Studi Ungkap Kaum Ini Pernah Tinggal di Gurun Sahara Saat Masih Hijau 7.000 Tahun Lalu

ADVERTISEMENT

Studi Ungkap Kaum Ini Pernah Tinggal di Gurun Sahara Saat Masih Hijau 7.000 Tahun Lalu

Trisna Wulandari - detikEdu
Selasa, 08 Apr 2025 21:00 WIB
gurun
Sekelompok manusia pernah hidup, bahkan memancing, di Gurun Sahara saat masih hijau. Studi ungkap garis keturunan mereka unik. Foto: (iStock)
Jakarta -

Sekitar 15.000 sampai 5.000 tahun yang lalu, Gurun Sahara, Afrika Utara pernah menjadi sabana subur. Kuda nil, buaya, gajah, dan jerapah hidup di sana sebelum kawasan ini menjadi bukit pasir.

Tak hanya hewan, Gurun Sahara saat itu juga pernah menjadi tempat beraktivitas bagi sekelompok manusia. Periode musim hujan yang lembap dan lebat selama lebih dari 5.000 tahun di sana memungkinkan mereka berburu, memancing, hingga menggembalakan ternak.

Siapa yang Tinggal di Gurun Sahara Saat Masih Hijau?

Pekan ini, peneliti Nada Salem dan rekan-rekan di jurnal Nature mengungkapkan identitas kelompok yang tinggal di Sahara saat masih hijau. Identitas ini diperoleh dari pemeriksaan DNA yang masih tersimpan pada kerangka dua perempuan zaman Sahara awal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kerangka dua perempuan tersebut ditemukan di pekuburannya di dalam Gua Takarkori di Libya barat daya, salah satu wilayah di kawasan Sahara dulu. Rupanya, mereka adalah bagian dari populasi yang sebelumnya tidak diketahui.

Berdasarkan analisis lebih lanjut, peneliti mendapati sebagian besar orang-orang Takarkori berasal dari garis keturunan genetik Afrika Utara yang sebelumnya belum diketahui ilmuwan.

ADVERTISEMENT

Karena itu, garis keturunan orang Takarkori berbeda dari garis keturunan genetik orang-orang Afrika sub-Sahara. Permisahan garis keturunan ini terjadi pada waktu yang hampir bersamaan dengan saat manusia modern mulai meninggalkan Afrika untuk menyebar ke seluruh dunia.

Garis keturunan kelompok-kelompok lain saling bercampur lewat perkawinan. Sedangkan kelompok genetik orang Takarkori tetap terisolasi atau terpisah.

Mereka tak banyak melakukan kawin campur selama sebagian besar sejarah keberadaaannya. Orang Takarkori juga hanya punya sedikit yang kawin dengan kelompok Levant, adalah kelompok petani menetap zaman dulu yang hidup di kawasan Levant (kini menjadi Suriah, Palestina, Israel, Yordania, dan Lebanon).

Alhasil, mereka memiliki sejarah genetik yang unik, berbeda dari kelompok lain di Afrika maupun di luar Afrika.

Campuran Sedikit Neanderthal

Hasil studi menunjukkan kedua perempuan Takarkori justru berkaitan dengan leluhur pengumpul makanan dari 15.000 tahun lalu di Gua Taforalt, Maroko.

Bedanya, orang Taforalt punya nenek moyang setengah campuran Neanderthal dari keturunan non-Afrika, lebih banyak dari orang Takarkori. Namun, campuran Neanderthal di gen orang Takarkori lebih banyak daripada gen orang-orang sub-Sahara masa kini.

Kehidupan Orang Takarkori

Kedua perempuan Takarkori yang diteliti dalam studi tersebut diperkirakan hidup sekitar 7.000 tahun lalu, pada fase Neolitik Pastoral. Fase kebudayaan prasejarah ini ditandai dengan orang-orang yang mulai hidup menetap di permukiman, bertani, beternak, dan membuat tembikar.

Mereka diperkirakan aktif menggembala semasa hidup. Namun karena terisolasi, kelompok ini diperkirakan belajar menggembala dan beternak dari pertukaran budaya, bukan karena kawin dengan orang luar Takarkori.

Hasil analisis ini selaras dengan bukti-bukti arkeologi yang ditemukan di kawasan kelompok Neolitik Pastoral dari Sahara tengah. Beberapa di antaranya yaitu seni cadas (gambar di atas batu) dengan visual orang berburu dan menggembala, keramik, dan praktik pemakaman.

Berdasarkan bukti arkeologi itu, peneliti mendapati permukiman orang Takarkori kemudian tetap menyebar di akhir Holosen Tengah (10.200 sampai 6.200 tahun lalu). Penyebabnya diperkirakan karena wilayah Sahara tengah saat itu mulai mengering.




(twu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads