Peradaban negara, kota hingga lingkungan perumahan ditentukan oleh ketersediaan tempat untuk anak-anak bermain. Semua saling berlomba menyediakan yang tempat yang terbaik dan ternyaman untuk anak-anak bermain.
Hutan kota, taman kota atau sekadar alun-alun kota dan kabupaten menjadi fasilitas standar yang wajib dimiliki negara dan kota. Begitu juga perumahan dianggap layak jika memiliki fasilitas yang dinamakan children playground tempat anak-anak penghuninya bermain. Tak terhitung berapa banyak anggaran disediakan agar anak-anak bisa leluasa nyaman bermain.
Para ahli kedokteran anak, pakar pendidikan usia dini dan psikologi perkembangan sepenuhnya sepakat tentang pentingnya bermain bagi anak. Semua kegiatan anak setting-nya bermain. Seperti dikutip detikHealth layaknya orang dewasa yang bekerja, maka tugas utama anak adalah bermain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tantangan
Jika menilik referensi yang ada, anak-anak saat ini bisa digolongkan sebagai Generasi Alpha. Generasi alpha adalah generasi pertama yang lahir di dunia digital, generasi yang sudah sangat akrab dengan teknologi digital. Mereka sedari lahir sudah terpapar sebagai digital native dengan gadget di tangan.
Tentunya banyak manfaat terhadap keberadaan teknologi untuk kehidupan termasuk untuk anak. Seperti mata uang yang memiliki dua sisi, selalu ada hal negatif yang beriringan sejalan atas keberadaan gadget. Jika tidak dibatasi, gadget mempengaruhi perkembangan anak. Perkembangan sosial, psikologi hingga kesehatan terganggu
Kekhawatiran tumbuhnya anak dengan obesitas yang mempengaruhi kualitas hidup terus mengancam. Menurut WHO dengan data prevalensi dalam obesitas anak telah mencapai 12,7 persen di antara anak usia dua hingga lima tahun; 20,7 persen di antara anak usia enam hingga 11 tahun dan 22,2 persen di antara anak usia 12 hingga 19 tahun. Maka bermain menjadi salah satu solusi terbaik untuk keseimbangan perkembangan anak termasuk menekan kasus obesitas pada anak.
Rasanya tidak cukup halaman untuk menyebutkan aneka permainan. Tapi setidaknya ini menjadi gambaran alternatif permainan yang mulai dilupakan. Bermain kuda-kudaan, layangan, petak umpet, bola bekel, adu kelereng, lompat tali, congklak, gobak sodor, sepak bola, lari, sepeda dan banyak lagi
Artinya bermain sama dengan beraktivitas mengeluarkan energi. Bergerak dengan berlari, melompat, menarik, mengangkat, berjalan, menendang, beradu kecepatan ataupun mengayuh. Dalam bermain juga dibutuhkan strategi berpikir memenangkan permainan, berinteraksi berkomunikasi hingga menjadi pemimpin dalam permainan.
Pandangan Agama
Yang tidak boleh dilupakan tentang pentingnya bermain. Dalam kisah berlatar agama, diriwayatkan secara sahih oleh An Nasai [1129] diceritakan, bagaimana Nabi Muhammad SAW mendahulukan kepuasan anak-anak bermain saat ia salat.
"Ya Rasulullah, Anda sujud lama sekali hingga kami mengira sesuatu telah terjadi atau turun wahyu," ujar sahabat sesudah salat.
Rasulullah menjawab, "Tidak. Semua itu tidak terjadi. Tetapi cucuku ini menunggangiku. Dan aku tidak ingin terburu-buru agar dia puas bermain."
Juga bagaimana Sultan Utsmaniyah Mehmed II, dikenal sebagai Muhammad al-Fatih penakluk Konstantinopel berkata;
"Jika suatu masa kamu tidak mendengar gelak tawa anak-anak, riang gembira di antara shaf salat di masjid-masjid, maka sesungguhnya takutlah kalian akan datangnya kejatuhan generasi muda di masa itu."
Salat dan masjid adalah ibadah dan tempat yang paling sakral dalam Islam. Tapi Nabi juga khalifah Islam kala itu malah memberi privilege khusus untuk anak-anak agar bisa bermain.
Peran Orangtua
Perubahan sosial-ekonomi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat, tampaknya berpengaruh terhadap pergeseran fungsi dan peran keluarga. Jika sebelumnya, orangtua sebagai tempat bertanya, tempat berkonsultasi dan sumber nilai, saat ini fungsi itu seringkali bergeser. Google, ChatGPT ataupun teknologi artificial intelligence lainnya menggantikan peran itu
Orangtua hebat di era kini, berbeda dengan masa lampau. Dulu, orangtua menjadi figur panutan anak dalam keluarga, perkataan dan perintahnya bagaikan sabda. Tidak cukup metode pengajaran seperti itu. Kuncinya jalin hubungan kelekatan. Temani anak bermain.
Bermain bersama atau mendampingi anak bermain akan menjalin hubungan emosional yang baik. Orangtua akan menjadi teman yang baik yang membuat tumbuh kembang menjadi jauh lebih baik
Jika Jokowi berulang kali mengatakan fokus dari kabinet yang dipimpinnya adalah kerja, kerja dan kerja. Meminjam diksi yang sama maka tugas utama anak adalah main, main dan main.
Kalimat repetitif ini bukan menihilkan tugas perkembangan anak lainnya. Tapi untuk menegaskan pentingnya anak bermain.
Selamat bermain, anak-anak! Selamat Hari Anak Nasional.
*) Nanang Supriyatna, praktisi human resource development (HRD) di salah satu perusahaan swasta di Jakarta.
(nwk/nwk)