Rantai Besi dari Tambang Emas Mesir Kuno ungkap Perbudakan 2.300 Tahun Lalu

ADVERTISEMENT

Rantai Besi dari Tambang Emas Mesir Kuno ungkap Perbudakan 2.300 Tahun Lalu

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 17 Mar 2025 06:30 WIB
Sejarah perbudakan Kekaisaran Mesir Kuno terungkap dari penemuan rantai besi di tambang emas.
Sejarah perbudakan Kekaisaran Mesir Kuno terungkap dari penemuan rantai besi di tambang emas. Foto: EmBaSy/Shutterstock.com via IFL Science.
Jakarta -

Bangsa Mesir kuno sangat mencintai emas. Akibatnya berbagai upaya dilakukan untuk pencarian logam mulia tersebut dari inti bumi, termasuk praktik perbudakan.

Dunia arkeologi baru saja menemukan jejak penderitaan manusia pada masa Mesir kuno. Jejak itu hadir dalam bentuk rantai besi yang ditemukan di tambang emas berusia 2.300 tahun.

Penemuan tersebut mengungkapkan bahwa beberapa pekerja mungkin dipaksa untuk mencari emas. Mengerikannya mereka dijadikan budak dengan rantai besi berat terpasang di pergelangan kaki mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berasal dari Periode Ptolemeus

Mengutip IFL Science, sejarawan dan arkeolog Berangere Redon menjelaskan penambangan emas hadir di masa kejayaan periode Ptolemeus. Kala itu, kekaisaran Mesir ditaklukan oleh Alexander The Great pada tahun 332 SM.

Sejak saat itu dinasti terpanjang dan terakhir Mesir kuno berjalan. Pemimpin pertamanya bernama Ptolemeus I seorang jenderal kepercayaan Alexander.

ADVERTISEMENT

Ia memerintahkan untuk membangun 40 tambah emas di seluruh kerajaan. Pendirian tambang emas ini menurut Redon bermanfaat untuk berbagai kegiatan.

Dari pendanaan kampanye militer di Mediterania, proyek bergengsi di luar kekaisaran Mesir, hingga membangun bangunan monumental di Alexandria, sebagai simbol kekuatan dan kekayaan.

"Dinasti baru yang didirikan oleh Ptolemeus I membutuhkan emas untuk mendanai kampanye militer di Mediterania, proyek bergengsi di luar negeri, dan bangunan monumental di Alexandra yang mencerminkan kekuatan dan kekayaan," kata Redon.

Tambang emas paling utara dari periode ini terletak di wilayah bernama Ghozza. Tempat itu beroperasi selama paruh kedua abad ke-3 SM.

Ketika menggali, para arkeolog menemukan ratusan pecahan tembikar yang disebut dengan ostraca di lokasi tersebut. Beberapa di antaranya bertuliskan informasi tentang upah penambang.

Dari keadaan bangunan yang kurang terawat di Ghozza awalnya menunjukkan bahwa banyak dari pekerja adalah buruh bebas. Mereka bukanlah budak hingga penemuan rantai besi terjadi.

Penemuan Rantai Besi di Ghozza

Penemuan rantai besi terjadi pada Januari 2023. Ada dua set rantai besi yang ditemukan di desa tersebut.

Set pertama terdiri dari tujuh gelang kaki beserta dua mata rantai. Sedangkan set kedua memiliki empat mata rantai dan pecahan dari dua gelang.

Redon menyatakan rantai besi tersebut tidak dimaksudkan untuk menahan hewan. Alih-alih hewan, alat tersebut dirancang untuk digunakan oleh manusia.

"Berjalan dengan belenggu-belenggu (rantai besi) ini akan terasa lambat dan melelahkan. Terutama mengingat beratnya," jelas Redon.

Meski kedengarannya mengerikan, ternyata praktik ini umum terjadi di Mesir kuno. Sebuah bukti sejarah yang ditulis oleh penulis Agatharchides pada abad ke-2 SM, menjelaskan praktik itu digunakan untuk memberikan hukuman.

"Mereka dihukum dengan cara ini dan jumlahnya banyak, semuanya diikat kakinya - bekerja tanpa henti pada tugas mereka baik siang maupun malam," tulis Agatharchides.

Jadi, meskipun sebagian penambang di Ghozza berstatus pekerja bebes mereka bekerja berat untuk menyediakan emas berharga bagi Ptolemeus. Fakta ini tentu bukan sebuah hal yang baik.

"Di balik kemegahan kekayaan Mesir dan pegunungan Guru Timur yang megah, tersimpan sejarah eksploitasi," ungkap Redan.

"Emas yang ditambang dari tambang-tambang ini membantu membiayai ambisi para penguasa Mesir, tetapi hal itu (juga) menimbulkan korban jiwa yang signifikan," tandasnya.




(det/nah)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads