Makam Kuno Ini Diduga Jejak Korban Perdagangan Perempuan

ADVERTISEMENT

Makam Kuno Ini Diduga Jejak Korban Perdagangan Perempuan

Trisna Wulandari - detikEdu
Minggu, 09 Jul 2023 17:00 WIB
Makam kuno di Gurun Negev
Situs pemakaman kuno ungkap setidaknya 50 kerangka berusia 2.500 tahun. Diduga, semasa hidup, mereka adalah korban perdagangan perempuan. Foto: Emil Aladjem
Jakarta -

Situs pemakaman kuno ditemukan arkeolog di gurun Negev, Israel. Setidaknya 50 kerangka manusia dari 2.500 tahun lalu ditemukan di dua makam batu bata. Mereka diduga korban perdagangan manusia.

Temuan ini dilaporkan arkeolog Israel Antiquities Authority, Martin David Pasternak dan Tali Erickson-Gini dalam jurnal Tel Aviv: Journal of the Institute of Archaeology dari Tel Aviv University. Keduanya memperkirakan, manusia-manusia tersebut adalah perempuan yang dibeli dari Gaza atau Mesir, lalu akan diboyong ke Arab. Sesampainya di tujuan, mereka diduga akan dijual sebagai pengantin atau pekerja seks suci untuk ritual.

Catatan kuno, termasuk prasasti Minaean yang ditemukan di Yaman, menurut Pasternak dan Erickson Gini, sudah mencatat keberadaan praktik perdagangan perempuan untuk prostitusi ritual di wilayah tersebut, seperti dikutip dari Live Science.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jejak Perempuan di Makam Kuno

Makam itu berisi harta karun artefak dari berbagai budaya di Levant selatan (kini wilayah sekitar Mediterania timur), Arab selatan, dan Mesir. Harta karun ini berasal dari Zaman Besi akhir dan periode Akhemeniyah Persia (Persian Achaemenid) awal, sekitar abad 7-5 SM atau 2.700 tahun lalu.

Beberapa artefak dalam makam kuno itu menunjukkan bahwa kerangka manusia di sana adalah perempuan dewasa. Contohnya yaitu perhiasan paduan tembaga dan besi, vas keramik, dan cangkang kerang 'kucing-kucing' (Cypraea) dari Laut Merah. Cangkang kerang ini kadang jadi jimat perempuan Mesir untuk menangkal kejahatan dan membawa keberuntungan.

ADVERTISEMENT

Makam Persegi di Persimpangan Jalan

Patung di Gurun NegevPatung penanda di Gurun Negev. Foto: David Shankbone via Wikimedia Commons

Makam itu ditemukan di persimpangan jalan kuno penting yang dilalui karavan para pedagang lintas budaya pada ribuan tahun lalu. Jalur itu mengarah dari barat ke timur, dari Mesir ke Wadi Arabah ( daerah Negev yang terletak di selatan cekungan Laut Mati), Yordania selatan, dan Semenanjung Arab.

Kematian dan penguburan di sepanjang jalan kuno di gurun yang menurut Erickson-Gini bukan hal yang aneh, baik untuk kematian karena kekerasan maupun penyakit. Ia memperkirakan, orang-orang yang dikuburkan di persimpangan jalan itu karena simpang dinilai sebagai tempat suci, bernilai religius, dan tempat ritual.

Tempat dupa dan nampan dari pualam di situs pemakaman kuno itu juga menunjukkan sisa-sisa perdagangan mirah dan kemenyan yang pernah berjaya di sana, seperti halnya rempah pala di Nusantara. Peneliti menduga, beberapa tempat dupa sengaja dipecahkan sebagai bagian ritual penguburan.

Tim peneliti sendiri menemukan pekuburan ini dari survei arkeologi menjelang proyek konstruksi pipa air di wilayah tersebut pada 2021 lalu. Anehnya, jika situs pemakaman di Negev berupa tumuli (pemakaman bundar), dua makam ini berbentuk persegi. Yang satu berukuran 7 x 7 m persegi, satunya berukuran 4,5 x 4,5 m persegi.

"Makam semacam ini belum pernah ditemukan di wilayah tersebut sampai sekarang dan tidak terkait dengan orang kelompok apa pun," kata Erickson-Gini.

Lebih lanjut, situs pemakaman di persimpangan jalan ini diduga sudah digunakan untuk waktu yang lama. Sebab, berdasarkan posisi beberapa jasad di makam, peneliti memperkirakan bahwa kerangka itu sudah dipindahkan dari lokasi aslinya untuk menambah ruang penguburan tambahan.

Juan Manuel Tebes, seorang sejarawan di Pontifical Catholic University of Argentina, menilai temuan arkeolog tersebut sangat memperluas pengetahuan tentang jaringan perdagangan kuno di sana.
Makam tersebut juga dapat membantu mengisi celah penting dalam catatan arkeologi di wilayah setempat.

"Kami tahu banyak tentang perdagangan antara Arabia selatan dan Levant selatan selama pertengahan milenium pertama SM, tetapi sebagian besar bukti kami masih berasal dari catatan tertulis, terutama dari sumber-sumber zaman Yunani-Romawi yang tanggalnya jauh setelah penguburan ini," tuturnya.

Sistem makam tersebut telah dikelola dan dipulihkan sehingga para arkeolog dapat terus mempelajarinya.




(twu/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads