Biasanya, hikayat mengisahkan tentang kehidupan keluarga istana, kaum bangsawan atau orang-orang ternama. Terkadang, hikayat mirip dengan cerita sejarah yang isinya banyak hal-hal yang tidak masuk akal dan penuh dengan keajaiban.
Yuk, ketahui lebih lanjut mengenai contoh hikayat. Ketahui juga mengenai pengertian dari teks hikayat dan ciri-cirinya!
Contoh Teks Hikayat
Berikut beberapa contoh teks hikayat. Ada berbagai tema cerita yang berbeda, yuk simak!
1. Hikayat Bayan Budiman
Sebermula ada saudagar di negara Ajam. Khojan Mubarok namanya, terlalu amat kaya, akan tetapi ia tiada beranak. Tak seberapa lama setelah ia berdoa kepada Tuhan, maka saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak laki-laki yang diberi nama Khojan Maimun.
Setelah umurnya Khojan maimun lima tahun, maka diserahkan oleh bapaknya mengaji kepada banyak guru sehingga sampai umur Khojan Maimun lima belas tahun, ia di pinangkan dengan anak saudagar yang kaya, amat elok parasnya, namanya Bibi Zainab.
Hatta beberapa lamanya Khojan Maimun beristri itu, ia membeli seekor burung bayan jantan. Maka beberapa di antara itu ia juga membeli seekor tiung betina, lalu dibawanya ke rumah dan ditaruhnya hampir sangkaran bayan juga.
Pada suatu hari, Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu minta izinlah dia kepada istrinya. Sebelum dia pergi, berpesanlah dia pada istrinya itu, jika ada barang suatu pekerjaan, mufakatlah dengan dua ekor unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada, karena fitnah di dunia amat besar lagi tajam dari pada senjata.
Hatta beberapa lama di tinggal suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah mereka untuk berteman melalui seorang perempuan tua.
Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu hendak menemui anak raja itu, maka bernasehatkah di tentang perbuatanya yang melanggar aturan Allah SWT. Maka marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itudari sangkarnya dan dihempaskannya sampai mati.
Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura-pura tidur. Maka bayan pun berpura-pura terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi Zainab pergi mendapatkan anak raja. Maka bayan pun berpikir bila ia menjawab seperti tiung maka ia juga akan binasa.
Setelah ia sudah berpikir demikian itu, maka ujarnya, "Aduhai Siti yang baik paras, pergilah dengan segeranya mendapatkan anak raja itu. Apapun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan, Insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya. Baiklah tuan pergi, karena sudah dinanti anak raja itu. Apatah di cara oleh segala manusia di dunia ini selain martabat, kesabaran, dan kekayaan? Adapun akan hamba, tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh tuannya seorang istri saudagar."
Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkancerita tersebut. Maka Bayan pun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat memperlalaikan perempuan itu.
Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu ingin mendapatkan anak raja itu, dan setiap berpamitan dengan bayan, maka diberilah ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam burung tersebut bercerita, hingga akhirnya lah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatanya dan menunggu suaminya Khojan Maimunpulang dari rantauannya.
(Sumber: scribd oleh Anindya Zahra)
2. Hikayat Antu Ayek
Suatu hari, di sebuah desa ada seorang ayah yang terpaksa menikahkan Gadis Juani dengan Bujang Juandan karena terjerat utang pada keluarga sang bujang.
Bujang Juandan memang pemuda dari keluarga kaya raya. Tetapi yang membuat Gadis Juani sedih adalah rupa Bujang Juandan yang tidak tampan.
Selain itu, Bujang Juandan pun menderita penyakit kulit di sekujur tubuhnya, sehingga dia juga dikenal sebagai Bujang Kurap.
Namun pada akhirnya di malam pernikahan, Gadis Juani tidak kuasa membendung kesedihan ketika arak-arakan rombongan Bujang Juandan tiba.
Di tengah kekalutan pikiran sambil berurai air mata, dia keluar lewat pintu belakang rumah dan berlari menuju sungai. Dia mengakhiri hidupnya di sungai itu dan menjadi arwah penunggu sungai yang dikenal sebagai Antu Ayek.
(sumber: CNN Indonesia)
3. Hikayat Patani
Phaya Tu Kerub Mahajana ialah raja di kota Maligai. Ia digantikan oleh putranya yang bernama Phaya Tu Taqpa, yang kesenangannya berburu sebagaimana orang-orang besar pada masanya. Pada suatu ketika, seekor pelanduk putih yang tengah diburunya, menghilang di dekat tempat kediaman seorang tua yang bernama Encik Tani.
Diambil dari nama orang itulah, kerajaan yang didirikannya kelak di tempat itu diberi nama Patani. Setelah islam masuk,Raja Phaya Tu Naqpa berganti gelar Sultan Ismail Syah Zilullah Fil Alam. Sejak saat itu, seluruh rakyat Patani menjadi Islam.
Sepeninggal baginda, pemegang kerajaan digantikan oleh putranya yang sulung, Sultan Mudhaffar Syah. Ia mengadakan hubungan persahabatan dengan Meracau, Raja Siam dan bahkan memperoleh istri. Dari istrinya ia beroleh seorang putra, Sultan Patik Siam. Namun, ia berkhianat terhadap Beracau.
Beracau diturunkan dari takhta dan dipaksa meninggalkan istana. Akibat Tindakan yang menimbulkan salah paham, ia beserta para pengiringnya dapat dikalahkan kembali sehingga Beracau kembali menduduki takhta kerajaan.
Adiknya yang menyertainya, Manzur Syah, meninggalkan Siam. Namun, Mudhaffar sendiri tinggal di Siam dan tidak diketahui akhir kesudahannya.
Sultan Manzur Syah pun menggantikannya menjadi raja di Patani. Pada Masa pemerintahannya, Patani dua kali berturut-turut diserang oleh Palembang. Namun, akhirnya serangan itu dapat digagalkan.
Hubungan dengan Siam Diperbaiki dengan mengirimkan suatu perutusan di bawah pimpinan Seri Agar.Sepeninggal Sultan Manzur Syah terjadi kericuhan di dalam negeri untuk memperebutkan mahkota. Tiga orang raja yang memerintah sesudahnya, yaitu Sultan Patik Siam, Raja Bambang, dan Sultan Bahdur, berturut-turut mati terbunuh dalam intrik itu.
Kemudian, datanglah masa pemerintahan raja-raja putri, putri Sultan Mansyur Syah, yaitu Raja Hijau, Raja Biru, Raja Ungu, Raja Emas, Raja Bima (pria)dan Raja Kuning. Raja Kuning adalah anggota Dinasti Phaya Tu Kerub Maharaja yang terakhir. Kemudian, Dinasti Kelantan menduduki tahta Kerajaan Patani.
(Sumber: Scribd oleh Nand Aga)
4. Hikayat Panji Semirang
Satu kerajaan yang mana berita tentang Galuh Cendera Kirana yang mana putri dariBaginda Raja Nata yang amat ta`lim dan hormat kepada orangtuanya akan bertunangan dengan Raden Inu Kini telah terdengar beritanya oleh Galuh Ajeng. Mendengar berita ini Galuh Ajeng sangat teriris hatinya dan menangislah ia melihat keadaan ini.
Melihat hal ini, Paduka Liku yang tak lain adalah ayah dari galuh ajeng sangat menyayangkan hal tersebut. Sangat sedih ia melihat tingkah laku putrinya tersebut.
Tidak hentinya rasa benci, dengki, serta dendam di dalam hati Paduka Liku sehingga ia berencana untuk membunuh Galuh Cendera Kirana serta Paduka Nata. Ia meracuni makanan yang hendak mereka makan yang mana makanan tersebut telah dipersiapkan oleh dayang-dayang istana.
Agar, jikalau Galuh Cendera Kirana mati maka pastilah putrinya Galuh Ajeng yang kelak menggantikan posisi Galuh Cendera Kirana untuk ditunangkan dengan Raden Inu Kini begitu pula dengan Raja Nata yang apabila mati,kelak Raja Liku yang akan menggantikan posisinya.
Dan pada saat tersebut Raja Liku meminta tolong kepada saudaranya yang juga menteri untuk mencarikan baginya seorang yang pandai membuat guna guna untuk mengguna-gunai raja nata serta putrinya. Setelah di dapatkan dari pencarian yang panjang oleh saudaranya tersebut, disampaikanlah kepada Raja Nata apa-apa yang harus dilakukannya kini sesuai dengan pesan dari ahli guna-guna tersebut.
(Sumber: scribd oleh Anindya Zahra)
5. Hikayat Sri Rama
Pada suatu hari, Sri Rama dan Laksamana pergi mencari Sita Dewi. Mereka berjalan menelusuri hutan rimba belantara namun tak juga mendapat kabar keberadaan Sita Dewi.
Saat Sri Rama dan Laksamana berjalan di dalam hutan, mereka bertemu dengan seekor burung jantan dan empat ekor burung betina. Lalu Sri Rama bertanya padab urung jantan tentang keberadaan Sita Dewi yang diculik orang.
Burung jantan mengatakan bahwa Sri Rama tak bisa menjaga istrinya dengan baik, tak seperti dia yang memiliki empat istri namun bisa menjaganya. Tersinggunglah Sri Rama mendengar perkataan burung itu.
Kemudian, Sri Rama memohon pada Dewata Mulia Raya agar mengutuk burung itu menjadi buta hingga tak dapat melihat istri-istrinya lagi. Seketika burung itu buta atas takdir Dewata Mulia Raya.
Malam tlah berganti siang. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seekor bangau yang sedang minum di tepi danau. Bertanyalah Sri Rama pada bangau itu.
Bangau mengatakan bahwa ia melihat bayang-bayang seorang wanita dibawa oleh Maharaja Rawana. Sri Rama merasa senang karena mendapat petunjuk dari cerita bangau itu.
Sebagai balas budi, Sri Rama memohon pada Dewata Mulia Raya untuk membuat leher bangau menjadi lebih panjang sesuai dengan keinginan bangau. Namun, Sri Rama khawatir jika leher bangau terlalu panjang maka dapat dijerat orang.
Setelah Sri Rama memohon doa, ia kembali melanjutkan perjalanan. Tak lama kemudian datanglah seorang anak yang hendak mengail. Tetapi, anak itu melihat bangau yang sedang minum kemudian menjerat lehernya untuk dijual ke pasar. Sri Rama dan Laksamana bertemu dengan anak itu dan membebaskan bangau dengan memberi anak itu sebuah cincin.
Ketika dalam perjalanan, Sri Rama merasa haus dan menyuruh Laksamana untuk mencarikannya air. Sri Rama menyuruh Laksamana untuk mengikuti jatuhnya anak panah agar dapat menemukan sumber air. Setelah berhasil mendapatkan air itu,Laksamana membawanya pada Sri Rama. Saat Sri Rama meminum air itu, ternyata air itu busuk.
Sri Rama meminta Laksamana untuk mengantarnya ke tempat sumber air di mana Laksamana memperolehnya. Sesampai di tempat itu, dilihatnya air itu berlinang-linang. Sri Rama mengatakan bahwa dulu pernah ada binatang besar yang mati di hulu sungai itu.
Kemudian, Sri Rama dan Laksamana memutuskan untuk mengikuti jalan ke hulu sungai itu. Mereka bertemu dengan seekor burung besar bernama Jentayu yang tertambat sayapnya dan yang sebelah rebah. Sri Rama bertanya padanya mengapa sampai Jentayu seperti itu.
Jentayu menceritakan semuanya pada Sri Rama tentang pertarungannya melawan Maharaja Rawana. Setelah Jentayu selesai bercerita, ia lalu memberikan cincin yang dilontarkan Sita Dewi saat Jentayu gugur ke bumi saat berperang dengan Maharaja Rawana. Kemudian, cincin itu diambil oleh Sri Rama.
Bahagialah Sri Rama melihat cincin itu memang benar cincin istrinya, Sita Dewi. Jentayu berpesan pada Sri Rama jika akan pergi menyeberang ke negeri Langka Puri,Sri Rama tidak boleh singgah ke tepi laut karena di sana terdapat gunung bernama Gendara Wanam.
Di dalam bukit tersebut ada saudara Jentayu yang bernama Dasampani sedang bertapa. Jentayu tak ingin saudaranya itu mengetahui bahwa dirinya akan segera mati. Setelah Jentayu selesai berpesan, ia pun mati.
Sri Rama menyuruh Laksamana mencari tempat yang tidak terdapat manusia dengan memberinya sebuah tongkat. Tetapi, Laksamana tidak berhasil menemukan tempat itu. Lalu ia kembali pada Sri Rama. Laksamana mengatakan pada Sri Rama bahwa ia tidak dapat menemukan tempat sesuai perintah Sri Rama.
Kemudian, Sri Rama menyuruh Laksamana untuk menghimpun semua kayu api dan meletakkannya di tangan SriRama. Lalu diletakkannya bangkai Jentayu di atas kayu api itu dan dibakar oleh Laksamana. Beberapa lama kemudian, api itu padam. Laksamana heran melihat kesaktian Sri Rama yang tangannya tidak terluka bakar sedikit pun. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan meninggalkan tempat itu.
(Sumber: scribd oleh Anindya Zahra)
6. Hikayat Ibnu Hasan Syahdan
Zaman dahulu kala seorang yang kaya raya bernama Syekh Hasan yang banyak sekali memiliki harta dan uang yang berlimpah. Syekh Hasan juga sangat bijaksana dan sering mengasihi para fakir miskin.
Dia juga menyayangi yang kekurangan harta dan terus menasehati yang berpikiran sempit. Karena itulah Syekh Hasan banyak sekali pengikutnya.
Syekh Hasan yang kaya raya tersebut memiliki anak laki-laki yang tampan dan sangat pendiam dan baik budinya. Sang anak yang sholeh itu berusia sekitar tujuh tahun yang bernama Ibnu Hasan.
Ibnu Hasan tersebut sedang lucu-lucunya sehingga bisa dikatakan hampir semua orang senang melihatnya apalagi orang tuanya sendiri. Ibnu Hasan juga tidak sombong meski dimanjakan ayah dan orang-orang di sekitarnya.
Singkat cerita Ibnu Hasan sudah dewasa dan sudah selesai melalui pendidikan di pesantren dan telah banyak mendapatkan ilmu agama dan Sampailah pada kota Mesir.
Lalu Ibnu Hasan berjalan dan bertemu dengan seseorang perempuan yang Saleha yang baru pulang dari sekolah lalu Ibnu Hasan menyapa perempuan tersebut dan mereka kenalan .
Singkat cerita Ibnu Hasan segera pulang dan menghadap orang tuanya dan ternyata orang tuan dari perempuan tersebut seorang Kyai serta pemimpin dari salah satu pondok pesantren di kota mesir. Singkat cerita mereka pun menikah dan telah mendapatkan anak dari pernikahannya.
(Sumber: Scribd oleh Sukma Dena)
7. Hikayat Bunga Kemuning
Pada zaman dahulu kala ada seorang anak raja yang kaya raya dan memiliki 7 orang putri dan beri nama dengan berbagai macam nama dan warnanya. kemudian Istri sang raja tersebut telah lama meninggal pada saat usai melahirkan anak bungsu nya dari Putri Kuning.
Dengan berjalan nya waktu pada suatu hari sang eaja akan pergi ke suatu tempat dalam keperluan nya , sehingga 7 putri-putrinya ingin dibawakn oleh-oleh yang sangat mewah dari sang raja tersebut. sedangakan Putri Kuning tidak ingin meminta apa-apa hanya saja berharap supaya raja pulang dengan selamat dan dalam keadaan sehat.
Lalu Singkat kata raja telah pulang dan membawa oleh-oleh dari oleh-oleh tersebut hanya diberikan untuk 7 putrinya dan melainkan Putri Kuning cemburu kepada adik nya.
Itupun tanpa sepengetahuan raja kemudian Putri Kuning dipukul dari h kakak-kakaknya dan hingga putri tersebut meninggal dan dikuburkan di suatu tempat dan tidak jauh dari istana, setelah mengetahui anaknya menghilang raja tersebut akan mencari-cari putri bungsunya dan tidak juga ditemukan.
Suatu saat raja juga melihat sebuah bunga dengan berwarna yang kuning dan tumbuh pada tanah dan ternyata hal itu merupakan anak bungsu raja tersebut, setelah melihat bunga tersebut raja telah menamainya dengan sebutan sebagai bunga kemuning.
(Sumber: Scribd oleh Sukma Dena)
Pengertian Hikayat
Menurut KBBI, hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis atau gabungan dari sifat-sifat itu. Dikutip dari buku Sejarah 2, hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita sejarah yang menarik, penuh keajaiban atau hal-hal yang kadang-kadang tidak masuk akal.
Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (Karangan bebas atau prosa). Karya ini mulai berkembang pada masa Melayu Klasik, sehingga banyak kata yang digunakan berbahasa Melayu Klasik.
Ciri-ciri Teks Hikayat
Setelah mengetahui pengertiannya, kamu juga perlu mengetahui ciri-ciri dari teks hikayat. Berikut di antaranya:
- Hikayat menggunakan bahasa Melayu lama
- Istanasentris, artinya, pusat ceritanya berada di dalam lingkungan istana
- Pralogis, artinya banyak cerita yang tidak dapat diterima oleh akal
- Statis, artinya bersifat kaku atau tetap
- Anonim, artinya tidak jelas siapa yang mengarangnya
- Menggunakan arkhais, yaitu kata-kata yang sudah tak lazim digunakan, misalnya, syahdan dan sebermula.
Itulah 7 contoh teks hikayat beserta pengertian dan ciri-cirinya. Semoga informasi ini membantumu Detikers.
Simak Video "Video: Makna Tanjak-Pingat yang Disematkan LAM Riau ke Kapolri"
(elk/row)