Sudah Belajar Keras Tapi Hasil Ujian Tetap Zonk? Kata Penelitian, Bisa Jadi karena Ini

ADVERTISEMENT

Sudah Belajar Keras Tapi Hasil Ujian Tetap Zonk? Kata Penelitian, Bisa Jadi karena Ini

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 18 Jul 2023 09:00 WIB
Ilustrasi Ujian Mengerjakan Soal
Foto: Shutterstock/ilustrasi ujian
Jakarta -

Apakah detikers pernah belajar sangat keras, tetapi hasil ujian kalian di hari berikutnya malah buruk? Atau, apakah justru kalian pernah merasa tidak siap ujian setelah belajar pada malam sebelumnya, tetapi justru bisa mengingat materi dengan mudah saat ujian?

Kedua perbedaan tersebut bisa jadi disebabkan oleh cara terpisah otak kita dalam memproses memori jangka panjang dan pendek. Pembentukan memori jangka panjang dan pendek rupanya terjadi secara paralel, bukan serial. Hal ini diungkap melalui jurnal para peneliti asal Tohoku University dalam jurnal Glia pada 26 Juni 2023 lalu, seperti dikutip dari Science Daily.

Para ahli menemukan bahwa ada dua proses paralel dalam pembentukan memori. Mereka menemukan ini melalui percobaan pada seekor tikus yang melakukan sebuah performa motorik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proses yang terjadi saat seseorang berlatih atau belajar disebut sebagai pembelajaran online. Sementara, proses berpikir yang terjadi saat beristirahat disebut sebagai pembelajaran offline oleh para peneliti.

Manipulasi Aktivitas Glial pada Otak

Pembelajaran online ini bisa ditingkatkan atau dikurangi dengan manipulasi aktivitas glial. Sebagaimana dikatakan dalam VeryWell Health, sel glial adalah jenis sel yang memberikan dukungan fisik dan kimiawi terhadap neuron dan mendukung lingkungan mereka.

ADVERTISEMENT

Berbeda dari pembelajaran online, pembelajaran offline sama sekali tidak terpengaruh manipulasi aktivitas glial tersebut.

Sel glial pada otak mempunyai volume yang hampir sama banyaknya dengan neuron. Belum lama ini, terbukti bahwa sel glial juga terlibat dalam pemrosesan informasi dalam otak, meski dengan cara yang sangat berbeda dari neuron.

Melalui pelepasan glio transmitter seperti glutamat, sel glial mampu memodulasi kemudahan pembentukan memori. Proses ini disebut sebagai meta-plastisitas.

Para peneliti menggunakan paradigma respons optokinetik horizontal untuk memahami peran sel glial dalam pembelajaran online dan offline. Ketika tikus mendapatkan stimulus visual yang berosilasi secara horizontal, mata mereka mengikuti layar dengan amplitudo yang lebih rendah dibandingkan dengan stimulus tersebut.

Dengan stimulus yang lama dan berulang, amplitudo meningkat hingga mata mereka dapat dengan sempurna mengikuti layar. Peningkatan kinerja selama 15 menit stimulus itu disebut pembelajaran online. Sebaliknya, periode istirahat selama 1 jam dalam mode layar mati, disebut pembelajaran offline.

Pembentukan Memori Jangka Panjang-Pendek Berlangsung Paralel

Protein yang teraktivasi cahaya, channelrhodopsin-2 (ChR2) atau archaea rhodopsin (ArchT) secara genetik ditunjukkan secara khusus dalam sel glial untuk mengontrol aktivitas glial secara manual.

Saat pelepasan glutamat dari sel glial didukung oleh pengaktifan foto ChR2, periode pembelajaran online meningkat. Namun, manfaat modulasi glial tidak bertahan lama dan kinerja gerakan mata segera menjadi tidak dapat dibedakan dari kontrol.

Saat aktivitas glial dihambat oleh ArchT, periode pembelajaran online jadi benar-benar ditekan. Menariknya, periode pembelajaran offline berjalan normal meski tanpa pembelajaran online sama sekali.

"Data kami menunjukkan bahwa pembentukan memori jangka pendek dan jangka panjang bukanlah suatu proses serial, melainkan proses paralel dan independen," kata Profesor Ko Matsui dari Super-network Brain Physiology Lab di Universitas Tohoku, yang memimpin penelitian tersebut.

"Bersedih atas performa buruk yang diperoleh selama belajar/berlatih adalah hal yang tidak diperlukan, sebab pencapaian jangka panjang bergantung pada proses yang benar-benar terpisah," jelasnya.

Mekanisme seluler yang mendasari modulasi glial dari pembelajaran online kini sebagian terungkap. Saluran penghantar anion yang diperlihatkan dalam sel glial mampu memfasilitasi pelepasan glutamat, yang mengarah pada peningkatan plastisitas sinaptik.

Sementara, proses pembelajaran offline sebetulnya tidak terlalu jelas. Namun, para peneliti juga menemukan bahwa manipulasi optogenetik ArchT dari aktivitas glial selama periode istirahat, dapat mendukung pembelajaran offline.

"Sel-sel glial tampaknya mengontrol kemungkinan plastisitas yang terjadi di sirkuit saraf, baik selama proses pembelajaran online atau offline," kata peneliti utama studi, Dr Teppei Kanaya.

"Dengan mengungkap detail-detail proses seluler, kita mungkin dapat mengontrol adaptasi cepat kita terhadap perubahan lingkungan atau memfasilitasi pencapaian jangka panjang," pungkasnya.




(nah/faz)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads