Tertawa Itu Nular Loh, Pakar Ungkap Alasannya

ADVERTISEMENT

Tertawa Itu Nular Loh, Pakar Ungkap Alasannya

Zefanya Septiani - detikEdu
Senin, 07 Agu 2023 18:30 WIB
Tertawa
Ilustrasi tertawa Foto: Getty Images
Jakarta -

"Tertawalah dan dunia akan turut tertawa bersamamu". Kutipan ini berasal dari puisi berjudul "Solitude" karya penyair Amerika Serikat Ella Wheeler Wilcox yang hidup di akhir abad ke-19.

Tampaknya kutipan tersebut ada benarnya. Penelitian mengungkapkan, tertawa merupakan fenomena sosial yang dapat menular ke orang lain.

Psikolog Robert Provine mengungkapkan manusia 30 kali lebih mungkin tertawa dengan orang lain daripada saat sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia juga menuliskan dalam bukunya yang berjudul Laughter: A Scientific Investigation bahwa tawa yang menular melibatkan komunikasi antar manusia dari otak ke otak.

Adapun Sophie Scott, seorang pakar neurosains di University College London (UCL), Inggris mengatakan tertawa adalah sebuah fenomena sosial.

ADVERTISEMENT

"Tawa yang menular menunjukkan kasih sayang dan afiliasi," ungkap Scott yang telah mempelajari tawa dan reaksi manusia lainnya selama lebih dari dua dekade dikutip dari The Washington Post.

"Bahkan berada di dekat orang-orang yang diharapkan lucu akan memicu tawa di dalam diri Anda," tambahnya.

Lantas, bagaimana tawa bisa menular dari satu orang ke orang lain? Yuk,detikers kita simak informasinya.

Professor pada Turku PET Centre, University of Turku, Finlandia, Lauri Nummenmaa mengungkapkan manusia diprogram untuk saling meniru. Hal ini menyebabkan tawa akan menyebar di antara manusia seperti menguap.

"Kita hanya meniru perilaku dan tawa orang lain," ungkap Nummenmaa. Ia telah melakukan riset yang telah dipublikasikan dengan judul Mu-opioid receptor system modulates responses to vocal bonding and distress signals in humans.

"Reaksi tawa orang lain pertama kali dipersepsikan saat dilihat atau didengar, dan informasi sensoris ini kemudian diubah menjadi area otak para pengamat yang sama," jelasnya.

Studi juga menunjukkan bahwa tawa dapat memperkuat hubungan antar manusia. Hal ini terjadi karena orang secara alami ingin berada di sekitar orang-orang yang membuat mereka merasa baik, salah satunya adalah melalui tawa.

"Kita menginginkan kehadiran individu yang dapat memberi kita perasaan seperti itu," ujar Nummenmaa. "Tawa adalah semacam blok pembangunan molekul persahabatan," tambahnya.

Ikut Tertawa Merupakan Respons Alami Manusia

Cara seseorang bereaksi terhadap suara tergantung pada wilayah korteks premotorik di otak. Wilayah ini bertanggung jawab atas bagaimana otot-otot wajah bereaksi terhadap suara yang sesuai, seperti yang dikutip dari laman Science ABC.

UCL melakukan studi pada beberapa sukarelawan di mana mereka memainkan berbagai suara untuk mereka dan mengukur reaksi otak mereka terhadap suara tersebut.

Studi ini mendapati tanggapan akan lebih tinggi diberikan kepada suara positif, seperti tawa atau suara kemenangan. Di sisi lain, tanggapan akan lebih rendah diberikan untuk suara negatif seperti jeritan.

Hal ini menunjukkan bahwa manusia lebih rentan terhadap suara tawa dibandingkan dengan suara negatif. Temuan ini juga menjelaskan alasan mengapa kita akan secara tidak sadar tersenyum saat melihat orang lain tertawa.

Respons alami yang manusia miliki terhadap tawa adalah alasan mengapa rekaman suara tertawa sering dimasukkan dalam program acara komedi situasi (sitkom). Suara ini dipercaya dapat memancing tawa penonton.




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads