Parfum menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dalam hal memberi kesan ke orang lain dengan aroma tertentu. Di dunia modern, parfum tak hanya untuk tubuh manusia tapi juga beralih untuk ruangan hingga kendaraan. Namun, seperti apa parfum pertama di dunia sebenarnya?
Kata parfum atau dalam bahasa Inggris 'perfume' berasal dari frase Latin, "per" yang berarti "menyeluruh" dan "fumus" yang berarti "asap".
Orang Prancis kemudian memberi nama "parfum" untuk bau yang dihasilkan dari pembakaran dupa. Bisa dikatakan, aroma atau bentuk wewangian pertama parfum di dunia adalah dupa, yang pertama kali dibuat oleh bangsa Mesopotamia sekitar 4.000 tahun yang lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budaya kuno membakar berbagai resin (cairan getah kayu yang mengeras) dan kayu pada upacara keagamaan mereka. Dupa sendiri baru mencapai Mesir sekitar 3.000 SM, tetapi sampai awal zaman keemasan Mesir, parfum hanya digunakan dalam ritual keagamaan.
Berkembang Pesat pada Abad ke-17
Melansir laman McGill University, Kanada, parfum cair pertama dikembangkan oleh orang Yunani Kuno. Tetapi perkembangan penyulingan oleh orang Arab yang membuat pembuatan parfum dapat bertahan.
Dalam perkembangannya, parfum mencapai ekspansi besar selama abad ketujuh belas, terutama di Prancis. Kondisi pada masa itu sangat kotor dan wewangian digunakan untuk menutupi bau badan yang tidak sedap.
Di Inggris, parfum digunakan secara luas pada masa pemerintahan Henry VIII dan Ratu Elizabeth I. Semua tempat umum diberi wewangian selama pemerintahan Elizabeth karena dia tidak dapat mentolerir bau yang tidak sedap.
Pada abad ke-19, parfum mengalami perubahan besar dengan berubah ke bahan kimia sebagai dasar untuk wewangian modern.
Pada pergantian abad, parfum biasanya berasal dari wewangian bunga tunggal. Saat ini, parfum sangat kompleks, terdiri dari banyak bahan kimia alami dan sintetis.
Bahan Kimia sebagai Era Parfum Modern
Aroma kimia tahap pertama dalam pembuatan parfum adalah ekstraksi minyak esensial wangi dari tumbuh-tumbuhan. Meskipun banyak metode yang dapat digunakan, distilasi adalah yang paling umum.
Distilasi uap didasarkan pada prinsip bahwa bahan tanaman yang ditempatkan dalam air mendidih akan melepaskan minyak atsirinya yang kemudian menguap bersama uap.
Setelah uap dan minyak terkondensasi, minyak akan terpisah dari air dan dapat dikumpulkan. Ribuan kilo bunga mungkin diperlukan untuk mendapatkan hanya satu kilo minyak atsiri, yang sebagian menjelaskan mengapa banyak parfum begitu mahal.
Minyak kemudian diencerkan dengan alkohol, yang juga berfungsi sebagai fiksatif, memberi wewangian efek tahan lama dengan menunda penguapan.
Larutan yang diencerkan kemudian dibiarkan terendam dalam pot tembaga atau stainless steel khusus sebelum didinginkan untuk memungkinkan resin atau partikel lilin mengendap.
Berikutnya adalah proses penyaringan, dan yang terakhir, pengemasan. Sejak saat itu, ilmuwan terus bereksperimen dengan berbagai bahan untuk menghasilkan wewangian yang menyenangkan untuk pembuatan parfum.
(faz/nwk)