Studi: Belajar Musik Dapat Mencegah Penuaan pada Otak

ADVERTISEMENT

Studi: Belajar Musik Dapat Mencegah Penuaan pada Otak

Cicin Yulianti - detikEdu
Senin, 17 Jul 2023 09:30 WIB
Ilustrasi seorang pria sedang bermain gitar
Foto: Jacek Dylag/Unsplash
Jakarta -

Penurunan fungsi otak akan terjadi seiring dengan bertambahnya usia seseorang. Terlebih pada orang lanjut usia (lansia), penurunan daya ingat dan kerja otak tidak bisa dihindari dan bisa memicu kondisi demensia.

Akan tetapi, perlu kita ketahui bahwa penuaan otak dan risiko demensia dapat dihindari lewat mempelajari musik. Bagaimana bisa?

Melansir IFL Science, studi sebelumnya pernah menemukan bahwa mempelajari musik sangat bermanfaat bagi lansia. Musik bisa meningkatkan volume materi abu-abu di otak yang menentukan kinerja otak seseorang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Materi Abu-abu Otak

Materi abu-abu merupakan bagian dari otak yang bisa menentukan kecerdasan seseorang. Bagian ini memungkinkan kontrak gerakan, ingatan, dan emosi.

ADVERTISEMENT

Bentuk dari materi abu-abu memanjang dari otak ke tulang belakang. Otak besar dan otak kecil menjadi bagian terbesar yang memiliki lapisan luar berupa materi abu-abu.

Adapun materi abu-abu terkandung di dalam otak pada kelompok neuron yang kemudian disebut inti. Selain materi abu-abu, terdapat juga materi putih yang berfungsi sebagai saluran komunikasi antara materi abu-abu dan bagian tubuh lain.

Musik Mencegah Penuaan Otak Lansia

Kepikunan bisa dialami oleh hampir semua lansia, namun hal tersebut dapat dicegah dengan belajar musik. Hal ini disebutkan dalam penelitian berjudul "Music interventions in 132 healthy older adults enhance cerebellar grey matter and auditory working memory, despite general brain atrophy" oleh Damie Marie dan kawan-kawan.

Dalam melakukan penelitian, Marie dan tim merekrut 132 orang berusia antara 62 dan 78 tahun. Semua peserta sudah pensiun, dan tidak ada yang pernah mengambil pelajaran musik lebih dari enam bulan dalam hidup mereka.

"Kami menginginkan orang-orang yang otaknya belum menunjukkan jejak plastisitas terkait dengan pembelajaran musik. Memang, bahkan pengalaman belajar singkat dalam perjalanan hidup seseorang dapat meninggalkan jejak di otak, yang akan membiaskan hasil kami," jelas Marie dalam laporannya, dikutip dari IFL Science.

Para peneliti membagi mereka menjadi dua tim. Tim pertama mempelajari musik praktis berupa piano dan tim kedua mempelajari musik secara teori diantaranya sejarah musik, apresiasi musik, dan membuat musik.

Dalam kedua kasus tersebut, kelas berlangsung selama satu jam per minggu. Mereka diharapkan berlatih atau menyelesaikan pekerjaan rumah selama 30 menit per hari, lima hari seminggu. Studi berlangsung selama satu tahun, dan para peserta juga ditindaklanjuti enam bulan kemudian.

Para peneliti mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menyimpulkan bahwa pelatihan musik memulihkan area otak di mana penuaan telah menyebabkan kerusakan, namun pelatihan tersebut dapat membantu mencegah penuaan di area tertentu.

"Peningkatan materi abu-abu di empat wilayah otak yang terlibat dalam fungsi kognitif tingkat tinggi pada semua peserta, termasuk area otak kecil yang terlibat dalam memori kerja. Kinerja mereka meningkat sebesar 6 persen dan hasil ini berkorelasi langsung dengan plastisitas otak kecil," terang Clara James, penulis lain dari laporan tersebut.




(nwy/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads