Jejak Perang Dingin Ini Ungkap Greenland Pernah Hijau, Laut Naik 1,5 Meter

ADVERTISEMENT

Jejak Perang Dingin Ini Ungkap Greenland Pernah Hijau, Laut Naik 1,5 Meter

Zefanya Septiani - detikEdu
Jumat, 28 Jul 2023 17:00 WIB
Cuaca iklim di Greenland sangatlah dingin. Hal ini menyebabkan para warga di sana ingin berpindah ke tempat yang panas.
Jejak Perang Dingin mengungkap es di Greenland pernah mencair, menyisakan dataran hijau dan permukaan air laut yang naik sampai 1,5 meter. Foto: Getty Images/iStockphoto/icarmen13
Jakarta -

Studi baru mengungkap, sekitar 416.000 tahun yang lalu, sebagian besar Greenland merupakan lanskap tundra tanpa es. Diperkirakan area ini dulu ditutupi oleh pepohonan dan terdapat mammoth berbulu yang berkeliaran.

Penelitian ini dilakukan oleh para ilmuwan dari University of Vermont (UVM), Utah State University, dan 14 institusi lainnya dengan menggunakan sedimen inti es yang telah lama hilang, seperti dikutip dari Science Daily.

Sedimen ini dikumpulkan dalam sebuah basis militer rahasia Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Mereka menggunakan teknik luminescence dan isotop canggih untuk menyediakan bukti langsung tentang waktu dan durasi periode Greenland tanpa es tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Inti Es dari Misi Perang Dingin

Inti es ini didapatkan saat Perang Dingin. Saat itu, pangkalan militer Angkatan Darat Amerika Serikat hendak dibuat di bawah tanah. Camp Century di barat laut Greenland itu akan merilis operasi rahasia berupa penanaman ratusan rudal nuklir di bawah tanah dekat teritori Uni Soviet.

Sebagai alibi, kawasan ini disebut sebagai tempat Stasiun Sains Arktik AS. Meskipun misi ini gagal terjadi, tim peneliti sains pertama di sana tetap jadi melancarkan studi.

ADVERTISEMENT

Dalam misi rahasia, mereka mengebor hingga mencapai kedalaman sekitar 1.389 m di pulau beku tersebut. Dari balik lapisan es yang sangat tebal, mereka berhasil mendapatkan

tanah dan batu sepanjang sekitar 3,5 meter. Sayangnya, sedimen es ini terlupakan dan disimpan dalam lemari es selama beberapa dekade.

Ada Sisa-sisa Daun dan Lumut

Barulah pada 2017, secara tidak sengaja sedimen ini ditemukan kembali. Ajaibnya, sedimen ini juga mengandung daun dan lumut, sisa-sisa dari lanskap daratan tanpa es, mungkin berupa hutan boreal atau hutan salju. Contohnya seperti hutan pinus atau hutan cemara.

Temuan ini pun mengejutkan tim ilmuwan internasional bahwa hanya 416.000 tahun yang lalu merupakan tanah hijau. Prediksi tahun ini dilakukan dengan margin kesalahan sekitar 38.000 tahun.

Bukti Es di Greenland Mencair

Dulunya para ahli geologi memercayai bahwa Greenland adalah benteng es. Sebab, sebagian besar es di wilayah ini tidak meleleh selama jutaan tahun. Namun, temuan dalam studi ini telah menjadi bukti bahwa es di Greenland tersebut kemungkinan mencair kurang dari satu juta tahun yang lalu.

Saat ini, ilmuwan lain di Greenland tengah mengumpulkan data yang menunjukkan bahwa es di sana mencair setidaknya sekali dalam 1,1 juta tahun terakhir. Namun, hingga penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Science pada akhir Februari 2023, tidak ada yang tahu pasti kapan es ini mencair.

Menggunakan teknologi luminescence dan analisis isotop, para ilmuwan temukan sebagian besar lapisan es Greenland mencair jauh lebih baru dari satu juta tahun yang lalu. Pencairan ini menyebabkan kenaikan permukaan laut di seluruh dunia setidaknya sekitar 1,5 meter.

Studi baru ini menyajikan bukti langsung bahwa sedimen tepat di bawah lapisan es diendapkan oleh air yang mengalir di lingkungan bebas es selama periode pemanasan sedang yang disebut Tahap Isotop Laut 11, dari 424.000 hingga 374.000 tahun yang lalu.

"Ini benar-benar bukti tak terbantahkan pertama bahwa sebagian besar lapisan es Greenland menghilang ketika menjadi hangat," ungkap Paul Bierman, ahli ilmu Bumi di Sekolah Lingkungan dan Sumber Daya Alam Rubenstein UVM.

Ungkap Kiat Penting Hindari Pencairan Es

Studi baru memberikan bukti kuat dan tepat bahwa Greenland lebih sensitif terhadap perubahan iklim daripada yang dipahami sebelumnya dan berisiko besar mencair secara permanen. Akibatnya, kota-kota di pesisir pantai seperti Jakarta dan lainnya di Indonesia berisiko tenggelam.

Kenaikan permukaan laut yang disebabkan oleh es Greenland menyebabkan setiap wilayah pesisir di dunia terancam. Bierman mengungkap pencairan es di masa depan dapat terhindar apabila kita secara dramatis menurunkan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer.

"Kami selalu berasumsi bahwa lapisan es Greenland terbentuk sekitar dua setengah juta tahun yang lalu dan telah ada selama ini dan sangat stabil," ungkap Tammy Rittenour, seorang ilmuwan di Utah State University dan rekan penulis pada studi ini.

"Mungkin ujung-ujungnya meleleh, atau dengan lebih banyak hujan salju menjadi sedikit lebih gemuk, tetapi tidak hilang dan tidak mencair kembali secara dramatis. Tapi makalah ini menunjukkan bahwa itu terjadi," tambahnya.

Diketahui melalui Sinyal Pendaran

Temuan dalam studi terbaru ini, dikombinasikan dengan studi-studi yang telah dilakukan sebelumnya, menyebabkan pemikiran ulang yang besar dan mengkhawatirkan terkait sejarah lapisan es Greenland.

Hasil studi ini didapat dengan memeriksa sedimen dari inti Camp Century di lab Rittenour, dengan menggunakan sinyal pendaran untuk mengetahui kapan terakhir kali sedimen ini terkena cahaya Matahari.

Saat berpindah karena angin atau air, bongkahan batu dan pasir dapat terkena sinar Matahari. Hal ini pada dasarnya menghilangkan sinyal pendaran sebelumnya, dan kemudian terkubur di bawah batu atau es.

Seiring berjalannya waktu, letaknya yang berada di dalam kegelapan, mineral kuarsa dan feldspar di sedimen mengakumulasi elektron bebas dalam kristalnya.

Di ruangan gelap khusus, tim Rittenour mengambil potongan-potongan sedimen inti es dan memaparkannya ke cahaya biru-hijau atau inframerah, melepaskan elektron yang terperangkap.

Menggunakan beberapa alat dan ukuran canggih, dan banyak pengujian berulang, jumlah elektron yang dilepaskan membentuk semacam jam. Hal ini mengungkapkan dengan presisi kapan terakhir kali sedimen ini terpapar Matahari.

Data baru ini kemudian dikombinasikan dengan hasil penelitian dari lab UVM Bierman yang mempelajari kuarsa dari inti es yang didapatkan Camp Century. Dalam kuarsa ini isotop dari unsur berilium dan aluminium terbentuk saat tanah terpapar ke langit dan terkena sinar kosmik.

Melihat rasio berilium dan isotop lainnya memberi para ilmuwan jendela ke berapa lama batuan di permukaan terbuka dan berapa lama mereka terkubur di bawah lapisan es.

Data ini membantu para ilmuwan menunjukkan bahwa sedimen Camp Century terpapar ke langit kurang dari 14.000 tahun sebelum diendapkan di bawah es, mempersempit jendela waktu ketika bagian Greenland itu pasti tanpa es.




(twu/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads