan benua Argoland disebut juga menjadi sebab satwa liar di Australia menyebar hingga ke Asia Tenggara. Argoland juga disebut menjelaskan alasan garis tak terlihat yang membelah kepulauan Indonesia, Garis Wallace yang mempengaruhi persebaran hewan-hewan di sekitarnya.

"Rekonstruksi semacam ini sangat penting untuk memahami proses seperti evolusi keanekaragaman hayati, iklim atau pencarian bahan mentah. Lebih jauh, rekonstruksi ini membantu kita memahami bagaimana gunung terbentuk dan apa yang menggerakkan lempeng tektonik," kata van Hinsbergen.

Untuk sisa pecahan Argoland lainnya, peneliti menduga keberadaannya menyebar ke wilayah Asia Tenggara lain. Beberapanya berada di Indonesia dan Myanmar.

Para peneliti menemukan fragmen tanah purba yang tersebar di sekitar Indonesia dan Myanmar, tetapi ketika mereka mencoba merekonstruksi Argoland dari fragmen-fragmen ini, "tidak ada yang cocok," katanya.

Saat fragmen Argoland bertabrakan dengan daratan di Asia Tenggara, mereka juga membentuk keanekaragaman hayati yang kaya yang kita lihat saat ini. Ini dapat membantu menjelaskan distribusi spesies yang tidak merata di sepanjang penghalang tak terlihat yang membentang melalui Indonesia, tambah Advokaat.

Secara keseluruhan, menyusun Argoland adalah "batu loncatan untuk penelitian baru," katanya.




(cyu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads