Sejarah Gunung Padang, Situs Tertua di Dunia yang Disebut Kalahkan Piramida Mesir

ADVERTISEMENT

Sejarah Gunung Padang, Situs Tertua di Dunia yang Disebut Kalahkan Piramida Mesir

Cicin Yulianti - detikEdu
Rabu, 05 Jul 2023 16:00 WIB
Situs Gunung Padang Cianjur
Foto: Ikbal Selamet/detikJabar
Jakarta -

Indonesia memiliki keanekaragaman pesona budaya dengan corak dan karakteristik yang menunjukkan ciri khas tersendiri. Salah satu situs budaya dan sejarah Indonesia yang mendunia setelah diangkat ke dalam film besutan Netflix adalah Situs Gunung Padang.

Melansir laman Disparbud Jabar, situs Gunung Padang terletak di Kampung Gunung Padang, Desa Karyamukti, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Situs ini ditemukan pada tahun 1914 dan masih diteliti hingga saat ini. Menurut beberapa ahli sejarah, situs Gunung Padang disebut sebagai situs tertua di dunia yang mengalahkan Piramida Giza yang ada di Mesir.

Selain itu, banyak orang yang meyakini bahwa di dalam tanah Gunung Padang tersebut terdapat bangunan-bangunan peninggalan zaman megalitikum yang kebenarannya masih menjadi misteri bagi banyak peneliti Indonesia maupun luar negeri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rupa dari situs ini adalah punden berundak yang terdiri dari lima teras yang tersusun dengan ukuran yang berbeda. Bangunan terluas bisa dilihat pada teras pertama dengan jumlah batu terbanyak. Batu-batu tersebut saling bertumpang tindih dan menyebar dari bawah hingga ke bagian puncak.

Sebenarnya dari mana asal-usul keberadaan Gunung Padang ini? Lalu, bagaimana sejarah ditemukannya?

ADVERTISEMENT

Sejarah Gunung Padang

Diteliti Sejak Masa Raja Prabu Siliwangi

Mengacu pada nama situs ini, kata Padang bukanlah nama daerah yang merupakan ibu kota Sumatera Barat. Kata 'Padang' dalam bahasa Sunda berarti bercahaya, sehingga ada yang menyebutnya juga sebagai Bukit Cahaya.

Mengutip buku Kompetensi Peradaban Misterius Pembangun Gunung padang oleh Adhitya Dwipayana Raspati (2022), menurut juru pelihara situs Gunung Padang, penelitian-penelitian terkait Gunung Padang sudah dimulai sejak zaman Kerajaan Sunda di bawah Raja Prabu Siliwangi yakni sekitar tahun 1482 - 1521 M. Penelitian tersebut disebut menjadi penelitian pertama terhadap situs megalitikum ini.

Selanjutnya, pada zaman kolonial Belanda yakni tahun 1890 M, De Corte dan Rogier Verbeek melakukan penelitian berikutnya. Kemudian, pasca kemerdekaan RI, beberapa instansi pemerintahan dan para arkeolog mulai tertarik meneliti situs ini.

Awalnya Dianggap Situs Biasa

Mengutip buku Kamus Sejarah & Budaya Indonesia oleh Putri Fitria (2016), Gunung Padang pada mulanya dianggap sebagai situs biasa. Namun, mulai tahun 2011, para peneliti melakukan upaya pencarian fakta sejarah dan ditemukan bahwa Gunung Padang bukan sekadar situs biasa.

Awalnya, situs Gunung Padang disebut sebagai punden atau sejenis piramida yang mirip kuil kuno Machu Picchu di Peru. Dalam memastikan kemiripannya, beberapa arkeolog mengebor bagian perut gunung untuk mengambil dua sampel batu yang diambil dan diuji di laboratorium Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Mereka menemukan ada pasir putih halus dari perut gunung. Para peneliti menduga bahwa pasir tersebut merupakan unsur alam yang dipakai dalam teknik meredam guncangan gempa pada struktur bangunan.

Selain itu, Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) dari Instansi Staf Khusus Bidang Bantuan Sosial dan Bencana yang dikoordinir Andi Arief menghimpun para peneliti untuk bergotong-royong melakukan riset. Alhasil, dua tahun kemudian ditemukan fakta yang mencengangkan.

Para peneliti menemukan informasi bahwa usia dari situs tersebut lebih tua dari kesimpulan penelitian sebelumnya. Bahkan, luas dari situs Gunung Padang pun ternyata lebih luas dari situs yang selama ini dinilai sebagai situs megalitikum terbesar Indonesia yakni Candi Borobudur.

Gunung Padang Bukan Piramida

Dari banyaknya masyarakat yang menganggap bahwa Gunung Padang memiliki struktur yang sama dengan beberapa piramida, seorang Arkeolog dari Universitas Padjadjaran, Dr. Lutfi Yondri mengatakan bahwa Gunung Padang bukanlah situs piramida.

Mengutip arsip detikedu, Lutfi meluruskan bahwa situs Gunung Padang merupakan punden berundak. Menurutnya, situs ini merupakan kelompok situs prasejarah yang pertama kali ditemukan oleh Verbeek pada tahun 1891 dan Krom pada tahun 1914.

Arkeolog asal Jawa Barat tersebut menyebut tidak ada perubahan bentuk yang signifikan pada Gunung Padang berdasarkan jejak penelitian yang sudah banyak dilakukan.

"Pendeskripsian tentang bentuk situs Gunung Padang kemudian diteliti kembali dan menghasilkan laporan pada tahun 1984, 1985, 1986, 2012, 2014, baik yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, maupun oleh Balai Arkeologi Bandung tahun 1996/1997, 2002, 2003, 2014, dan 2015," tulis Dr Lutfi.




(nwy/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads