Tikus Purba Ditemukan 'Selamat' dari Dinginnya Kutub Utara di Zaman Dinosaurus

ADVERTISEMENT

Tikus Purba Ditemukan 'Selamat' dari Dinginnya Kutub Utara di Zaman Dinosaurus

Fahri Zulfikar - detikEdu
Jumat, 11 Agu 2023 20:30 WIB
Ahli paleontologi yang bekerja di Alaska utara menemukan fosil tikus es kecil
Foto: Doc. phys.org/Penemuan fosil tikus es kecil
Jakarta -

Ahli paleontologi yang bekerja di Alaska utara telah menemukan fosil mamalia kecil di salah satu wilayah terdingin di Bumi sekitar 73 juta tahun yang lalu. Fosil purba itu adalah milik tikus es.

Para peneliti, yang dipimpin oleh Jaelyn Eberle dari University of Colorado Boulder, mendeskripsikan hewan zaman Kapur Akhir ini dalam sebuah penelitian yang diterbitkan bulan ini di Journal of Systematic Palaeontology.

Mereka memberi nama mamalia purba itu dengan nama ilmiah Sikuomys mikros, berasal dari "Siku", kata IΓ±upiaq untuk "es", dan "milikku" dan "mikros", kata Yunani untuk "tikus" dan "kecil".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fosil tikus es kecil ini sebenarnya bukan tikus, melainkan milik keluarga mamalia yang sekarang sudah punah yang disebut Gypsonictopidae, yang memiliki tubuh sangat kecil.

Meski begitu, bentuknya tetap terlihat seperti tikus zaman modern dan beratnya diperkirakan hanya 11 gram atau kurang dari kaleng soda aluminium kosong.

ADVERTISEMENT


Tikus Es yang Bertahan di Musim yang Sangat Dingin

Menurut peneliti, tikus es bisa hidup sepanjang tahun di Alaska utara, yang pada saat itu terletak lebih jauh ke utara, di atas Lingkaran Arktik planet Bumi. Di sana, tikus es kemungkinan besar melewati empat bulan kegelapan tanpa akhir di musim dingin dan suhu yang turun di bawah titik beku.

"Mereka ini mungkin tidak berhibernasi. Mereka tetap aktif sepanjang tahun, menggali di bawah serasah daun atau di bawah tanah dan memakan apa pun yang bisa mereka gigit, mungkin serangga dan cacing," kata Eberle, kurator fosil vertebrata di Museum Sejarah Alam CU dan profesor di Departemen Ilmu Geologi, dikutip dari phys.org.

Rekan penulis studi Patrick Druckenmiller, direktur University of Alaska Museum of the North, mengatakan, penemuan fosil-fosil kecil ini memberi para peneliti jendela baru ke Alaska kuno.

Terutama, mengungkap bahwa tujuh puluh tiga juta tahun yang lalu, Alaska utara adalah rumah bagi ekosistem yang tidak seperti di Bumi saat ini.

"Itu adalah hutan kutub yang penuh dengan dinosaurus, mamalia kecil, dan burung. Hewan-hewan ini diadaptasi untuk hidup dalam iklim yang sangat musiman yang mencakup kondisi musim dingin yang membekukan, kemungkinan besar salju dan kegelapan musim dingin hingga empat bulan," ujar Druckenmiller.

Mengungkap Dunia yang Hilang

Para peneliti, termasuk ahli paleontologi dari University of Alaska Fairbanks dan Florida State University, menggali fosil dari sedimen di sepanjang tepi Sungai Colville, tidak jauh dari Laut Beaufort di pantai utara Alaska.

Situs tersebut, bagian dari apa yang disebut Formasi Prince Creek, sangat terpencil sehingga tim melakukan perjalanan sekitar 75 mil dari Deadhorse, Alaska, dengan mobil salju atau pesawat semak.

"Penelitian tim kami mengungkapkan 'dunia yang hilang' dari hewan yang beradaptasi dengan Arktik," kata Gregory Erickson, rekan penulis studi di Florida State University.

"Prince Creek berfungsi sebagai ujian alami fisiologi dan perilaku hewan ini dalam menghadapi fluktuasi iklim musiman yang drastis," imbuhnya.

Tidak seperti dinosaurus dari periode waktu yang sama, yang meninggalkan tulang besar, satu-satunya fosil yang tersisa dari mamalia di kawasan itu hanyalah beberapa gigi dan potongan rahang.

Oleh karena itu, untuk memulihkan spesimen berharga ini, kelompok tersebut mengumpulkan ember-ember tanah dari tepi sungai. Di laboratorium, para peneliti membersihkan lumpur dan menyortir sisanya di bawah mikroskop.

"Anda melihat di bawah mikroskop dan melihat gigi kecil yang sempurna. Ini sangat kecil," kata Eberle.




(faz/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads